Singaraja, koranbuleleng.com| Pandemi Corona juga berdampak buruk terhadap produksi gabah petani di Buleleng. Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng mendaptakan laporan banyak gabah milik petani tidak laku terjual. Sehingga, Pemerintah Kabupaten Buleleng mengambil langkah memberikan stimulus kepada Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) untuk membeli gabah petani.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta mengakui jika para petani di Buleleng juga terkena dampak dari terjadinya pandemic COVID 19. Dijelaskan, pada musim panen pertama periode April-Mei tahun 2020, para petani kesulitan menjual gabah.
Dalam masa panen kali ini, banyak petani yang kemudian melaksanakan panen dengan biaya pribadi dan dengan biaya yang tidak sedikit. Setelah menjadi gabahpun petani masih mengalami kesulitan untuk menjual. Dari data yang tercatat pada Dinas Pertanian, jumlah produkai gabah giling kering di Buleleng mencapai 10.534 ton, dari 35 hektar lahan yang ada.
“Ini bisa dimaklumi, karena saudagar juga takut keluar dalam situasi COVID 19 ini. Sehingga tidak banyak petani bisa menjual langsung padinya. Petani terpaksa memanen sendiri padi mereka,” jelas Sumiarta.
LPM ini merupakan kelompok petani dengan kapasitas penggilingan teratas hingga 500 kilogram perjam, dan hanya bisa beroperasi 4-5 jam. Keputusan pemberian stimulus, diambil dalam rangka penguatan ekonomi di Kabupaten Buleleng.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa usai memimpin rapat itu menatakan, skema penguatan ekonomi dilakukan dengan memberikan stimulus kepada 16 LPM yang ada di wilayah Buleleng. Masing-masing LPM akan diberikan dana stimulus kisaran Rp20 juta sampai Rp25 juta.
“Kita berharap LPM ini kembali bisa beroperasi dengan bantuan dana stimulus itu, sehingga mereka bisa kembali membeli gabah petani. Dan petani juga bisa menjual gabahnya,” ujarnya.
Sementara untuk hasil pengolahan gabah menjadi beras yang dilakukan LPM tersebut, Pemkab akan memberdayakan PD Swatantra Buleleng. Tidak hanya dari LPM, PD Swatantra juga akan membeli beras yang dihasilkan oleh usaha penyosohan beras.
Selanjutnya, beras yang dihimpun oleh PD Swatantra, akan dijual kembali dengan sasaran utamanya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) lingkup Pemkab Buleleng. Selain itu, PD Swantantra juga akan bekerjasama dengan BUMDes dan Koperasi untuk memasarkan baras yang dihimpun dari LPM maupun usaha penyosohan beras yang ada di Buleleng.
“Kalau PNS saja, kebutuhannya dalam 1 bulan, sekitar 45 ton beras. Sehingga sector ekonomi bisa bergerak, petani nyakin gabahnya terjual, dan penyosoh nyakin juga berasnya terjual,” terang Suyasa. |RM|