Identifikasi Ceruk di lahan perkebunan dekat dengan pembangunan Bendungan Tamblang |FOTO : Edy Nurdiantoro|
Singaraja, koranbuleleng.com | Proses pembangunan Bendungan Tamblang sering kali menemukan berbagai situs peninggalan dari masa lalu. Situs-situs tersebut sangat identik dengan mula peradaban kuno dan saling berkaitan. Ini menandakan, sudah ada kehidupan di wilayah daerah aliran sungai Tukad Aye dan wilayah perairannya dimanfaatkan dnegan baik untuk kepentingan pertanian dan kehidpan di masa lalu.
Pembuktiannya, sebelumnya ditemukan terowongan air yang diperkirakan sudah dibuat pada jaman bali kuno tepat ditengah lahan bendungan. Terowongan kuno tersebut merupakan aliran sistem irigasi pertanian dari masa lalu. Dan kali ini kembali ditemukan sebuah peninggalan zaman bali kuno yakni Ceruk.
Ceruk merupakan goa dangkal buatan yang biasa digunakan sebagai tempat istirahat atau pertapaan jaman dulu. Temuan Ceruk yang diperkirakan dibuat pada abad kesebelas terletak di sebelah selatan bendungan Tamblang, tepatnya di banjar dinas kawanan desa Bila, kecamatan Kubutambahan. Untuk mencapai lokasi harus mengikuti jalan setapak yang medannya cukup terjal, dengan waktu tempuh kurang lebih sekitar 20 menit.
Tetapi temuan Ceruk di lahan milik Ketut Gerinda ini tidak kena imbas lahan proyek bendungan. Pihak Arkeolog Bali langsung melakukan penelitian lebih intensif untuk melindungi Ceruk sebagai warisan Bali zaman kuno bahkan tidak menutup kemungkinan menjadikannya sebagai cagar budaya.
Kepala Balai Arkeologi Denpasar I Gusti Made Suarbhawa mengatakan, dari pemantauan ada 3 Ceruk yang ditemukan. Ketiga lokasinya agak berjauhan sekitar 3 meter. Dilihat dari bentuk Ceruk, biasanya digunakan sebagai pertapaan jaman Bali kuno. Keberadaan Ceruk tersebut diperkirakan ada kaitannya dengan keberadaan Tukad Aye. Ttemuan Ceruk menandakan sudah sejak zaman dulu ada bukti-bukti kehidupan dan peradaban yang sangat kuat.
Suarbhawa menilai jika temuan Ceruk tersebut sudah bergeser dari tempat aslinya, karena ada beberapa pecahan-pecahan yang ada di sekitar temuan. Selain itu di atas temuan ceruk juga ada tebing tinggi. Jadi kemungkinan Ceruk tersebut jatuh dari posisi aslinya.
“Tapi syukurnya yang satu masih dalam kondisi bagus. Jadi ini tentunya mendukung jika Tukad Aye sudah dikelola dari jaman dulu. Itu bisa dilihat juga dari terowongan yang ditemukan kemarin. Ini berhubungan erat,” sambungnya.
Suarbhawa menambahkan, tidak menutup kemungkinan temuan Ceruk menjadikan situs cagar budaya nantinya. Namun, sekarang temuan masih bersifat objek diduga Cagar Budaya (ODCB) belum sebagai cagar budaya. Untuk menjadikan sebagai cagar budaya harus melalui proses panjang.
“Harus ada proses registrasi, pemantapan dan banyak lagi prosesnya. Tapi ini yang jelas temuan situs yang dibuat oleh manusia” katanya
Balai Arkeologi menghimbau agar kawasan sekitar temuan Ceruk tidak dieksploitasi secara berlebihan. Jangan dipakai untuk keperluan lain baik dari Desa maupun Dinas Kebudayaan. Selain itu untuk pengelola bendungan diharapkan dibuatkan akses memadai sehingga bendungan bisa bercerita di dukung dari bukti-bukti temuan zaman dulu.
Sementara itu, Direksi Teknis Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida Nengah Sudiarta mengatakan, lokasi Ceruk berada di atas genangan bendungan dan kemuningkan aman dari proyek bendungan. Jadi kedepan pihaknya akan memperhitungkan akses jalan untuk mendukung kelestarian dari ceruk tersebut.
Ditempat yang sama, Perbekel I Ketut Citarja Yudiarta berharap terus di teliti temuan ceruk tersebut, karena temuan tersebut tak lepas dari cerita sejarah jaman dulu. Jadi dengan dimanfaatkannya temuan Ceruk desa yang di ada di kawasan Bendungan Tamblang tidak hanya bisa menikmati air. Namun juga dari segi cerita sejarah.
“Harapan kedepan bendungan itu tidak hanya saja sekedar sebagai pengendali banjir atau daerah penyimpanan air tapi tetap tempat menjadi tempat edukasi bahwa kita di sini memiliki sejarah kehidpan dari masa lalu,“ katanya. |ET|