Singaraja, koranbuleleng.com| Musim kemarau berkepanjangan menjadi peruntungan bagi petani garam di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Pasalnya, di musim panas ini air laut akan cepat kering hingga menambah produksi petani.
Ketua Sentra Garam Desa Les, Ketut Agus Winaya mengatakan pada musim panas ini, proses penjemuran air laut membutuhkan waktu yang lebih pendek. Dimana, petani yang biasanya butuh waktu tiga hari untuk bisa menhasilkan garam, kini hanya dikerjakan dua hari saja. Dengan demikian, hasil garam yang di dapat petani menjadi lebih banyak.
“Biasanya kami di petani, enam hari itu hanya bisa dua kali jemur. Sekarang enam hari itu bisa tiga kali jemur. Lebih meningkat produksinya,” ujarnya dikonfirmasi Kamis, 12 Oktober 2023.
Saat ini, kelompok tani garam Giri Segara yang bernaung di sentra garam Desa Les, terdapat sebanyak 20 orang petani. Winaya menyebut, dalam sekali panen per petani bisa menghasilkam garam 35 hingga 40 kilogram garam. Biasanya, petani setempat menjualnya dengan harga Rp12 hingga Rp15 ribu.
“Kita saat ini masih jual di pasar lokal disini saja. Harganya tergantung kualitas, kalau yang lebih bagus lebih mahal. Ada jual keluar, tapi masih jumlah sedikit,” kata dia.
Winaya menambahkan, petani garam di Desa Les, biasanya hanya memproduksi garam pada bulan Mei hingga Oktober. Mengingat, musim pada rentan bulan tersebut sudah masuk pada musim kemarau. Selain memproduksi garam lokal, kini petani setempat juga berkreasi dengan membuat garam berbagai macam rasa. Diantaranya, rasa bawang putih, lime, cabai, serai, kelor, dan rosmery.
“Garam kita juga sudah bisa digunkan langsung untuk terafi. Biasanya kami hanya bekerja lima bulan, kalau waktu musim hujan. Petani ada yang beralih jadi nelayan dan ke pertanian lain,” ucapnya.(*)
Pewarta: Kadek Yoga Sariada
Editor : I Putu Nova Anita Putra