Singaraja, koranbuleleng.com | Pandemi Covid19 ini membuat Putu Raksa Sulaksana lebih banyak beraktifitas di rumah, di Desa Sari Mekar, Kecamatan Buleleng. Dia seorang seniman tersohor. Tepatnya Seniman tari Arja.
Dari panggung ke panggung, penonton lebih akrab dengan Raksa karena membawakan karakter “Liku”.
Dia merupakan tokoh seni yang memiliki banyak pengalaman sampai ke tingkat dunia. Tak main-main dia sudah tampil diberbagai negara sejak tahun 1986 mulai dari Belanda, Amerika, Perancis, Jerman, Rusia, Thailand, Malaysia, Jepang dan beberapa negara lainnya.
Ia mengaku bahwa kegemarannya dalam hal menari sudah ada sejak duduk dibangku sekolah dasar terutama dalam legong dan seni arja. Hal itupun juga didukung oleh keluargannya yang memang memiliki dasar di bidang seni terutama ibunya yang juga berprofesi sebagai arja. Pria kelahiran 1961 tersebut sempat belajar sampai ke Keramas, Gianyar dengan seorang guru yang bernama Guru Togog.
Selain belajar di Gianyar, ia juga mendatangi beberapa tokoh arja lainnya untuk mendalami kembali kemampuannya tersebut diantaranya di Singapadu dan RRI Denpasar.
Selain karena memang menyukai seni arja, dia juga memiliki alasan lain yaitu peluang menjadi arja, menurutnya sangat bagus, karena pada saat itu yaitu di tahun 2000 pemeran galuh liku masih langka. Awalnya memulai karirnya sebagai liku dari pentas di Bungkulan, Kabupaten Buleleng sampai akhirnya dirilik dan diajak oleh senior arja dari Bali Selatan. Kendati demikian dia merupakan satu-satunya seorang laki-laki yang mengambil peran liku yang dapat bergabung dengan grup RRI Denpasar. Sampai akhirnya dia memiliki julukan yang melekat dalam dirinya hingga saat ini yaitu “Liku Buleleng”.
Peran liku (putri buduh) sendiri adalah peran putri raja, kadang memiliki watak yang keras dan terdakang juga menunjukan sifat seperti putri yang gila dalam suatu cerita arja. Dalam pementasanya, liku yang paling ditunggu-tungu oleh penonton karena penampilannya yang sering membawa humor, seperti pakaian yang norak dan tingkah laku yang lucu.
Bahkan dirinya merupakan penggagas pertama dari para seniman arja cross gender di tahun 2012. Cross gender sendiri merupakan penyeberangan tokoh dalam arja dimana tokoh wanita akan dimainkan oleh seorang laki-laki.
Walaupun sempat di komplain namun setelah dijalani beberapa tahun, akhirnya hal tersebut dapat diterima oleh masyarakat. Dirinya juga disebut-sebut sebagai seorang seniman yang sejak dulu tetap mempertahankan pakem yang ia miliki di saat semakin modernnya zaman saat ini.
Kemudian Putu Raksa menjelaskan bahwa drama tari Arja itu kebanyakan menceritakan kisah-kisah kerajaan namun adapula yang menceritakan legenda rakyat seperti halnya jaya prana dan layon sari serta masih banyak lagi legenda yang diambil untuk cerita arja. Kemudian untuk berapa orang yang memerankan drama tari arja itu juga tergantung dari cerita yang dibawakan.
“Selain untuk hiburan arja juga digunakan sebagai sarana upakara terutama waktu nyida karya” ucap Putu Raksa.
Dalam rangka melestarikan budaya Bali terutama kesenian Arja, ia mendirikan Sekeha Arja Manik Sari yang berlokasi di kediamannya di Desa Sari Mekar. Sekeha arja tersebut sudah didirikan tahun 2005 dan sudah menghasilkan beberapa generasi baru yang akan melanjutkan seni arja ini selanjutnya.
Dalam mengajar arja di rumahnya dia tidak pernah memungut biaya sepeserpun dari murid-muridnya, hal tersebut merupakan wujud dirinya sebagai tokoh seni untuk tetap melestarikan kesenian arja ditengah semakin menurunnya minat anak muda untuk belajar kesenian daerah.
Tidak lupa pria yang pernah berkuliah di ISI Jogja di tahun 1991 tersebut juga menyampaikan bahwa dengan adanya pandemi Covid-19 sangat dirasakan olehnya. Biasanya sebelum terjadi wabah virus Covid-19, Seminggu Ia bisa mendapatkan 5 undangan untuk menari arja. Akan tetapi sejak Covid-19 dia sudah tidak menerima pekerjaan arja selama kurang lebih 2 tahun.
“Baru diakhir tahun 2021 sampai saat ini, saya menerima pekerjaan ngajar lagi, kebetulan karena ada yang mencari.” pungkasnya.
Pewarta : Made Wijaya Kusuma
Editor :I Putu Nova A.Putra