Founder Rumah Intaran (RI), Gede Kresna
Ada beberapa orang sedang melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan di rumah Intaran (RI). Mereka ini adalah penghuni rumah tersebut, banyak diantaranya untuk menimba ilmu pada sang empu rumah itu. Konsep belajar yang ditawarkan oleh pemilik RI tidak mengawang-ngawang, apalagi melambung tinggi hingga tidak menyentuh tanah.
Tapi cukup hanya dengan mengerjakan basic life skill menjadikan mereka menjadi diri sendiri, melakukan activitas keseharian, seperti bangun pagi, membersihkan tempat tidur, menyapu lantai, bersih-bersih rumah halaman dan sekitarnya, menerma tamu, memasak dan tugas-tugas keseharian lainnya.
Ternyata konsep Konsep Basic life skill ini banyak ‘dilirik’ sebagai kunci utama untuk membangun sebuah ‘kekutaan’ diri atau jati diri. Kedisiplinan, membangun kepercayaan diri dan mengenal diri mereka sendiri, modal utama untuk mereka bisa ‘berguna’.
“Pada dasarnya ilmu-lmu pengetahuan lainnya sudah diajarkan di sekolah-sekolah atau Kampus. Jadi tinggal memolesnya sedikit mereka akan jadi, ’’demikian ungkap Gede Kresna, dialah founder Rumah Intaran (RI) Biro Architecture, di Desa Bengkala, Buleleng, Bali.
Kresna bergerak dengan mengedepankan nilai-nilai luhur yang diwariskan sejak lama oleh para leluhur. Karena itu, pergerakannya adalah pergerakan yang ebih dekat pada nilai-nilai kelolkalan, yang ada di sekitar kita.
Pandangannya, banyak diantara kita, melakukan activitas keseharian itu mudah. Orang yang sudah terbiasa dan memiliki kesadaran dan tanggungjawab demikian sudah menjadi hal lumrah. Perkembangan jaman yang serba gampang, serba ada dan semakin canggih memberikan dampak yang maha luas.
Banyak tatanan hidup yang sudah berjalan ratusan bahkan mungkin ribuan tahun, semakin terkikis dan berpotensi hilang. Bahkan banyak yang sudah hilang. Padahal, jelas Kresna, konsep atau tatanan hidup manusia yang sudah dibangun berabad-abad banyak mengandung nilai-nilai luhur. ‘ ’Tatanan hidup yang sebelumnya kita sudah dapat, sebenarnya sudah teruji, mungkin ratusan tahun. Tapi dengan perkembangan jaman dan teknologi, orang semakin melupakannya. Apalagi karakter masyarakat yang kini banyak diukur dari segi materi.’’katanya.
Dia mencontohkan sistem pendidikan yang selama ini dikembangkan hanya berpatok pada nilai akademis. Lebih dari itu, kemampuan dan pengembangan karakter termasuk pengembangan spirit, emosi sering diabaikan. ‘’Pada intinya, tidak ada murid yang bodoh, tetapi bagaimana kita bisa mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka.’ulas Kresna.
Dengan konsep ‘membumi’ yang dibangun sejak tahun 2012 nyatanya banyak diminati. Banyak mereka yang datang ingin belajar atau mengenal bagaimana kehidupan Basic Skill di Bali. Mereka yang datang tidak hanya dari luar daerah yang tersebar di Indonesia, tetapi juga dari berbagai Negara di dunia, Amerika, Belanda, German, Spanyol, Malaysia, Jepang dan masih banyak masyarakat dunia lainnya.
Merekapun yang datang dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat atau pemuda lokal Buleleng, pelajar dari berbagai daerah di Indonesia dan pelajar asing dan wisatawan. ‘’Tentu yang datang mereka ingin mengetahui dan mempraktekan langsung kegiatan dasar masyarakat Bali. Tidak ada hal-hal yang sulit, atau tidak berfikir yang ruwet-ruwet. Mereka datang ngin mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat Bali sehari hari,’’ jelasnya..
Mereka yang datang memiliki ketertarikan yang sama yaitu mengenal budaya luar lengkap dengan kegiatan Basic Skill daerah yang dikunjungi. Ada hanya berkunjung beberapa jam, atau beberapa hari dan ada yang ingin tinggal beberapa minggu bahkan berbulan-bulan.
Seperti dua orang Mahasiwa magang dari universitas Flores. Katanya mereka sangat senang bisa magang di Rumah Intaran Bengkala. Secara tidak langsung keduanya megenal kehdiupan masyarakat Bali, disamping belajar tentang artchitecture.
Bagi mereka, ada hal-hal yang tidak dipahami sebelumnya seperti berkomunikasi, melakukan kegiatan keseharian sampai menerima tamu. Bahkan nanti ada praktek-praktek pembuatan alat-alat sederhana seperti menganyam bamboo, membuat atap dari daun kelapa, membuat keranjang dan masih banyak lagi, hingga mengenal kuliner lokal Di rumah Indataran pikiran berkembang bebas, terarah yang jelas kedisplinan dan potensi apa yang ada dalam diri kita bisa kembangkan.
Karena basic Rumah Intaran berupa biro konsultan architecture, Kresna juga memperkenalkan seni dan gaya architecture Bali – tentunya tidak terlepas dari seni, budaya dan agama yang ada dan mempengaruhi gaya archtecture.
‘’Buleleng sendiri memiliki potensi besar untuk dikembangkan,’’ tambahnya.
Hanya saja lanjutnya masih banyak institusi terkait tidak menyadari akan hal itu. ‘’Saya yakin, semua Desa yang ada di Buleleng memiliki potensi yang bisa dikembangkan.’’
Dia mencontohkan salah satunya adalah Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan. Katanya pendukung yaitu potensinya masyarakatnya sudah ada.
‘’Investasi sumberdaya manusianya sangat mendukung. Semua ada di sana, tokoh seniman banyak, pelaku seni sangat banyak. Mulai dari seni modern hingga tradisional ada. Sebenarnya investasi sumberdaya manusianya yang mahal. Jadi tinggal butuh kemauan saja, hanya dipoles saja potensinya dan melaksanakan bagaimana potensi tu dikembangkan.’’tegas Gede Kresna.
Demikian pula potensi pendukung lainnya sangat banyak Pura-Pura tua dengan ciri khasnya masih banyak. Alamnya juga, banyak yang bisa dikembangkan sebagai tujuan wisata. ‘’Tapi masalah yang kita temui di lapangan tentang dana. Padahal sudah ada dana Desa yang bisa dimanfaatkan untuk kemajuan desa itu sendiri,’’tambahnya.
Desa lainnya adalah Desa Bulian, Kec. Kubutambahan. Menurutnya sudah banyak pengusah atravel agen mengenal Desa unik tersebut. Bahkan mereka sudah ‘menjual’ ke wistawan asing. Tapi karena kembali lagi ke pemerintah setempat kurang mendukung jadi kawasan Bulian masih menjadi Desa yang belum tersentuh secara komersial.
‘’Tadi ada kunjungan wistawan asal Spanyol. Ternyata mereka menginap di Bulian. Sebenarnya bukan intervensi dari kami, tapi aget wsatanya paham , sudah tahu Bulian memiliki potensi. Itu artinya, DDesa Bulian bisa dikembangkan lebih optimal,’’jelasnya.
Tidak berlebihan, Gede Kresna sosok yang sangat bersahaja, tidak segan-segan membagi ilmu ke anak-anak muda. Kegiatannya sebelum pandemic COVID 19 sangat padat, memberikan kuliah di beberapa Universitas termasuk di wilayah Timur Indonesia, workshop dan memberikan materi seminar.
Bahkan untuk pemuda lokal, pihaknya dengan senang mengarahkan dan memberikan ilmu Cinta Potensi Desa. ‘’Banyak sekali pemuda dari seputaran Buleleng yang pernah datang. Rata-rata mereka sangat senang, dan sering sharing terhadap potensi desanya sendiri.’’tegasnya.
‘’Saya jelaskan kepada mereka, semua Desa Desa yang ada di Buleleng memiliki potensi untuk dikembangkan. Saya akan siap membantu,’’tambahnya lagi.
Pewarta : Alit Kertaraharja
Editor : Putu Nova A.Putra