Singaraja, koranbuleleng.com | Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng menggelar eksebisi permainan tradisional mejaran-jaranan di Wantilan Pura Dalem, Lingkungan Banyuning Timur, Kelurahan Banyuning, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Kamis 9 Nopember 2023.
Dalam eksebisi itu, puluhan anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) disebut mengikuti permainan tradisional dengan antusias. Mereka terbagi dalam beberapa tim yang terdiri atas tujuh orang. Masing-masing tim mengusung satu orang dan berusaha menjatuhkan lawannya. Yang berhasil menjatuhkan lawan keluar sebagai pemenang.
Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan Buleleng, Nyoman Widarma mengatakan, kegiatan ini digelar sebagai bentuk pelestarian permainan tradisional. Di zaman yang serba digital, tak dipungkiri anak-anak semakin tidak mengenali permainan-permainan tradisional lantaran berkutat dengan teknologi ponsel. Dia berharap, permainan ini dapat ditularkan ke anak-anak lainnya untuk pelestarian tradisi dan budaya.
“Program eksebisi permainan mejaran-jaranan ini sebagai langkah pengenalan ke generasi milenial yang menyasar anak-anak Sekolah Dasar,” ucapnya.
Permainan mejaran-jaranan sebelumnya telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada Tahun 2022 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
“Penetapan itu akan memastikan perlindungan bagi permainan tradisional yang ada dan nantinya akan menjaga pelestarian permainan tradisional,” imbuhnya.
Sementara itu, Lurah Banyuning Nyoman Mulyawan menyampaikan, permainan mejaran-jaranan ini merupakan permainan asli dimiliki oleh Desa Banyuning. Biasanya permainan itu akan dimainkan pada akhir Piodalan di Pura Gede Pemayun Desa Adat Banyuning sebagai tanda syukur bahwa piodalan berjalan dengan lancar.
“Sebenarnya dulu yang memainkan banyak karena lantainya masih tanah liat. Tapi sekarang sudah di paving bisa membahayakan peserta, untuk itu saya bongkar lagi pavingnya agar tradisi permainan ini bisa terus berjalan,” ujar dia.
Secara teknis, permainan ini dilakukan dalam bentuk dua kelompok. Setiap kelompok akan terdiri dari beberapa orang. Dua orang akan berperan sebagai kuda, dua orang lainnya sebagai pelana untuk kaki, dua orang menggotong, dan seorang lagi sebagai jokinya.
Sebelum dimulai peserta akan mengelilingi tempat permainan sambil bernyanyi, kemudian setiap kelompok akan saling beradu, joki siapa yang terlebih dahulu jatuh, maka kelompok tersebut akan dinyatakan kalah.
“Jadi dalam permainan ini peserta harus bermain secara sportif agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya.(*)
Pewarta : Edy Nurdiantoro