Potensi Bisnis Tinggi, Warga Desa Bulian Budidayakan Lebah Madu Kele-kele Secara Tradisional

Singaraja, koranbuleleng.com | Pemerintah Desa Bulian kini sedang gencar mengembangkan ternak lebah klanceng atau kele-kele untuk menghasilkan madu. Bahkan, desa ini membentuk kelompok tani lebah madu “Sari Kembang” sejak tahun 2019 untuk mengelola bisnis madu kele-kele tersebut.

Madu kele-kele saat ini sedang jadi bisnis primadona.Bisnis madu kele-kele ini memerlukan modal sedikit namun bisa meraup untung banyak. Harga madunya sangat tinggi. Harga madu kele-kele untuk kemasan botol kapasitas 620 ml (militer) mencapai harga Rp350 ribu dan kemasan dengan botol kecil kapasitas 300 ml dengan harga Rp150 ribu.

- Advertisement -

Kelompok tani tersebut beranggotakan 26 orang.Anggotanya juga warga Bulian yang secara turun temurun mencari lebah klanceng dari hutan dan diberdayakan di rumah masing-masing.  Sebagian warga Desa Bulian sudah terbiasa mencari lebah di hutan. Mencari lebah ini sudah dilakukan dari generasi ke generasi.

“Pemindahan lebah dari alam masih dilakukan secara tradisional sesuai kepercayaan leluhur. Kelompok kami mengambil induk lebah langsung dari hutan baik yang bersarang ditanah maupun pada pohon bambu yang selanjutnya dibawa kerumah untuk diternakkan,”jelas Ketua Kelompok Tani Lebah Madu Sari Kembang, I Made Sudira yang juga selaku Sekretraris Desa Bulian itu.

Teknik dalam budidaya lebah madu kele-kele di Bulian dilakukan secara alami dan tradisional. Mulai dari awal pengambilan dan pemindahan sarang lebah dari hutan termasuk menyiapkan tempat sarang lebah yang masih menggunakan bahan alami berupa batang bambu yang telah dibelah dua.

Rumah lebah klanceng yang menghasilkan madu kele-kele

Sudira mengatakan, faktor cuaca sangat mempengaruhi dalam budidaya ternak madu klanceng ini. Karena lebah ini cenderung hidup di alam yang sejuk, bahkan kalau cuaca panas atau dingin sekali lebah ini akan cepat migrasi ke tempat lain. Selain itu, sangat tergantung juga pada musim berbunga tanaman di sekitar sebagai bahan nektar lebah untuk menghasilkan madu.

- Advertisement -

“Semisal kalau bunganya sudah banyak, mungkin kurang lebih 3 bulan sudah bisa memproduksi madu sesuai harapan kita,” ungkapnya.

Made Sudira menekankan kembali, jika cuaca mendukung dan ketersedian nektar bagi lebah mencukupi diperkirakan kelompoknya bisa panen madu sampai 2-3 kali dalam setahun.  Setiap panen, anggota kelompoknya bisa mendapatkan tambahan penghasilan kisaran Rp5,5 juta setiap panennya.

Sudira menjamin madu dari kelompok tani ini diproses secara alami tanpa ada sentuhan kimiawi dan dijamin 100% kemurniannya. Jadi, madunya dijamin memiliki kualitas tinggi dan tahan lama kalau disimpan dalam kurun waktu yang lama.

“Karena proses panen madu secara alami, kami yakin kualitasnya bagus dan otomatis para pelanggan akan tetap berlangganan termasuk juga sebagai media promosi kepada masyarakat lainnya bahwa kami menjual madu kele murni disini,” imbuhnya.

Madu dari desa Bulian ini sudah masuk pangsa pasar ke seluruh Kabupaten di Bali. Bahkan dari kelompoknya tidak pernah menyimpan stok madu terlalu lama karena pesanan yang cukup tinggi, malah sering kekurangan stok. Oleh karena itu, pihaknya akan mengkoordinir anggota untuk bisa menambah sarang lebah lagi.

“Kami akan terus mensupport anggota kelompok ini agar menambah rumah lebah setiap tahunnya sehingga ketersediaan madu bisa lebih banyak lagi. ” tegasnya.

Made Sudira mempercayai madu kele-kele binaan kelompoknya sangat bagus bagi kesehatan dan dipercaya juga bagus untuk kosmetik karena kemurnian dari madu itu sendiri.

Sementara itu,  Perbekel Desa Bulian, I Made Sudirsa menuturkan antusias masyarakat terhadap budidaya madu kele-kele ini sangat bagus karena didukung juga dari faktor alamnya. 

Pemerintah desa (Pemdes) Bulian juga melakukan pembinaan kepada kelompok tani bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Bali sehingga hasil produksi dan budidaya lebah bisa lebih optimal. Pemdes juga memfasilitasi permodalan dan pemasaran melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).

“Nanti akan disurvei dan jika sudah memenuhi syarat maka bisa mendapat pinjaman berkisar 25 – 50 juta tanpa bunga. Itu salah satu wujud kami membantu petani melalui subsidi dari Bumdes,” ucapnya.

Selain bermanfaat bagi kesehatan, Sudirsa meyakini keunggulan lain dari budidaya lebah madu ini tanpa disadari bisa mendorong masyarakat Desa Bulian untuk mengurangi penggunaan pentisida untuk perkebunan. Sehingga makin banyaknya ada lebah kele-kele bisa memberikan dampak yang bagus bagi sektor pertanian di Desa Bulian.

Budidaya lebah madu klanceng ini memberi berkah tersendiri dari salah satu anggota kelompoknya yakni Kadek Budiasa. Pria yang kesehariannya bekerja sebagai petani  ini menuturkan, awalnya hanya sekedar iseng untuk beternak lebah madu klanceng.

Berawal dari nemu sarang lebah klanceng saat berkebun, dia mencoba untuk membuat tempat sarang lebah di rumah dan menghasilkan sebotol madu kala itu yang kemudian langsung dijualnya. Mulai sejak itu, Kadek Budiasa semangat ternak madu klanceng dan saat ini sudah mempunyai kurang lebih 100 tempat sarang lebah di rumahnya.

Kadek Budiasa mengungkapkan, dalam mempromosikan madunya ia hanya melalui media sosial saja. Beberapa kota besar di Bali seperti Denpasar, Gianyar dan sebagian besar wilayah di Buleleng sudah pernah merasakan madu klancengnya.

Melalui hasil budidaya ternak madu klanceng ini, dia bisa mendapatkan penghasilan tambahan kurang lebih 15 juta pertahunnya. “Astungkara ada tambahan penghasilan dan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” pungkas Budiasa. |YS|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts