Julah Pernah Jadi Pelabuhan Besar di Masa Bali Kuno

Singaraja | Desa Julah, dulunya adalah sebuah Pelabuhan besar di jaman Bali kuno. Catatan sejarah ini juga tertulis dalam prasasti Julah yang disakralkan warga desa Julah di Pura Bale Agung. Konon, masyarakat Julah pernah diserang oleh bajak laut sehingga mereka melarikan diri ke wilayah perbukitan, yang kini dinamakan Desa Sembiran. Diperkirakan serangan bajak laut itu terjadi di abad ke-11.

Ketika wilayah Julah sudah aman, maka kembalilah orang-orang Desa Julah yang mengungsi ke perbukitan itu turun dan tinggal kembali ke desa Julah.

- Advertisement -

Menurut akademisi dari Universitas Pendidikan Ganesha, Prof. Dr. I Nengah Bawa Atmaja, serangan perompak yang dimaksud itu adalah manusia-manusia laut dari Bajo. “Mereka yang melakukan penyerangan desa Julah di masa lalu adalah orang-orang Bajo. Orang Bajo dikenal sebagai masyarakat laut yang sudah hidup sejak lama juga,” kata Bawa Atmaja.

Serangan perompak ini juga mengindikasikan kuat bahwa pintu masuk Bali di masa lalu adalah dari Desa Julah, yang saat itu menjadi sebuah pelabuhan cukup besar. Gugusannya juga ada di daeah lain, seperti Desa Bondalem, Desa Sambirenteng, Desa Tejakula dan Desa Penuktukan.

Wilayah-wilayah pelabuhan di desa-desa itu menajdi bagian dari pelabuhann Julah di masa lalu yang secara khusus membangun hubungan dengan orang-orang pedalaman di wilayah pegunungan di Kintamani dan sekitarnya.

“Desa-desa itu membentuk ikatan yang namanya Banua. Ini sebuah kehidupan yang saling melengkapi. Orang di pegunungan menghasilkan bahan makanan seperti ubi, kopi dan sebagainya sementara orang-orang diwilayah pesisir menghasilkan garam dan sejenisnya. Mereka hidup saling ketergantungan dari sisi ekonomi dan terikat sampai sekarang dalam sebuah ikatan keagamaan.” terangnya.

- Advertisement -

Sampai saat ini, hubungan historial itu masih ada buktinya yakni keterikatan mereka dalam satu Pura Dalem Balingkang. Ketika di pura ini ada piodalan, maka  warga dari wilayah desa Bondalem, Penuktukan, Sambirenteng dan Tejakula juga selalu ikut serta untuk menunaikan kewajiban ngayah. Begitupun jika di Pura Pegonjongan melaksanakan piodalan, maka warga dari daerah Pura Dalem Balinkang itu juga ikut ngayah di pura ini.

Konon seluruh pelabuhan yang ada di masa lalu, berpusat di Pelabuhan Julah. Mereka yang memasuki wilayah pelabuhan di desa-desa itu terlebih dahulu harus melintasi Pelabuhan Julah karena disini pusat transaski dan bongkar muat antar pulau dan antar wilayah.

Areal Pura Sumuh Desa Julah |Foto ; Nova Putra|
Areal Pura Sumuh Desa Julah |Foto ; Nova Putra|

Karena menjadi pusat wilayah kekuasaan dan pelabuhan besar, sering kali raja-raja di jaman dulu melakukan pertemuan di Desa Julah. Konon, tempat pertemuan yang digunakan di masa lalu adalah Pura Sumuh, yang berlokasi di pinggir pantai Desa Julah saat ini.

Klian Desa Pekraman Julah, Ketut Sidemen mengungkapkan Sumuh itu bisa diartikan pesamuan atau pertemuan agung. “ Kalau jaman dulu, pesamuan atau pertemuan agung hanya dilakukan oleh raja-raja. Jadi memang masuk akal, jika Pura Sumuh itu dikaitkan dengan lokasi pertemuan para raja,” ujar Sidemen.

Sidemen menjelaskan pula, di dalam Pura Sumuh itu ada empat kolam dan sampai kini masih dipergunakan. Dari keempat kolam permandian itu, salah satunya disakralkan untuk kepentingan pengambilan air suci atau tirta ketika warga menggelar upacara adat.

Dari cerita para tetua, kata Sidemen, dulu kala sebelum para raja menggelar pesamuhan agung maka mereka terlebih dahulu untuk merendam diri di permandian atau kolam di Pura Sumuh ini. Setelah mandi, mereka langsung makan dan barulah menggelar pertemuan.

“Jadi suasana pesamuan itu akan aman-aman saja, tinggal mengambil keputusan saja karena tubuh hati dan pikiran para raja sudah nyaman untuk mengambil keputusan sehingga tidak ada pertentangan,’’ terangnya bercerita. |NP|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts