Singaraja, koranbuleleng.com| Gelombang pasang disertai angin kencang beberapa pekan terakhir terus menghantam kawasan pesisir utara wilayah Buleleng hingga menyebabkan berbagai kerusakan.
Berdasarkan data yang dikumpulkan koranbuleleng.com, ombak setinggi tiga hingga empat meter itu masuk ke daratan dan menerjang rumah nelayan yang berada di tepi pantai. Rumah nelayan yang rusak diterjang gelombang itu terdapat di pesisir timur hingga barat wilayah Kabupaten Buleleng, seperti di Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Desa Sangsit, Kecamatan Sawan dan Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt.
Menurut salah satu nelayan di Desa Sangsit, Ketut Sumaya mengatakan gelombang pasang setinggi 4 – 6 meter lebih itu menghantam sejumlah bangunan seperti warung dan gazebo yang ada di pinggir pantai sangsit. Luberan air laut hingga masuk ke daratan sejauh 50 meter. Ombak pantai juga masuk jauh ke daratan yang berdekatan dengan pemukiman.
“Ombak tinggi sampai masuk ke daratan, di jaba Pura Segara Sangsit air laut meluber. Namun tidak ada korban jiwa karena warga sudah siap siaga sejak gelombang pasang mulai terjadi beberapa hari yang lalu,” ujarnya.
Sumaya pun menyebutkan, ada beberapa rumah warga dan warung yang rusak akibat diterjang ombak tinggi. Kejadian itu sendiri puncaknya terjadi pada Selasa, 7 Februari 2017 sekitar pukul 21.00 wita.
“Disini banyak bangunan yang mengalami kerusakan, mulai dari gazebo warung makan milik Nyoman Soniawan. Rumah Ketut Sudiasa tertimpa pohon kayu, Nyoman Sutasa pagar rumahnya juga rusak. Bahkan warung istri saya pun ikut tergerus ombak,” ungkapnya.
Pjs Desa Sangsit, Made Sutiastawa ketika ditemui diruangannya membenarkan adanya kerusakan yang dialami sejumlah warga yang bermukim di pesisir pantai sangsit yang diakibatkan oleh gelombang pasang. Menurut catatannya, jumlah kerugian material yang dialami warga mencapai sekitar Rp. 50 juta.
“Upaya dan langkah penanganan telah kami lakukan, mulai dari pemotongan phon yang menimpa rumah warga hingga pembersihan. Musibah ini pun sudah dilaporkan langsung ke BPBD Buleleng,” pungkasnya.
Sementara itu, dikawasan pesisir timur Buleleng tanggul penyangga pantai sepanjang 75 meter yang berada di kawasan Daya Tarik Wisata (DTW) Air Sanih, Desa Bukti Kecamatan Kubutambahan juga porak poranda diterjang ganasnya gelombang pasang.
Praktis, permandian yang berada tepat di sempadan pantai kemasukan air laut. Permandian air tawar itu pun kemudian tercampur air laut.
Ketut Sumeyasa, pengelola permandian air sanih ditemui di lokasi pada, Kamis 9 Februari 2017 pagi mengatakan bahwa pihaknya terpaksa harus setiap hari menguras kolam karena bercampur dengan air laut dan pasir. Normalnya, pengelola maksimal melakukan pengurasan sebanyak 3 kali seminggu, namun karena tanggul jebol harus tiap hari.
“Ombak terparah itu sejak tiga hari terakhir. Tanggul diterjang hingga jebol hingga air laut masuk ke semua kolam. Ya, mau gimana lagi pak, kolam tiap hari harus dikuras. Ada 11 orang karyawan yang diterjunkan membersihkan kolam karena tercampur air laut dan pasir,” terangnya.
Meski demikian, pengelola DTW Air Sanih tetap beroperasi menerima pengunjung yang ingin mandi dan berendam di kolam. Tetapi tetap dalam pengawasan extra ketat, sebab tingginya gelombang laut sangat beresiko
bagi keamanan pengunjung. Sehingga security tetap memantau aktivitaspengunjung yang berada di pinggir pantai. Sumenasa juga mengaku sudah mengajukan proposal perbaikan tanggul ke pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida beberapa bulan lalu
sebelum kerusakan tanggulnya semakin parah. Namun baru dua hari lalu ditinjau langsung oleh Wayan Budiasa setelah kondisi semakin parah.
Hal senada juga diungkapkan Kelian Desa Pakraman Yeh Sanih Made Sukresna yang juga sebagai pengelola obyek DTW Air Sanih mengaku pihaknya sudah berkoordinasi dengan BWS Bali Penida.
“Tanggul jebol 75 meter, dan pihak BWS sudah bersedia memperbaikinya. Namun saya meminta agar diperbaiki setelah Februari,” kata Sukresna.
Pria yang akrab disapa Jro Cilik itu pun berharap agar pihak BWS membangun tanggul berbentuk huruf T dengan maksud digunakan memecah derasnya laju ombak dan meminimalisir kekuatan hantaman ombak seperti yang ada di Obyek Wisata Candi Dasa, Kabupaten Karangasem
“Jika dibangun dengan desain seperti ini lagi, takutnya akan mudah roboh, makanya saya minta seperti di Candidasa maupun di Pantai Sanur lah, sehingga nantinya ada pemecah ombak” pintanya.
Sisi lain, Nyoman Sutrisna selaku Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng kembali mengeluarkan himbauan kepada seluruh pengelola DTW di Buleleng agar tetap waspada ketika beroperasi terhadap ancaman cuaca buruk yang terjadi belakangan ini.
“Ancaman cuaca buruk seperti gelombang tinggi bagi yang dipinggir pantai, serta musibah longsor yang disertai banjir bandang. Disini kami himbau kepada para pengelola DTW yang berada di wilayah pegunungan ataupun pesisir pantai harus tetap waspada dan mengutamakan keselamatan pengunjung,” tukasnya. |NH|