I Putu Gede Parma, S.ST., M.Par
Singaraja, koranbuleleng.com| Bung Parma, itulah sapaan akrab I Putu Gede Parma, S.ST., M.Par, seorang akademisi yang juga giat di organisasi dan berperan aktif di lembaga pemerintahan. Dosen kelahiran Mataram Barat, pada bulan proklamasi 44 tahun silam ini menamatkan studi magisternya di jurusan Kajian Pariwisata Universitas Udayana.
Parma memulai karirnya sebagai Supporting Team Banquet Food and Baverage The Ritz Cariton Resort and SPA pada tahun 1996 sebelum akhirnya menjadi dosen tetap di Universitas Pendidikan Ganesha. Bidang pariwisata menjadi bidang yang paling digeluti oleh Bung Parma karena faktor pendidikan dan pengalamannya yang fokus terhadap pariwisata.
Namun, Parma tidak pernah menutup diri dengan ilmu-ilmu lainnya selain tentang kepariwisataan. Ini terbukti dengan beberapa jabatan yang didudukinya seperti anggota tim ahli bupati di bidang pembangunan, konsultan kerjasama on the job luar negeri, wakil dekan II Fakultas Ekonomi Undiksha, dan anggota tim sistem Perencanaan, Penyusunan Program, dan Penganggaran (P4).
Kepiawaian Parma di organisasi juga tidak perlu diragukan lagi. Sampai saat ini Parma sudah menduduki ketua KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Buleleng. Dia juga menjabat di beberapa organisasi lainnya seperti Pemuda Panca Marga, Kelompok Sadar Wisata Kabupaten Buleleng, dan gugus tugas percepatan penanganan COVID-19 di Kabupaten Buleleng.
Parma juga dipercaya sebagai pembina Menwa (Resimen Mahasiswa) di Undiksha. Rasa kebanggaannya terhadap Indonesia sudah sangat melekat di hati. Parma sebenarnya sangat menyayangkan sekali, banyak anak muda yang menjelekan Indonesia seperti yang sedang trending di Tiktok dengan tagline #welcometoIndonesia.
Di video-video tersebut, banyak sekali orang-orang yang membuat konten tentang keburukan Indonesia hingga sampai ke luar negeri. Tentu saja ini akan menambah citra buruk Indonesia. Parma menambahkan bahwa siapa saja bisa mengekspresikan diri akan tetapi harus tetap sopan santun.
“Kalau nilai adi luhung kita seperti sopan santun sudah menjadi sejarah, lalu nilai apa yang kita terapkan sekarang dan wariskan nanti?” ujar Parma.
Parma juga sangat mengkritisi buzzer-buzzer yang masih saling serang sampai saat ini. Padahal waktu pemilihan sudah usai. “Harusnya kita sekarang bahu membahu untuk membangun Indonesia, bukan malah saling menjatuhkan.” tutupnya.
Saat ini, dunia pariwisata Bali sedang remuk oleh pandemi COVID-19. Padahal kehadiran pariwisata menjadi motor penggerak perekonomian di Bali. Kondisi pariwisata di Bali yang ambruk dan mempengaruhi pendapatan daerah yang diperoleh Pemerintah di Bali. Rencana pembukaan pariwisata yang akan dilakukan pada bulan Juli 2021 seakan-akan hanya angan-angan saja karena PPKM darurat yang diberlakukan di Jawa Bali semenjak 3 – 20 Juli 2021.
Selaku akademisi, Parma memberikan pandangan pembukaan pariwisata di Bali tentunya disambut dengan sangat baik oleh segenap masyarakat yang merasakan dampak dari pariwisata.
Masyarakat tentu sangat mendambakan pembukaan pariwisata ini karena pariwisata menjadi multiplayer impact, baik yang terjun langsung di dunia pariwisata, maupun yang secara tidak langsung terjun di pariwisata seperti petani dan nelayan. Namun ketika dihadapkan dengan pilihan kesehatan atau ekonomi di masa pandemi ini akan sangat sulit untuk menentukan yang mana yang terlebih dahulu diutamakan.
“Kita memang ingin pariwisata dan ekonomi bangkit kembali. Tapi di kondisi seperti ini tentunya kesehatan menjadi prioritas utama.” ungkap Parma yang ikut juga terlibat sebagai anggota Seksi Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Kabupaten Buleleng.
Lebih lanjut, Parma menjelaskan bahwa pada masa sekarang saatnya industri perhotelan lebih berbenah lagi untuk menyiapkan sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability) untuk beradaptasi terhadap pandemi ini.
Selain itu, pengembangan ekonomi kreatif sangat berperan penting dalam menyeimbangkan kondisi perekonomian yang sedang tertatih-tatih. Ekonomi kreatif di dalamnya sudah terdapat pariwisata, musik, film, fashion, fotografi, seni pertunjukan, keterampilan dalam pembuatan souvenir.
Ekonomi kreatif ini sebenarnya sudah ada sejak lama, namun belum tergarap secara maksimal dan belum digeluti serta diminati oleh anak muda. Industri kreatif juga menjadi salah satu penopang dalam dunia pariwisata
“Ke depannya bagaimana peran pemerintah dalam mendukung industri kreatif ini seperti permodalan, pelatihan produk menarik agar memiliki nilai jual, dan pemasaran.” ujar Parma. |SY|