Desa Sudaji Menjaga Tradisi Budaya Agraris Dengan Ngusaba Bukaka

Singaraja, koranbuleleng.com| Ngusaba Bukaka, masih ada di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali. Ribuan warga desa setempat menjalani prosesi Ngusaba Bukaka ini dengan sangat khusuk, Kamis 21 Juli 2016.

Seluruh warga desa tumpah ruah di Pura Bale Agung Desa Pekraman Sudaji untuk menjalani prosesi awal. Bukaka itu yakni sebuah persembahan dari hewan babi yang dipanggang setengah matang. Bukaka ini nantinya diarak di pusat desa oleh krama desa dan warga subak.

- Advertisement -

Ngusaba ini sebuah ritual yang sangat penting dan sakral bagi warga desa setempat. Kelestarian Ngusaba Bukaka yang ada sampai saat ini mencerminkan kesetiaan warga desa setempat untuk terus menjaga berkah dari Tuhan dalam bentuk hasil-hasil pertanian.

Ngusaba Bukaka ini digelar dengan ritual yang sangat unik. Sekitar pukul 16.00 Wita, babi yang menjadi salah satu media utama dalam ritual Bukaka ini dibawa ke Pura Desa dengan iring-iringan berbagai tumpeng berukuran besar.

Tumpeng-tumpeng ini dibawa oleh para perempuan desa setempat secara beriringan menuju Pura Desa.

Di dalam pura Desa, sejumlah prosesi berjalan sebelum Bukaka ini dijalankan pada malam harinya. Mulai tradisi memotong babi, membersihkan bulu dan membakar babi dengan setengah matang. Sementara bulu babi dibagian kepala dibiarkan.

- Advertisement -

Ada juga prosesi mendet dari para prajuru adat desa setempat serta prosesi lainnya yang juga sangat disakralkan oleh warga. Semua proses ini punya makna tersendiri untuk selalu bersyukur kepada Maha Pencipta.

Menurut Jro Pasek Desa Sudaji, Jro Pasek Gede Negara bukaka ini sebagai sarana caru untuk menangkal marabahaya di wilayah subak Sudaji dan Dukuh gede.

“Keberlangsungan ngusaba ini sudah berjalan selama ratusan tahun, hampir tidak pernah tidak dilaksanakan. Ini dilaksanakan setiap tahun, dan sudah berlangsung selama ratusan tahun. Kami yang ada di sini sudah menerima tradisi seperti ini. Banyak prosesi yang dilalui sebelum ada prosesi Ngusaba Bukaka ini.” ujar Jro Pasek Gede Negara.

Sementara Klian Desa Pekraman Sudaji, Jro Bendesa Nyoman Sunuada mengatakan dalam prosesinya, semua pengempon Subak Dukuh Gede, Desa Sudaji dilibatkan menyiapkan sarana dan pra sarana.

Pengempon subak dukuh gede sudah jauh-jauh hari mulai menyiapkan berbagai macam kebutuhan yang digunakan ketika prosesi ini dilaksanakan, salah satunya adalah menyediaan hewan babi yang berukuran besar dan berwarna hitam dari kepala sampai ujung kukunya.

Kemudian babi untuk persembahan tersebut sebelumnya diupacarai terlebih dahulu di Pura Subak sebelum nantinya dibawa ke Pura Desa. Hewan babi yang nantinya dipakai persembahan tersebut kemudian dipanggang setengah matang, dipanggang hanya pada bagian badan saja.

Salah satu tokoh masyarakat desa setempat yang juga Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sekaligus Ketua Wisata Ekologi Desa Sudaji, Gede Suharsana mengatakan Bukaka ini juga bisa dimaknai sebagai ucapan syukur masyarakat Sudaji dan para petani secara khusus menyampaikan ucapan sukur pada Hyang Widhi dengan harapan persembahan bukaka ini bisa menjadikan hasil bumi melimpah. Desa Sudaji ini merupakan desa berbasis pertanian dan perkebunan sejak dulu.

“Rangkaian acara ini pertama ngusaba subak dilakukan subak dukuh gede, disana dibuatkan seperti bukaka , ada pelinggih berupa tumpeng yang cukup besar. Áda satu tumpeng besar sebagai patokan, namanya waton. Ada kain putih dan kembang merah. Itu menjadi standar dari tumpeng yang lain,” kata Suharsana.

Sementara Babi yang disembelih dan dipanggang pada bagian dada. Kepala dan sebagian badannya tidak dipanggang.

Pemuda sedang mengarak Buakak |Foto : Nova Putra|
Pemuda sedang mengarak Buakak |Foto : Nova Putra|

Ini diarak oleh para pemuda dan krama subak. Saat arak-arakan, ribuan warga sudah tumpah di jalan raya menunggu Bukaka ini diarak. Bukaka pertama dari Subak Dukuh Gede yang disongsong oleh krama Subak Gede, lalu menjemput atau mendak Bukaka Agung dari Pura Bale Agung Desa Sudaji.  Kedua bukaka ini diarak dan bertemu perempatand esa. Arak-arakan buaka ini juga sebagai bentuk kegembiraan dalam melangsungkan ritual.

“Pertemuan dua bukaka ini mempunyai harapan semua bergembira, kehidupan menjadi lebih rahayu, sujud syukur terus dijalankan dan hasil pertanian melimpah,”kata Suharsana.

Setelah bukakak selesai diarak semua kegiatan kembali dipusatkan di Pura Bedugul Mas Pahit Sudaji.

Suharsana mengatakan Ngusaba Bukaka ini perlu tetap dilestarikan karena menjadi warisan budaya dari nenek moyang warga Desa Sudaji. Di sisi lain, Ngusaba Bukaka ini bisa menjadi atraksi wisata desa yang menunjang pariwisata di Desa Sudaji yang sudah diputuskan sebagai salah satu desa wisata di Buleleng.

Ngusaba Bukaka ini, kata Suharsana adalah bentuk penyadaran dari pemikiran masyarakat untuk selalu menjaga budaya agraris yang telah diturunkan oleh pendiri desa.

Desa Tua

Selama ini, Desa Sudaji adalah termasuk desa tua di Buleleng. Struktur organisasi adat di desa ini terdiri dari Jro Pasek, Jro Bendesa Adat,  Jro Kubayan, Jro Penyarikan dam Klian Desa Petang dasa.

Dalam struktur adat di Desa Sudaji itu, masing-masing prajuru adat tersebut mempunyai tugas yang berbeda. Menurut Suharsana, yang terpenting disini, krama dari petang dase mempunyai posisi yang sangat penting sebagai lembaga yang bisa mengoreksi kebijakan yang dibuat oleh desa adat.

“Äda dua sebenarnya fungsi dari karma petang dase ini yakni sebagai pengaman desa sekaligus sebagai lembaga control terhadap organisasi desa adat,’jelas Suharsana.

Karena itu, apapun yang dirancang oleh pihak desa pekraman maka harus diberitahukan ke krama petang dase. Nantinya, krama petangdase sebagai utusan dari masing-masing dadia ini akan menyosialisasikan kebijakan yang akan dibuat oleh desa pekraman.

“Nanti akan diputuskan dalam paruman. Kita mengenal dua kali paruman, yakni paruman desa di bulan purnama dan ada paruman pranian dalem yang memutuskan segala kebijakan secara mufakat bertempat di bale pegat, Pura Dalem,”ujar Suharsana. |NP|

 

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts