Tangani Sampah Plastik Dengan Merubah Jadi Bahan Bakar Cair

Singaraja, koranbuleleng.com | Menangani sampah, ribet. Bayangkan, menangani sampah satu desa saja, butuh tenaga dan pikiran berlebih. Tak akan bisa menangani sampah sekampung itu dengan sim salabim oleh seorang kepala desa tok, tapi harus kolaboratif. Dalam penanganan sampah harus ada niat secara sadar dari seorang warga, karena harus dimulai dari rumahnya sendiri untuk mengelola sampah dengan baik dan benar.

Di rumah kelola dengan cara memilah dan memilih sampah plastik dan non-plastik. Tugas pemerintah di desa, mengambil sampah rumah tangga secara tertib dari sisi waktu dan hari. Setelah itu, dibawa ke tempat pembuangan sampah terakhir.  Proses itu sebenarnya sangat sulit, dibutuhkan kedisiplinan untuk menghormati waktu.

- Advertisement -

Begini, di Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar. Desa ini mendapatkan bantuan hibah sebuah mesin instalasi penyulingan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. Mesin ini bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng. Dinas ini memberikan hibah bagi dua desa, yakni Desa Sidatapa dan Desa Cempaga, di Kecamatan Banjar.

Walaupun bahan bakar minyak yang dihasilkan belum bisa dipastikan manfaatnya untuk pengisian bahan bakar alat transportasi, minimal ini sebagai usaha untuk meminimalisir ancaman sampah plastik yang berserakan. Tingkat oktan dari bahan bakar minyak yang dihasilkan dari penyulingan plastik itu belum teruji.  Sementara kapasitas instalasi itu sebanyak 10 kilogram. Dari 10 kilogram plastik, diperkirakan bisa menghasilkan hingga satu liter bahan bakar minyak.

Perbekel Sidatapa, Ketut Budiasa mengakui hibah mesin penyulingan plastik menjadi bahan bakar minyak ini masih dalam tahap ujicoba di desanya. Jika dengan mesin ini, plastik bisa diolah menjadi bahan bakar maka dia berkomitmen untuk menambah pengadaan mesin tersebut.

“Mengelola sampah itu tidak gampang, butuh kesadaran. Jika mesin ini mampu mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak, saya berencana untuk melakukan pengadaan dari dana desa,” ujar Budiasa saat ditemui di tempat pembuangan akhir sampah, di Desa Sidatapa, Kamis 23 Januari 2020.

- Advertisement -

Budiasa mengaku Desa Sidatapa bisa menghasilkan sampah sebanyak satu ton perharinya. Pemerintah Desa Sidatapa memperkerjakan empat orang untuk  distribusi sampah dari rumahtangga ke tempat pembuangan akhir. Sampah-sampah rumah tangga itu diambil oleh tim pengelola sampah, setiap tiga hari sekali. Sampah itu bisa dibawa ke TPA Bengkala.

Kendala selama  ini, kata Budiasa, warga belum sadar sepenuhnya untuk mengelola sampah dari rumah tangganya. “Itu kesulitan terbesar dalam menangani sampah,” katanya.

Budiasa memperkirakan, sebenarnya sampah plastik yang dihasilkan dari rumah tangga itu tidak banyak, namun pengelolannya belum baik. “Saya perkirakan, sampah plastik di desa ini paling hanya satu ton saja setiap minggunya, selebihnya sampah-sampah non plastik,” katanya lagi.

Desa Sidatapa sudah berkomitmen, secara perlahan desa ini harus membebaskan diri dari kemelut sampah plastik. Maka itu, semua pihak diminta tetap melakukan upaya-upaya masif untuk membebaskan Desa Sidatapa dari kepungan sampah.

“Sekarang secara perlahan sudah mulai, warga diberikan penyadaran agar mengelola sampah dengan baik dari lingkungan terdekatnya,” ujarnya.

Mesin penyulingan ini juga sedang diujicoba di Desa Cempaga. Dua desa di Bali aga ini sejak awal memang berusaha keras agar desa-desa mereka menjadi desa yang asri, lingkungan terjaga dengan baik.

Sementara Kadis Lingkungan Hidup, Putu Ariadi Pribadi membenarkan saat ini masih dalam tahap ujicoba penyulingan plastik menjadi cairan bahan bakar minyak. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir permasalahan sampah.

“Namun memang belum ada uji untuk tingkat oktan, kita masih uji coba. Mudah-mudahan ini bisa menjadi salah satu solusi baik untuk menangani sampahplastik dulu,” ujar Ariadi.

Pria  yang juga alumnus STPDN ini menyatakan Dinas Lingkungan Hidup akan menyiapkan langkah jangka panjang jika ujicoba ini layak dilanjutkan sebagai konsepsi untuk penanganan limbah plastik.

“Jika memang hasil uji coba ini positif, nanti akan diuji ke laboratorium terkait dengan oktan, serta tingkat polutannya jika menggunakan mesin ini,” katanya.  

Ariadi menyebut, mesin ini sebenarnya sumbangan CSR dari PLN. PLN memberikan tiga unit mesin instalasi penyulingan. Dua unit mesin dihibahkan ke Desa Cempaga dan Desa Sidatapa. Dan satu unit dimanfaatkan oleh Dinas Lingkungan Hidup.

Dua desa tersbeut diberi hibah, karena selama ini semangat dari kedua desa ini untuk menangani limbah dan sampah dinilai sangat serius.

“Desa Cempaga, Desa Sidatapa ini sangat serius dengan permasalahan lingkungan ini. JAdi dua mesin ini kita hibahkan dulu untuk kedua desa itu,” tambahnya. |NP|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts