Kemiskinan Jadi “Hantu” Pemicu Anak Putus Sekolah

SINGARAJA | Wayan Sujana, 43 Tahun, Warga Banjar DInas Poh Kembar, Desa Tukad Sumaga Kecamatan Gerokgak, Buleleng Bali hanya bisa terbaring di rumahnya yang berdinding bamboo saja. Gubuknya ini juga satu-satunya harta kekayannya, dan berdiri diatas lahan pinjaman.

Sujana alami kelumpuhan sejak lama akibat kecelakaan. Dia tak berdaya, padahal seelumnya adalah tulang punggung keluarganya. Bukan hanya itu, Istri Sujana yang bernama Luh Asri juga menderita Lupus sejak lima tahun lalu. Hanya anaknya, Putu Eka Noviani, 14 tahun yang juga masih duduk di bangku sekolah kelas III SMPN 3 Gerokgak yang terkadang ikut mencari rejeki mengurangi beban hidup keluarganya.

- Advertisement -

Namun apa daya, kemiskinan yang merenggut hidup keluarganya membuat dia terancam putus sekolah. Padahal dia bercita-cita ingin menjnadi seorng guru. Dia punya impian melanjutkan sekolah di SMAN Bali Mandara, sekolah milik Pemprop Bali yang digagas oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika.

Memang Sekolah ini lebih mengutamakan menerima siswa dari keluarga kurang mampu namun sang anak harus punya bakat dan kecerdasan. “Saya ingin sekali mendapatkan beasiswa untuk sekolah disana (SMAN Bali Mandara,” ujar Eka lirih.

Eka sangat ketakutan, dia tidak bisa bersekolah karena dalam benaknya hanya dengan pendidikan dia bisa merubah hidup keluarganya. “Saya memang punya tekad untuk mengenyam pendidikan yang tinggi. Saya berjanji berusaha untuk bisa bersekolah. CUma bila melihat keadaan sepertiini, saya takut tidak bisa bersekolah,” katanya.

Eka selama ini bersekolah dengan segala keterbatasan. Bersekolah dengan berjalan kaki, dengan segala keterbatasan. Dia tak pernah membawa uang saku di kantong seragamnya. Pakaian hanya mempunya satu stel. “Pakaian in saja yang saya punya untuk sekolah, tak mampu membeli lgi. Tapi saya usahakan rawat dengan baik supaya tidak ekas rusak,” ucapnya.

- Advertisement -

Kemiskinan yang dirasakan oleh Keluarga Sujana memang sudah diberitakan oleh beberapa media massa lokal di Bali. Dari informasi media massa ini, banyak yang urun tangan membantu meringankan beban hidup mereka.

Ada beberapa yang sempat terlihat membantu mereka yakni Ketua Bawaslu Bali, Ketut Rudia membawa sejumlah kebuthan hidup bagi keluarga Suajana. Rudia jugaberharap Pemerintah bisa memfasilitasi pendidikan bagi Eka supaya bisa melanjutkan cita-citanya untuk mengangkat harkat martabat keluarganya.

Wakil Bupati Buleleng, dr. Nyoman Sutjidra juga memberikan bantuan pemerintah kepada keluarga Sujana termasuk soal pendidikan dar Eka.

Sutjidra mengakui, Eka salah satu contoh anak di Buleleng yang punya semangat mengejar pendidikan demi masa depannya. “Kami akan upayakan menyekolahkan dia setinggi mungkin. Jika SMAN Bali Mandara tidak bisa, kami akan sekolahkan di sekolah negeri di Gerokgak. Kami tidak  bisa melakukan intervensi di SMAN Bali Mandara, namun Dia sendiri harus belajar keras supaya bisa mendapat nilai bagus dan diterima di sekolah itu,” papar Sutjidra.

Namun yang pasti, Dimanapun Dia melanjutkan sekolah SMA, Pemerintah akan mengupayakan agar nanti setelah lulus SMA bisa kuliah di Universitas Pendidikan Ganesha (Undikhsa) Singaraja. “Kita upayakan nanti Dia kuliah di Undikhsa supaya bisa menjadi guru,” ujar Sutjidra.

Semangat Eka, kata Sutjidra sebenarnya cermin bahwa anak-anak di Buleleng kini mulai sadar untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, walaupun ada beberapa anak yang terpaksa putus sekolah karena kendala tertentu.

Bantuan Bedah Rumah

Wakil Bupati Buleleng, dr,. Nyoman Sutjidra memberikan bantuan bagi kebuthankeluarga Wayan Suajan dan berjanji akan memfasilitasi pendidikan Putu Eka Noviani.
Wakil Bupati Buleleng, dr,. Nyoman Sutjidra memberikan bantuan bagi kebuthankeluarga Wayan Suajan dan berjanji akan memfasilitasi pendidikan Putu Eka Noviani.

Selain menyerahkan bantuan, Sutjidra juga menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan lain yang diperlukan keluarga ini. Seperti rumah tinggal, pelayanan kesehatan, serta pelayanan pendidikan bagi anak semata wayang mereka.

Sampai saat ini Wayan Sujana memang belum mendapatkan bantuan bedah rumah, karena terganjal masalah lahan. Sujana tak memiliki lahan sendiri, ataupun pinjaman lahan, yang bisa digunakan membangun tapak rumah.

“Dari desa dan adat coba komunikasi dulu dengan keluarganya. Kalau bisa diberi lahan untuk tapak rumah, kami bantu bedah rumahnya. Kasihan begini rumahnya. Tidak ada dinding sama sekali,” kata Sutjidra.

Selain itu Sutjidra juga meminta Dinas Kesehatan Buleleng memberikan layanan kesehatan tetap kepada keluarga ini. Karena Wayan Sujana lumpuh dan separo tubuhnya sudah mati rasa, pelayanan kesehatan harus diberikan dengan memadai secara gratis. Terutama pada pemasangan selang kateter, yang menjadi kantong pembuangan kencing Wayan Sujana. Sehingga biaya Rp 50ribu setiap pekan yang harus dikeluarkan keluarga ini, dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain.

Keluarga Wayan Sujana hidup dalam kesusahan, sejak Sujana lumpuh pada Agustus 2014 lalu. Kini keluarga itu tak punya pendapatan tetap. Istri Sujana, Luh Asri, hanya mengurus suaminya. Ia pun menderita lupus sejak 2011 silam. Anaknya Putu Eka Noviani, seringkali bersekolah tanpa uang saku. Pakaian sekolahnya hanya satu stel, sepatunya pun hanya sepasang. |RM|NP|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts