Kelompok Tani Organik Persadha memanfaatkan lahan kering jadi lebih produktif |FOTO :Edy Nurdiantoro|
Singaraja, koranbuleleng.com | Rasa optimisme digaungkan oleh salah satu kelompok tani di wilayah Banjar Dinas Batulumbang, Desa Penuktukan, kecamatan Tejakula Buleleng. Meski di tengah kondisi pandemi COVID-19 seperti sekarang, mereka sepakat untuk bertani di lahan minim air serta tidak produktif sejak bertahun-tahun lamanya.
Kelompok Tani Organik Persadha mencoba memanfaatkan lahan seluas 93 are berlokasi di Banjar Dinas Batulumbang, Desa Penuktukan, Â yang sebelumnya tidak produktif dengan ditanami jenis tanaman yang memiliki nilai jual dengan waktu panen singkat seperti Cabe, Terong, Kol, dengan memakai konsep bertani tumpang sari.
Kelompok ini beranggotakan Tiga orang itu yakni Nyoman Suartika (48 tahun) asal Dusun Batulumbang, Gede Wiriandana (49 tahun) asal Dusun Kawanan, dan Ketut Murtawan (26 tahun) asal Dusun Batulumbang.
Lahan tersebut telah ditanami bibit cabe besar 400, bibit 200, Bibit Kol 100 sisanya cabe keriting sekitar 2 ribu batang. Selain untuk bisa bertahan di masa pandemi, kegiatan memanfaatkan lahan kering ini juga sebagai edukasi terhadap warga lain untuk ikut memanfaatkan lahan kurang produktif.
“Jadi karena ini murni kami lakukan untuk memancing atau mengedukasi warga lainnya. Kami juga siap datang ke tempat mereka masing-masing jika memang mau belajar memulai tanpa dibayar pun kami siap datang dan mendampingi selama proses penanaman hingga berhasil,” jelas Nyoman Suartika
Melihat kondisi saat ini pandemi COVID-19 yang masih menghantui, pihaknya siap memberikan edukasi agar warga tetap bisa produktif dalam kondisi seperti sekarang. Kedepan pihaknya terus akan mengembangkan apa yang telah dibuat, sehingga bisa menjadikan sebagai pilot project.
“Kami juga siap datang ke tempat mereka masing-masing jika memang mau belajar memulai tanpa dibayar pun kami siap datang dan mendampingi selama proses penanaman hingga berhasil,” lanjutnya
Terkait biaya, Suartika mengaku telah mengeluarkan uang mencapai Rp 3 Juta, sebab pembibitan masih secara manual dan gotong royong. Namun kedepan jika ada bantuan pihaknya tetap menyambut baik guna bisa membangkitkan pertanian yang ada di Desa Penuktukan.
“Sementara untuk penjualan hasil panen, nantinya kami berencana gunakan untuk pembelian bibit sekaligus pengembangan agar bisa lebih diperluas lagi,” tutupnya. |ET|