Demi Rupiah, Penambang Batu Pilah Tak Pikirkan Keselamatan Nyawa

“Mau bagaimana lagi Pak, demi hidup, demi rupiah dan demi beras. Kami harus bekerja seperti ini. Kami tahu ini berbahaya. Tumpukan hasil tambang batu pilah ini licin, jika salah berjalan bisa-bisa jatuh dan tertusuk batu yang tajam. Menambang batu ini juga hati-hati, jika tidak tahu caranya maka bongkahan batu diatas kepala kami ini bisa runtuh,” kata Astawa.

Singaraja | Sejumlah warga di Dusun Alas Sari, Desa Pacung di Kecamatan Tejakula menekuni pekerjaan sebagai penambang batu pilah. Pekerjaan ini sangat beresiko terhadap keselamatan nyawa mereka.

Para penambang batupilah ini bekerja di tebing-tebing yang penuh dengan batu pilah yang tajam. Mereka manambang dengan sangat hati-hati. Pertimbangan kehati-hatian itu karena batu yang ditambang harus dalam keadaan baik, tidak mudah pecah serta harus mendapatkan bongkahan yang halus.

Lempengan-lempengan batu pilah diatas tebing yang akan ditambang oleh penambang |Foto : Nova Putra|
Lempengan-lempengan batu pilah diatas tebing yang akan ditambang oleh penambang |Foto : Nova Putra|
- Advertisement -

Warga di Desa Pacung ini sudah menambang batu pilah sejak tahun 1970 silam. Konon, Hotel Bali Beach di Sanur, Denpasar adalah hotel yang pertama kali menggunakan batu pilah sebagai bagian dari bangunan hotel.

Salah satu penambang batu pilah yang ditemui saat bekerja,Made Astawa mengatakan para penambang sudah tidak pernah berfikir soal keselamatan, namun yang dipikirkan adalah bagiamana mereka bisa mencari uang untuk membeli beras.

“Mau bagaimana lagi Pak, demi hidup, demi rupiah dan demi beras. Kami harus bekerja seperti ini. Kami tahu ini berbahaya. Tumpukan hasil tambang batu pilah ini licin, jika salah berjalan bisa-bisa jatuh dan tertusuk batu yang tajam. Menambang batu ini juga hati-hati, jika tidak tahu caranya maka bongkahan batu diatas kepala kami ini bisa runtuh,” kata Astawa.

Para pekerja tambang batu pilah ini mempunyai area masing-masing. Ada yang mengontrak tetapi ada pula yang punya lahan sendiri. Batu pilah ini menjadi berkah bagi warga dusun Alas Sari Desa Pacung.

- Advertisement -

Di kawasan Desa Pacung, dulunya ada banyak wilayah tambang batu pilah, namun kini sudah semakin berkurang karena batu pilah yang ditambang juga sudah semakin sedikit. Kini hanya ada sekitar 5 area tambang batu pilah di dusun Alas Sari dan sekitarnya.

Kata Astawa, pihak desa berencana akan menutup area tambang batu pilah ini pada akhir 2016 dengan tujuan pelestarian batu pilah. “Yang saya dengar, akhir tahun bulan September 2016 ini akan ditutup. Katanya supaya generasi selanjutnya tahu bentuk batu pilah yang sebenarnya sebelum batu-batu disini habis ditambang,” kata Astawa.

Jalan setapak di area tambang yang sangat berbahaya |Foto ; Nova Putra|
Jalan setapak di area tambang yang sangat berbahaya |Foto ; Nova Putra|

Kondisi di wilayah area tambang memang sangat membahayakan. Karena begitu banyak dan dan dalam jangka waktu yang snagat lama ditambang,  area-area tambang ini membentuk goa dan bekas tambang yang cukup curam.

Sepanjang  area, di sisi kanan dan kiri jalur menuju tambang banyak tumpukan batu-batu pilah yang sangat tajam seperti sebuah gunung. Tumpukan batu pilah yang menggunung ini adalah batu-batu yang tidak terpakai atau tidak bisa dijual ke pengepulnya. Karena itulah, untuk berjalan ke area ini harus berhati-hati. Selain licin, harus waspada pula jika tumpukan batu pilah ini longsor.

Kaum Lelaki di dusun Alas Sari yang mempunyai tugas menambang batu pilah, sementara kaum perempuan mengangkut hasil tambang ke tempatnya untuk dikumpulkan. Mereka memilah danmemilih batu pilah dengan kualitas baik sebelum menjual ke para pengepul batu pilah di Desa PAcung.

Para penambang batu pilah biasanya menjual satu kotak seharga Rp.25 ribu rupiah. Satu kotak itu berukuran tinggi 20 sentimeter dan lebar 80 centimeter.  Hasil tambang batu juga nilainya bervariasi. Bahkan, ada batu pilah yang diambil paling bawah adalah batu pilah yang paling mahan. Ketebalannya biasanya mencapai 4 – 8 centemeter. Batu seperti ini biasanya hanya berada di dasar bongkahan dan digunakan untuk pembuatan tebing hiasan hotel atau untukbangunan lainnya.

Jam kerja para penambang biasanya  pada pukul 08.00 – 11 wita. Siang hari mereka melanjutkan pada pukul 14.00 – 16.00 wita.

Usai kaum lelakinya menambang batu pilah, digantikan oleh para warga perempuan atau istri para penambang untuk mengangkutnya ke tempat yang sudah disediakan untuk dipilah dan dipilih sesuai kualitas batunya.

Mereka biasanya mengangkut batu pilah hasil tambang pada pukul 11.00 Wita hingga puukul 13.00 wita. Sore harinya mengangkut pada pukul 16.00 Wita hingga pukul 18.00 wita.

“Paginya kadang saya bekerja sebagai buruh serabutan juga,apapun kami kerjakan. Termasuk di rumah juga beternak babi. Siang hari ketika suami sudah istirahat menambang maka kami yang perempuan yang melanjutkan untuk membawa batu-batu hasil tambang itu ke tempatnya untuk dipilah,” ujar Nyoman Karsini, salah satu wanita pengangkut batu pilah.

Karsini mengakui, tambang batu pilah ini adalah kehidupan mereka karena terbatasnya lahan pekerjaan. Tanah atau lahan yang mereka punya banyak yang  tandus karena kekurangan air. “Tanah disini kecuali di musim hujan baru bis ditanami jangung, kalau sudah musim kemarau tidak bisa,” katanya.

Saat ini, batu pilah ini digunakan untuk bagian bahan bangunan. Baik untuk lantai, Tembok maupun untuk mempercantik area taman.

Kini warga setempat juga berfikir, jika benar pada akhir tahun ini pihak desa akan menutup area pertambangan batu pilah, maka mereka harus mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.|NP|

 

 

 

 

 

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts