Singaraja, koranbuleleng.com. Ngelawar pun dilombakan dalam even Twin Lake Festifal (TLF) di Danau Buyan dan Tamblingan, Kamis 23 Juni 2016. Pesertanya, perwakilan dari sejumlah desa pekraman di Buleleng dan digelar di wantilan Danau Buyan Desa PAncasari.
Hanya saja, dalam Lomba Ngelawar tersebut, tidak menggunakan sarana daging babi, melainkan memanfaatkan daging ayam dan kuwir. Sembilan Desa Pekraman yang mewakili masing masing Kecamatan di Kabupaten Buleleng, beradu keahlian selama proses lomba.
Kriteria penilaian dalam Lomba Ngelawar itu bukan hanya memperhitungkan soal rasa, namun juga ada kriteria lain yang menjadi penilaian dari Juri meliputi persiapan dan kebersihan, ketepatan persiapan dalam menghidangkan, kreativitas tradisi dan keterampilan, serta Rasa dan Tekstur.
“Kriteria soal rasa dan tekstur merupakan hal yang paling perlu mendapat perhatian, karena bahan yang digunakan adalah daging ayam atau kuwir yang memang memiliki tekstur daging yang keras atau alot. Jika para peserta mampu dan benar dalam mengolah, maka daging ayam atau kuwir itu bisa menjadi lembut,” jelas Juri Lomba Ngelawar I Ketut Tangkas Adnyana.
I Ketut Tangkas Adnyana yang juga Ketua Indonesian Chef Association (ICA) Kabupaten Buleleng menjelaskan, secara tradisi, Lawar yang di kenal di Kabupaten Buleleng sudah memiliki pakem tersendiri, yakni berbahan dasar Kelapa, Daging, dan Darah untuk memberikan warna merah adonan.
“Secara tradisi orang beragama Hindu, memang terbaik menggunakan daging babi. Hanya saja seiring dengan perkembangannya memang lawar itu lebih dikreasikan. Misalnya, dengan mencampur bahan sayuran dalam adonan. Itu sah sah saja, karena memang di masing masing Kabupaten atau Kota di Bali tentunya memiliki cara yang berbeda dalam mengolah Lawar,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Buleleng Nyoman Sutrisna menjelaskan, lomba ngelawar yang digelar serangkaian dengan kegiatan Twin Lake Festival ini merupakan sebuah upaya untuk melestarikan tradisi ngelawar.
“Ini upaya kita untuk bisa melestarikan tradisi ngelawar di Masyarakat, sehingga tradisi ini bisa terus terjaga dan bisa diteruskan oleh generasi muda. Yang berbeda dari ngelawar ini, peserta menggunakan daging ayam atau kuwir. Disini sebenarnya tantangannya karena peserta dituntut untuk mampu mengolah bahan tersebut untuk mejadi adonan Lawar,” Jelasnya.
Seorang peserta, Made Dana asal Kecamatan Banjar yang membuat lawar kuwir. Rasa lawar kuwir buatannya memang sangat enak, dagingnya tidak gurih dilidah. Dana mengaku, ada tips khusus untuk memasak daging kuwir, yang dimulai dari cara memotong kuwir yang baik dan benar.
“Äda cara khusus, jika tidak tahu tipsnya maka dagingnya akan tidak lezat, bau,” ujar dana.
Dana sendiri merasa bangga, olahan lawarnya bisa dinikmati oleh banyak orang terutama Bupati dan Wakil Bupati Buleleng.
Berdasarkan hasil penilaian Dewan Juri, Desa Pekraman Perwakilan Kecamatan Buleleng berhasil menjadi Juara Pertama dalam Lomba Ngelawar tersebut. Disusul Desa Pekraman Perwakilan Kecamatan Banjar di Posisi kedua, dan Desa Pekraman Perwakilan Kecamatan Seririt menduduki juara Tiga. |RM|