Lahan urban farming dan gedung TPS3R di Desa Baktiseraga |FOTO : Ni Luh Sinta Yani|
Singaraja, koranbuleleng.com | Berbekal hasil menyelami ilmu dari berbagai sumber seperti internet, diskusi terbatas dengan pihak-pihak kompeten, Desa Baktiseraga mampu berinovasi menjadi desa yang sangat produktif. Desa ini merancang pembangunan TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle) dan teknik pertanian Urban Farming di kawasan lahan kurang produktif di desa setempat.
Desa Baktiseraga berada di pinggiran Kota Singaraja atau dalam posisi letak pada posisi 8.1263.12,1150.075545 lintang selatan dan 8.12.66.812.11.5.07.6767. Desa ini juga berbatasan dengan desa lain, seperti Desa Panji dan Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada. Kelurahan Banjar Tegal dan Kelurahan Banyuasri serta Desa Pemaron, di wilayah Kecamatan Buleleng. Desa ini juga mempunyai garis pantai yang lebih dikenal sebagai Pantai Penimbangan.
Sebagai desa yang hidup di wilayah perkotaan, lahan pertanian produktif di desa Baktiseraga sangat sedikit. Dari situ, perangkat desa Baktiseraga mengembangkan inovasinya, diantaranya pembangunan TPS3R dan urban farming tersebut.
Kemunculan inovasi urban farming ini karena pemerintah desa ingin memanfaatkan pupuk kompos yang dihasilkan oleh TPS3R yang baru selesai dibangun.
Ternyata, ide ini mendapatkan respon positif dari masyarakat dan juga pemerintah provinsi Bali, serta mampu mengantarkan Desa Baktiseraga memperoleh penghargaan Bali Bakti Pertiwi Nugraha pada tahun 2021. Desa Batiseraga dinilai telahsukses menanggulangi sampah dari sumbernya.
Kepala Desa Baktiseraga, I Gusti Putu Armada tidak menyangka mampu mendapatkan penghargaan tersebut, karena memang niatnya hanya untuk mengatasi permasalahan di desa. “Apa yang kami lakukan ternyata sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 tahun 2018, yaitu tentang pengolahan sampah berbasis sumber” katanya.
Armada juga menuturkan bahwa perjalanannya memperoleh penghargaan cukup panjang. Untuk mengolah lahan, Pemdes Baktiseraga menciptakan program padat karya tunai, yaitu mengajak masyarakat yang belum bekerja untuk menjadi petani di lahan Urban Farming. Produk produk pangan yang dihasilkan kemudian dibantu penjualannya oleh Tim Penggerak PKK Desa Baktiseraga
Dampaknya, roda perekonomian dapat berjalan dan ini mampu meningkatkan ketahanan pangan desa. Selain itu, pihak pemerintah desa juga sangat gencar dalam mengadakan sosialisasi kepada masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga dan membuat peraturan tegas bagi yang melanggar. “Pihak kami tidak akan memungut sampah jika mereka tidak memilahnya terlebih dahulu”. terangnya.
Kedepannya, Armada sangat berharap pemerintah kabupaten/provinsi dapat membantu memperluas lahan Urban Farming dan tempat untuk cacahan pupuk organik serta dapat memberikan dampak perubahan yang lebih besar lagi. “Kami siap berkompetisi dengan pondasi yang kuat,” tambahnya. |SY|