Singaraja, koranbuleleng.com | Pemerintah Kabupaten Buleleng berupaya keras untuk menstabilkan laju inflasi.
Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana bahkan langsung turun ke pasar tradisional pada pagi buta, untuk memantau langsung pergerakan harga transaksi kebutuhan pokok, Rabu 14 September 2022.
Lihadnyana secara khusus juga memantau kondisi harga cabai dan bawang dan telur yang paling rentan mengalami kenaikan harga
Dia menginstruksikan kepada jajaran pemerintahan untuk menjalankan program penanganan inflasi dalam rangka menstabilkan harga komoditas kebutuhan bahan pokok.
“Ini diperlukan untuk mencegah kenaikan tingkat inflasi. Dengan begitu, daya beli masyarakat menjadi terjaga,” ujar Lihadnyana.
Berdasarkan hasil pemantauan di dua pasar di Singaraja, harga cabai masih mengalami kenaikan. Namun harga bawang dan telur sudah mengalami penurunan.
Saat ini diperlukan upaya nyaya untuk menstabilkan atau menurunkan harga cabai, tidak sekedar menyelesaikan diatas meja melalui rapat-rapat koordinasi.
Lihadnyana meminta kerjasama seluruh pihak diperlukan untuk menekan kenaikan harga dengan turun langsung ke pusat ekonomi menangani laju inflasi. “Mohon juga dari teman-teman bahwa sekarang ini panen cabai akan terus terjadi. Karena cabai merupakan tanaman yang dipanen berulang kali bukan sekali. Panen ada di Desa Tambakan, Desa Pakisan, Desa Bebetin, dan Desa Gobleg juga ada. Itu yang harus diserap. Semua produk pertanian dibeli, ambil lalu dibawa ke pasar,” ujar Lihadnyana.
Lihadnyana menginstruksikan dalam minggu inj diharapkan harga-harga tersebut bisa turun karena produksi komoditas khususnya cabai sudah mulai ada.
Instruksi diberikan kepada Perumda Pasar Argha Nayottama dibantu oleh Dinas Pertanian, Perumda Swatantra dan Dinas Perdagangan. Untuk eksekusi langsung yang lebih baik dilakukan daripada terus melakukan koordinasi dan rapat-rapat antar instansi. “Kalau modal kurang ada BPD Bali akan ikut menyertai di lapangan. Saya minta dalam beberapa hari ini harus turun. Karena kalau dibiarkan, inflasi ini akan menyebabkan daya beli turun. Juga memberikan implikasi pada perekonomian Bali dan Buleleng khususnya,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) Perumda Pasar Argha Nayottama Made Agus Yudiarsana menyebutkan harga cabai sudah sempat turun. Namun, harganya memang sangat fluktuatif dan dan itu terjadi dalam kurun waktu hitungan perjam. Khusus untuk Pasar Banyuasri, dalam dua hari terakhir terdapat stok cabai. Namun, saat dilakukan pemantauan, stoknya kosong. “Jadi memang harus kita sikapi apa yang menjadi arahan Pj. Bupati. Kita harus stok semua produk cabai yang lokasinya sudah disebutkan. Yang mana lah nanti yang ada dan kita dapatkan,” sebutnya.
Yudi membenenarkan panen cabai jangka waktunya bisa berbulan-bulan. Akan tetapi, karena sejumlah faktor perumda hanya mampu memenuhi stok 25 hingga 50 kilogram saja.
“Sementara yang sudah kita lakukan di awal ada 75 kilogram di lokasi. Kalau sekarang ada katanya 300 kilogram yang akan dipanen. Lokasinya tersebar. Dinas Pertanian yang mengetahui dan punya data. Sebentar kita akan berkoordinasi untuk menunjukkan lokasi cabai yang siap panen. Nanti itu yang diserap,” terang Agus Yudiarsana. |YS|