Singaraja, koranbuleleng.com| Kertas seringkali menjadi sampah baik di kantoran maupun di rumah-rumah warga. Bahkan sering kali sampah kertas yang tidak dipakai itu akan dibakar, sehingga asapnya bisa menjadi polusi udara.
Melihat hal itu, Luh Rusmiati, 43 tahun, waga Banjar Dinas Ceblong, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng, mengubah sampah kertas yang tidak terpakai itu menjadi kerajinan yang bernilai tinggi. Bahkan produk kerajinan dari bahan kertas itu pun sempat terjual hingga keluar negeri.
Dari tangan terampil wanita kelahiran 4 Juni 1979 silam itu, kertas bekas seperti koran dan kertas HVS yang sudah tidak terpakai, diubah menjadi kerajinan tas, bokor, keranjang, tatakan gelas, tempat alat tulis, serta kerajinan lainnya yang terbuat dari kertas. Produk hasil kerajinan Rusmini, dibanderol mulai dari kisaran harga Rp5 ribu hingga Rp200 ribu. Harganya pun ditentukan dari berapa banyak kertas yang dipakai dan tingkat kesulitannya.
Rusmiati menyebut, ketertarikannya untuk membuat kerajinan tangan dari kertas ini berawal pada tahun 2017 lalu. Saat itu, ia melihat kertas koran yang menumpuk tidak terpakai yang ada di rumah saudaranya. Dari situ lah ide tersebut muncul.
Ia pun mulai mempelajari membuat kerajinan dari kertas koran, melalui media sosial Youtube. Tak lama baginya untuk membuat kertas yang terpakai itu, diubah menjadi barang. Awalnya kerajinan itu dipasarkan dari mulut ke mulut melalui saudaranya.
Setelah itu, akhirnya kerajinan tangan Rusmiati mulai diminati pembeli. Hal itu pun dimanfaatkan Rusmiati, untuk menambah penghasilan sebagai karyawan di sebuah perusahan di distributor bahan kimia dan sebagai guru les privat di Denpasar.
“Suka buat kerajinan awalnya. Banyak koran numpuk di rumah saudara daripada dibuang saya minta. iseng belajar dari Youtube. Akhirnya jadi barangnya. Tanya ke saudara, laku dijual nggak?. Awalnya buat bentuk bokor, akhirnya saudara beli, dipromosikan ke teman. Dikenalin ke orang kerja art shop. Bisa nyambi jadinya,”ujarnya ditemui belum lama ini.
Kata Rusmiati, bisnis kerajinan dari bahan kertas ini mulai benar-benar ditekuni nya sejak tahun 2019. Saat itu ia harus pulang dari Denpasar karena ibunya meninggal. Karena memiliki warung tidak ada yang mengurus, akhirnya Rusmiati memutuskan untuk mengisi warung tersebut dengan kerajinan tangan dari kertas tersebut.
“Karena ibu meninggal 2019 akhirnya harus pulang. Karena ada warung kecil yang tidak yang mengurus. Jadi mengurus warung sambil buat kerajinan ini juga,”kata dia.
Untuk membuat kerajinan dari kertas itu, awalnya Rusmiati akan memotong kertas APS atau kertas koran tersebut, dengan potongan memanjang. Setelah dipotong kertas tersebut lalu dilinting sehingga membentuk seperti rotan. Kemudian, kertas yang sudah dilinting itu, langsung diberikan cat untuk pewarnaan dasar dan dijemur. Setelah kering kertas lintingan yang sudah diberi cat dasar itu, langsung dianyam sesuai produk kerajinan yang diinginkan. Setelah menjadi produk, produk kerajinan dari kertas itu pun langsung di lem. Pengeleman nya pun harus dilakukan dua kali, untuk memastikan kekuatan produk tersebut.
Rusmiati menyebut, untuk saat ini produk kerajinan dari kertas yang paling laris dibeli yakni produk keranjang parcel. Saat hari raya, produk keranjang parcel dari kerajinan kertas itu bisa laku 100 buah. Sehingga saat kerajinannya ramai dibeli, dia pun mengajak tetangga dan iparnya untuk membantunya membuat lintingan kertas. Biasanya setiap satu lintingan kertas itu diupah Rp 25 rupiah.
“Yang ikut kerja ada lima orang. Kalau pas lagi ramai. Waktu ini Hari raya nyepi keranjang parcel habis terjual sampai 100 biji. Itu dikerjakan dalam waktu dua mingguan,” ucapnya.
Selain itu, Rusmiati mengaku Untuk saat ini produk yang dibuatnya lebih sering menggunakan kertas HVS karena selain kuat, bahannya pun lebih mudah didapat. Bahanya kertas HVS bekas tersebut, didapat dari kertas yang sudah tidak terpakai di kantoran.
“Bahanya sampai saat ini belum beli. Dapat kertas yang tidak terpakai dari kantor-kantor. Yang ngasih bahanya biasanya kasi feedback kerajinan tempat alat tulis,”katanya.
Namun usaha kerajinan kertas bekas Rusmiati, juga terimbas pandemi. Dulunya kerajinan kertas bekas itu dipasarkannya melalui homestay yang ada di Singaraja. Namun sejak pandemi, tamu yang menginap sepi bahkan tidak ada. Sehingga ia menarik kembali hasil kerajinan itu, dan sekarang kerajinannya itu hanya dipasarkan melalui art shop kecil miliknya.
“Dulu saya pasarkan melalui homestay, pasti ada aja yang beli. Sekarang kan sudah tidak ada tamu, homestay nya kosong semua jadi barangnya saya tarik semua,”pungkasnya. |YS|