Sriani : “Wabah Corona menjadi pelajaran penting bagi banyak orang”.

Kadek Sriani, mantan pekerja migran yang sempat bekerja di Turki kini harus melakoni pekerjaan sebagai buruh untuk menafkahi hidup |FOTO : I Putu Nova A.Putra|

Singaraja, koranbuleleng.com | Kadek Sriani, tampak bengong menunggu pembeli. Dia berjualan menggunakan mobil bak terbuka menjual perlengkapan atau sarana banten di Pasar Anyar, Singaraja. Di bak mobilnya, sarana banten sudah penuh, namun pembeli justru sepi. Di samping lapak mobil Sriani, ada juga pedagang bermobil lainnya, kondisinya sama, sepi pembeli. Hanya ada beberapa pembeli saja terlihat bertransaksi.

- Advertisement -

Biasanya, menjelang hari raya Pagerwesi, pembeli biasanya menyerbu, antre banyak. Namun, karena kondisi ekonomi yang sedang sulit akibat Pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, daya beli masyarakat turun, bahkan untuk membeli sarana banten untuk hari raya Pagerwesi, harus lebih efektf.

“Sepi, pembeli sedikit. Tapi semua serba sulit saat ini pak, orang belanja juga sepi karena tidak ada uang,”  ujar Sriani, saat ditemui di lapak mobilnya di sebelah timur Pasar Anyar, Singaraja, Selasa 2 Pebruari 2021.

Sriani, hanya seorang buruh. Dia punya bos. Dibalik ini, ada kisah pilu Sriani akibat wabah Corona yang mendunia ini. Dia salah salah satu mantan pekerja migran yang sempat bekerja di Turki.  

Sekitar September 2019, dia pulang ke Bali, setelah lima tahun sebelumnya bekerja di Turki. Dia bekerja di sebuah perusahaan spa therapy. Namun karena kontraknya berakhir dia dipulangkan ke Indonesia. Saat itu, wabah COVID-19 belum melanda Indonesia.

- Advertisement -

“Lima tahun saya di Turki, baru bisa pulang September 2019 itu. Saat pulang, saya ada cobaan lagi harus bercerai dengan suami. Sementara tabungan saya ketika bekerja di Turki, Selalu saya kirimkan ke suami. Itu pengalaman hidup lah pak,” cerita Sriani.

Kala itu, dia sempat kembali mau berangkat ke Turki, namun wabah COVID-19 justru semakin gawat. Banyak Pekerja Migran Indonesia dipulangkan dari berbagai Negara, termasuk dari kapal pesiar. Sejumlah bandara di berbagai Negara juga banyak yang tutup. Sriani pun akhirnya batal berangkat.

Ditengah pembatalan keberangkatannya menuju Turki kala itu, Sriani sendiri harus berjuang dari nol ditengah pandemi COVID-19.  Dia melakoni pekerjaan apapun agar bisa hidup.

Perempuan yang tinggal di wilayah kelurahan Kampung Anyar, Singaraja ini mengaku pernah mencari bunga jepun untuk dijual. Pekerjaan yang lain juga dilakoni, asalkan bisa mendapatkan uang.

“Akhirnya saya bekerja buruh dagang perlengkapan banten ini sejak delapan bulan lalu. Yang penting bisa makan dulu,” ujarnya.

Sriani mengakui kehidupan yang sangat berbeda ketika dirinya bekerja di Turki dengan pekerjaan yang dilakoni sekarang. Penghasilannya jelas jauh berbeda. “Tapi yang penting perbanyak bersyukur saja, sudah bisa makan dan menata hidup lagi,” tambahnya.

Sriani mengaku akan kembali berangkat ke Turki. Dokumen keberangkatan sudah lengkap, begitupun tiket pesawat sudah ada. Namun, keberangkatannya masih ditunda hingga Maret 2021 mendatang. Dia mengaku sudah ada yang mengatur tentang penempatan pekerjannya di Turki

“Mestinya Januari kemarin, tetapi ditunda sampai Maret ini karena Corona juga. Saya menunggu saja dulu, mudah-mudahan Maret bisa berangkat lagi.”  katanya.

Sriani mengaku, banyak mantan pekerja migran yang pulang ke Bali menyambung hidup dengan melakoni pekerjaan berbeda-beda. Ada yang berjualan es kelapa muda, ada yang buka warung makanan dan minuman. Itu terpaksa dilakukan untuk menafkahi keluarga. “Wabah COVID-19 ini menjadi pelajaran hidup bagi banyak orang,” tutupnya. 

Pewarta : I Putu Nova A.Putra

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts