Singaraja, koranbuleleng.com | Sungai Buleleng atau lebih akrab disebut Tukad Buleleng merupakan salah satu sungai besar yang membelah kota Singaraja, Buleleng. Sungai ini bermuara Pelabuhan Buleleng, tempat bersejarah dari masa lalu.
Dahulu, tatkala Pelabuhan Buleleng menjadi salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia Timur, di muara Sungai berderet perahu-perahu milik nelayan. Sedari jaman Kerajaan Buleleng, wilayah ini adalah perniagaan besar. Masyarakatnya majemuk dari berbagai suku dan ras. Kemajemukan itu,masih terlihat nyata sampai kini, termasuk pemukiman di daerah aliran Tukad Buleleng.
Tukad Buleleng melewati sejumlah desa dan kelurahan beberapa diantaranya yaitu Kelurahan Banjar Jawa, Kelurahan Banjar Bali, dan Kelurahan Kampung Tinggi.
Beberapa warga sekitar saat ini sudah tidak memanfaatkan lagi sungai tersebut untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi atau mencuci pakaian karena sudah ada distribusi air bersih dari perusahaan air bersih dari badan usaha milik daerah yang terpasang di masing-masing rumah warga.
Beberapa warga terkadang hanya menggunakan aliran sungai tersebut untuk keperluan pribadi salah satunya untuk berendam. Akan tetapi kegiatan tersebut hanya dilakukan pada saat air sungai jernih saja.
Kadang kala pada saat musim panas tiba, warga di sekitaran sungai terutama di Kelurahan Banjar Jawa juga memanfaatkan sungai tersebut sebagai mata pencaharian tambahan. Biasanya digunakan sebagai tempat untuk menanam kangkung.
Dari penuturan salah satu warga Kelurahan Banjar Jawa, kangkung yang ditanam disana bisa panen setiap tiga minggu sekali dan bertahan sampai musim hujan tiba.
“Kangkung yang dipanen biasanya dijual ke pasar, atau dijual keliling ke rumah warga. Harga perikat hanya lima ribu rupiah,” tutur Ketut Arya Sumerdana salah satu warga di Kelurahan Banjar Jawa.
Namun, di beberapa sudut daerah aliran sungai masih terlihat beberapa sampah mengotori sungai. Warnanya bermacam-macam sehingga akan sangat kontras bila dilihat dengan mata telanjang. Sampah yang terlihat lebih banyak sampah plastik,
Ada juga beberapa sampah tanaman berupa ranting pohon yang sudah kering.
Arya mengungkapkan bahwa sampah yang masih ada di sungai tersebut merupakan sampah kiriman dari hulu sungai, yang terbawa saat terjadi hujan yang disertai dengan banjir.
“Warga sekitar sini, tidak membuang sampah di sungai, selain karena sudah diatur oleh kelurahan, beberapa warga juga ikut mengawasi dan menegur bila ada yang masih membuang sampah di sungai,” ujarnya.
Ditemui ditempat berbeda, Sekretaris Kelurahan Banjar jawa Nyoman Artadana selaku sekretaris lurah, di Kelurahan Banjar Jawa mengungkapkan bahwa dalam upayanya ikut serta melestarikan lingkungan sungai, pihak kelurahan bersama dengan warga kelurahan Banjar Jawa terutama yang ada di lingkungan Gajah Mada (Gama) sudah sering melaksanakan pembersihan di areal Sungai Buleleng.
“Terdapat dua lingkungan yang ada disana yaitu lingkungan gama dan lingkungan Kalibaru, yang sudah turun di lingkungan gama,” Ujarnya
Pihak kelurahan juga telah menyediakan tempat sampah untuk warga, dan memasang spanduk himbaun untuk tidak membuang sampah di sungai sebagai upaya edukasi untuk warga setempat.
Tukad Buleleng ini bermuara di pelabuhan Buleleng yang berdekatan juga dengan permukiman warga di Kelurahan Kampung Baru.
Salah satu masyarakat di Kelurahan Kampung Baru bernama Budi Setiawan, mengungkapkan bahwa saat ini keadaan sungai Buleleng sudah lebih baik dari beberapa tahun yang lalu.
Masyarakat sudah lebih tertib dalam membuang sampah rumah tangganya masing-masing, walaupun masih ada beberapa warga yang kurang kesadaran untuk ikut menjaga kebersihan sungai. Dia meminta agar pemerintah lebih banyak menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.
“Setiap pagi selalu ada petugas yang membersihkan sampah di aliran Tukad Buleleng ini, biasanya sih jumlahnya sekitar empat orang,” tutur Setiawan saat ditemui di kediamannya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Gede Melandrat, SP menceritakan bahwa pemerintah telah melaksakan sosialisasi sekaligus edukasi kepada masyarakat terkait cara menjaga, memelihara dan memanfaatkan Kawasan yang menjadi kebanggaan buleleng tersebut.
“Edukasinya adalah bagaimana memelihara aliran sungai menjadi tetap bersih, tetap bening, dan tidak tercemar. Itu pernah kita lakukan dengan memberikan cairan eco enzyme sebagai unsur positif di dalam aliran air sungai,” Jelasnya
Dinas Lingkungan Hidup juga menempatkan 22 personil setiap harinya untuk membersihkan sampah yang masih terdapat di daerah aliran sungai Buleleng.
Dia mengharapkan agar masyarakat ikut serta menjaga dan mengawasi apabila ada orang yang masih membuang sampah kesungai baik itu sampah bekas-bekas industri, ataupun sampah sisa rumah tangga.
“Bila sudah ada kesadaran dari masyarakat dan indeks kualitas air sudah terjaga, selanjutnya kami pasti akan membantu masyarakat untuk mengembangkan keterampilannya dalam hal memanfaatkan aliran sungai sebagai kontribusi terhadap ekonomi mereka contohnya saja menanam kangkung atau membuat keramba ikan,” pungkasnya. (*)
Pewarta : Made Wijaya Kusuma
Editor : I Putu Nova A.Putra