Pembuat gerabah Banyuning |FOTO : Yoga Sariada|
Singaraja, koranbuleleng.com | Kerajinan gerabah di Banyuning, merupakan usaha turun-temurun yang berasal dari kakek dan nenek hingga buyut sebelumnya. Sampai saat inim masih banyak warga kelurahan Banyining menjalankan usaha ini.
Salah satunya, Luh Puriasih yang sudah melakoni usaha ini sejak kecil. Meski demikian, wanita yang kini berusia 41 tahun itu tidak pernah merasa bosan dengan usaha yang ia jalankan. Pasalnya, dari usaha pembuatan gerabah itu ia mengaku mendapat banyak keuntungan.
“Seminggu saya bisa mendapat penghasilan dua juta, ya paling sedikit satu setengah juta. Tergantung pemesanan.” ungkap Puriasih, Rabu, 17 Maret 2021.
Puriasih juga menyatakan, melalui usaha pembuatan gerabah ia dapat memenuhi kebutuhan pendidikan untuk dua orang anaknya.
Anak pertamanya,seorang laki-laki dan dan sudah menamatkan kuliah di salah satu Perguruan Tinggi di Bali. Sedangkan anak yang kedua seorang perempuan, masih duduk di bangku kelas dua SMA. “Dia juga nanti mau kuliah.” ungkapnya.
Dalam membuat gerabah, Puriasih tidak bekerja sendirian. Ia dibantu tiga orang lainnya. Cuma saja, pembantu yang diajaknya membuat gerabah juga masih duduk di bangku sekolah.
“Mereka masih sekolah, SMA. Pagi sampai jam 12 itu mereka belajar, kan lewat online sekarang. Jam satu baru bisa ke sini. Tapi kalau hari minggu, mereka kerja dari jam delapan sampai jam empat sore.” tutur Puriasih.
Meski berada di dalam situasi pandemi COVID-19, hal itu sama sekali tidak mempengaruhi penghasilan dalam usaha pembuatan gerabah. Puriasih mengaku memiliki satu pengepul atau pelanggan tetap, yang setiap minggu datang memesan gerabah yang ia buat.
Sementara, di tempat penjualan gerabah yang berlokasi di Desa Banyuning, Singaraja, Putu Suardana dan Luh Sarining menjual dua jenis gerabah, yaitu gerabah dengan permukaan kasar dan halus. Putu Suardana mengaku kedua jenis gerabah ini dipesan dari tempat yang berbeda.
“Yang kasar ini asli Banyuning, ya Bali, lah. Dipesan di dekat sini dari perajin disini. Kalau yang halus dipesan dari Lombok.” ungkap Putu Suardana.
Selama berkecimpung dalam bisnis penjualan gerabah, Putu Suardana mengatakan bahwa gerabah yang halus memang selalu dipesan dari Lombok. Hal ini dilakukan karena tidak ada pembuat atau pengrajin gerabah di Bali yang bisa membuat gerabah halus.
“Karena memang tidak ada alatnya juga. Gerabah halus kan harus pakai oven dia. Bukan dibakar secara sederhana. Sedangkan yang kasar ini dibakar dia. Kayak bakar batu bata. Kayak bakar genteng.” urainya.
Selain itu, Putu Suardana juga mengatakan jenis tanah yang digunakan untuk membuat gerabah halus itu berbeda, bukan tanah liat yang digunakan untuk membuat gerabah kasar. |CR-05|