Singaraja, koanbuleleng.com | Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Dr. Bambang Winarji Guru mengatakan paradigma guru di era digital saat ini harus berubah.
Pola pikir para guru harus berubah supaya guru dalam mengajar tidak hanya mengajar tapi bagaimana mengajarkan kepada anak didik bagaimana cara mereka belajar. Perubahan ini diperlukan karena jaman globalisasi ini pengaruhnya sangat besar sehingga kalau tidak mengikuti para guru akan tertinggal.
Bambang Winarji sempat memaparkan paradigm guru di era digital saat ini saat menjadi narasumber dalam seminar nasional yang bertajuk “Guru di Era Digitalisasi” serangkaian Buleleng Education Expo (BEE) III Tahun 2018 di Gedung Kesenian Gede Manik, Senin 11 Juni 2018.
Bambang Winarji menjelaskan Negara-negara lain termasuk Indonesia saling berkompetisi dalam rangka untuk kemajuan dan kebaikan. Untuk menghadapi kompetisi tersebut diperlukan jejaring komunikasi antar guru, kepala sekolah dan pengawas supaya lebih tahu permasalahan pendidikan ke depan itu seperti apa.
“Perubahan paradigma inilah yang diharapkan oleh pemerintah untuk bisa berkompetisi dengan Negara lain demi kemajuan pendidikan,” jelasnya.
Menurutnya, selain jejaring komunikasi antara guru, kepala sekolah dan pengawas lebih ditingkatkan, pusat pendidikan harus lebih dikembangkan. Pusat pendidikan tersebut adalah sekolah, keluarga dan masyarakat.
Tiga komponen itu yang sekarang ini sudah mulai pudar dan nantinya akan dikembangkan supaya para orang tua dan masyarakat tahu, bahwa untuk menitipkan anak-anak mereka tidak hanya sekedar untuk disekolahkan namun juga masukan-masukan seperti pendidikan karakter, budi pekerti, etika, sopan santun termasuk kearifan lokal yang harus benar-benar dikembangkan.
“Sekolah, keluarga dan masyarakat juga harus dikuatkan. Termasuk juga kearifan lokalnya,” ujar Bambang Winarji.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa, mengungkapkan untuk melakukan perubahan paradigma proses pembelajaran membutuhkan waktu dan di Buleleng perubahan tersebut sudah berjalan.
Hal ini terbukti dengan banyaknya guru yang sudah menjadi instruktur nasional kurikulum. Kemudian, banyak guru di Buleleng sudah menjalani pendidikan dan latihan (diklat) serta bimbingan teknis (bimtek) oleh pusat maupun daerah.
“Di Buleleng kita sudah melakukan penguatan pengawas dari tahun lalu (2017). Persyaratan sebagai pengawas dan kepala sekolah yang diberikan oleh pemerintah pusat juga sudah kita lakukan,” ungkapnya.
Dari proses perubahan ini, yang menjadi lebih penting adalah pengawasan. Para pengawas juga sudah diamanatkan untuk lebih intens mengawasi dan memonitoring proses pembelajaran.
Para pengawas juga harus mampu membedakan antara guru yang masih mengajar dengan cara konvensional masa lalu dan guru yang sudah masuk digitalisasi atau globalisasi, serta guru yang sudah menekankan pendidikan karakter sesuai dengan kurikulum 2013.
“Ini terus yang kita lakukan. Kita akan mengawasi dan memonitoring terus proses perubahan paradigma ini,” pungkas Gede Suyasa. |NP|