Pesta Cetik Gringsing Hingga Touch Tapping Balawan “Sihir” Festival Lovina

Singaraja, koranbuleleng.com| Festival Lovina kembali digelar di Pantai Wisata Lovina, juga dirangkai dengan penyambutan ratusan wisatawan peserta Sail Indonesia dengan menggunakan Yacht, 10 – 15 September 2016. Even yang mengambil tema The Hidden Beauty of Lovina, Pembukaanya secara rersmi digelar diarea Patung Dolphin, Pantai Lovina.

Berbagai kegiatan menyertai even ini, dengan melibatkan sejumlah sekaa seni tradisional, desa-desa penyangga kawasan wisata lovina, sekolah serta komunitas lainnya.

- Advertisement -

Ada yang unik, ada yang biasa saja, dan ada yang mampu menghipnotis penonton, yakni aksi musisi tersohor Bali yang sudah mendunia, Balawan dengan permainan khasnya touch tapping style.

Sebelum menyuguhkan informasi tentang Balawan, ada beberapa suguhan parade seni budaya dari beberapa desa penyangga di kawasan wisata Lovina.

Beberapa desa penyangga seperti Desa Pekraman Banyualit menyuguhkan kisah menarik mengenai cerita asal muasal berdirinya desa Banyualit. Uniknya, didalam drama tari yang disuguhkan oleh Desa Pekraman Banyualit, ada tontonan drama mengenai pesta cetik yang menggambarkan tentang masa lalu desa ini.

Konon, dulunya Desa Banyualit bernama Desa Banyumilir. Sebagian masyarakatnya adalah nelayan dan pedagang. Kehidupan di desa ini sangat harmonis, tentram dan penuh keceriaan.

- Advertisement -

Namun, dalam perjalanannya, justru banyak warga yang berubah menjadi sombong dan tamak. Sikap manusia yang berubah ini menjadikan kekacauan di desa ini.

Sampai pada akhirnya, mereka ingin mengadu kesaktian dengan membuat pesta cetik gringsing. Alhasil, satu persatu mereka yang membuat pesta cetik tewas, banyak warganya melolong kesakitan, dan darah dimana-mana.

Salah satu drama Tari cetik Gringsing yang dibawakan oleh Desa Pekraman Banyualit |Foto : Nova Putra|
Salah satu drama Tari cetik Gringsing yang dibawakan oleh Desa Pekraman Banyualit |Foto : Nova Putra|

Melihat kondisi ini, penguasa desa setempat akhirnya mengutus petapakan berupa Barong untuk memperbaiki  kondisi desa yang kacau balau. Barongpun mendatangi seluruh lokasi yang mengalami kekacauan dan akhirnya secara perlahan kondisi di Banyumilir menjadi membaik.

Banyak masyarakat yang semula mengalami sakit justru kembali pulih seperti sedia kala. Konon Petapakan barong ini sampai kini bersemayam di Desa Banyualit sampai kini

Kondisi yang membaik ini memicu datangnya sejumlah warga dari desa-desa tetangga Desa Banyumilir. Dan akhirnya, warga setempat mengganti nama desa Banyumilir menjadi Banyualit.

Salah satu penggarap drama tari Cetik Gringsing, I Ketut Wiryadana mengatakan bahwa cerita ini mengandung makna semakin tinggi kedudukan, kepintaran, dan kesaktian seseorang jika diselimuti dengan keangkuhan, iri dengki maka akan berujung pada kesengsaraan yang tidak hanya merugikan diri sendiri namun pula orang lain.

Wiryadana mengaku pihaknya sangat maksimal mempersiapkan drama tari yang bercerita soal sasal muasal Desa Banyualit. “Karena kami bagian dari desa penyangga, berusaha untuk menyajikan yang terbaik di sini,”ujar Wiryadana.

Selain Drama Tari Cetik Gringsing, Desa lain yakni Desa Tukadmunga membawakan ngelawang Barong. Ngelawang Barong ini bagian dari tradisi yang secara rutin dilakukan saat serangakaian Hari Raya Nyepi.

Di Buleleng tradisi Barong ini memang tidak sehebat di wilayah Bali selatan. Namun di beberapa desa di jalan dulu memang ada yang mensakralkan barong inis ebagai salah satu symbol untuk memberi kebaikan kepada alam semesta.

Kepala Seksi Kebudayaan, Disbudpar buleleng, Wayan Sujana mengatakan hal itu dan sampai kini masih ada yang mensakralkan.

“Bukan berarti tidak ada, tetapi tradisi Barong di Buelleng memang sangat jarang jika dibandingkan dengand aerah lain di Bali. Beberapa daerah atau desa ditemukan adanya petapakan barong ini,”terang Sujana.

Pembukaan secara resmi Lovina Festival dibuka oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Kementrian Pariwisata RI Prof. I Gede Pitana. Pitana dalam sambutannya mengatakan kekayaan sumber daya pariwisata berbaik berbasis budaya, alam dan kreatifitas Indonesia memang tiada dua di dunia.

Ini dilihat dari penilaian World Economy Forum dimana kebudayaan dan nama Indonesia selalu masuk dalam top twenty di dunia.

Disamping itu, pariwisata mempunyai karakteristik, mempunyai karakter positif yang tidak dimiliki olek sektor lain, terutama dalam hal pelestarian kebudayaan dan pariwisata.

Pariwisata terbukti sebagai wahana yang paling branding dengan pelestarian lingkungan dan kebudayaan. Dalam pariwisata dikenal dengan alam dan kebudayaan, semakin dilestarikan akan semakin mensejahterakan.  Pariwisata kedepan menjadi penghasil devisa yang utama mengalahkan sektor lain.

“Situasi seperti ini, saya yakin memang sangat sesuai dengan Buleleng khususnya Lovina dalam skala mikro. Kami dari Kementerian Pariwisata mengapreasiasi kepada pemerintah Buleleng serta segenap masyarakat Lovina, yang sudah berkala mengadakan festival lovina. Festival memang menjadi cara efektif untuk mempromosikan destinasi pariwisata,” terang Pitana yang sempat bersekolah di SMAN 1 Singaraja.

Negara-negara di luar negeri banyak melaksanakan even festival untuk mempromosikan tujuan festivalnya. Misalnya saja, di Pasadena terkenal dengan flower festival, Belanda dengan Tulip Festival dan Brazil terkenal dengan Samba festival.

“Di dalam negeri, banyak kota-kota yang dulunya tidak masuk dalam peta pariwisata justru kini maju dibidang pariwisata dan masuk dalam peta pariwisata karena rajin mengadakan festival. Misalnya, Jember dengan Jember Fashion Carnaval, Banyuwangi dengan Banyuwangi Etnic Festival , atau Tomohon dengan Festival Bunga Tomohon,” terang Pitana.

Pitana menerangkan sebuah festival memang mempunyai manfaat berganda, langsung atau tidak langsung. Paling tidak manfaat even bisa menjadi cara yang mudah dan murah untuk memperkenalkan destinasi kepada pasar melalui pemberitaan dari setiap even. Sebuah even adalah sebuah ikon untuk mendatangkan wisatawan secara langsung, ini yang disebut direct impact.

Kemudian, sebuah even festival akan selalu memberikan motivasi kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan kreatifitas dan terlibat dalam pengembangan pariwisata. “Dan sebuah even festival yang dilakukan secara berkala pasti akan menggairahkan dan merangsang kebangkitan atau revitalisasi kesenian dan kebudayaan lokal yang sebenarnya menjadi modal dasar pariwisata. Saya melihat festival lovina ini menjadi salah satu bentuk community based tourism. Peran serta aktif masyarakat harus didorong sehingga nantinya peran pemerintah semakin berkurang. Nantinya, pemerintah hanya menjadi regulator dan pendorong,” ujar Pitana.

Kata Pitana, even-even yang dilaksankana secara swadaya oleh masyarakat justru lebih sustainable daripada mengandalakan dana dari APBN ataupun APBN. Misalnya, Jember Fashion Carnaval dengan dana swadaya dan pemerintah hanya mendukung. Ada juga Sanur Village Festival, maupun Ubud Reader dan Writer Festival. Itu semua dianggap sangat suistanable yang didanai oleh asosiasi masyarakat, industri, komunitas dan LSM.

“Pemerintah tugasnya mendukung, mempromosikan, memberi regulasi dan fasilitas. Kami berharap agar even Lovina festival semakin banyak dilaksanakan dan secara berkala atau annual event. Ini sebuah cara yang efisien untuk menjadikan wahana destinasi, “katanya.

Sementara itu, Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana menyatakan Lovina festival ini bertujuan untuk membangkitkan industri pariwisata di Buleleng, khususnya di Lovina sebagai Ikon Pariwisata Bali Utara dengan memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki Buleleng dalam berbagai bidang termasuk memberdayakan warga masyarakat sebagai penyangga Kawasan Lovina. ”Festival lovina ini kami yakin akan mampu memancing dan mempromosikan tujuan wisatwa di Buleleng,,” imbuhnya.

Kami berupaya untuk mepromosikan kawasan wisata Lovina dengan berbagai potensinya melalui berbagai even dan program pariwisata termasuk festival lovina. “Saya berharap, festival lovina ini bisa memberikan manfaat sebesar-besaranya bagi masyarakat dan daerah,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwsata Kabupaten Buleleng, Nyoman Sutrisna mengatakan bahwa festival lovina ini menjadi ajang promosi berkala kepada para wisatawan yang datang ke Buleleng dengan mengunakan kapal yacht.

Karena itu, potensi seni dan budaya sebagai roh pariwisata Bali bisa dikembangkan dengan baik melalui cara promosi yang tepat guna.

Balawan Hipnotis Penonton

Balawan beraksi di Panggung lovina Festival. PErmainannya menghipnotis pengunjung festival |Foto : Nova Putra|
Balawan beraksi di Panggung Lovina Festival. Permainannya menghipnotis pengunjung festival |Foto : Nova Putra|

Musisi Bali, Balawan menghipnotis penontonnya di Festival Lovina dengan permainan gitarnya. Balawan mengaku, baru pertama kali manggung di Buleleng yang dinilainya cukup menarik.

“Kami memang jarang main di Bali, biasanya diluar Bali, bahkan sampai di luar negeri. Jadi ini kehormatan bagi saya bisa bermain di Buleleng,”tuturnya diatas panggung.

Balawan memainkan sejumlah instrument gitar dengan nada-nada yang sangat apik dan fantastik. Seperti biasa, kecepatan tangan permainan Touch Tapping Style mampu menghipnotis mata dan pendengaran penontonnya. Dia mengkolaborasikan musiknya dengan permainan musik tradisional.

Balawan kurang lebih bermain sekitar satu setengah jam diatas panggung Lovina Festival. Dia juga sempat memanggil musisi kawakan Indonesia, Mus Mujiono yang kebetulan berkunjung ke Festival Lovina untuk nge-jams bareng.  Mus Mujiono melantunkan lagu Arti Kehidupan dan Balawan mengiringi dengan permainan-permainan jazznya.

Bukan hanya Mus Mujiono, Balawan juga melantunkan musik dangdut mengiringi alunan pelantun dangdut yang juga sempat berkunjung ke Festival Lovina.

Sejumlah penikmat musik mengaku sangat puas dengan permainan Balawan. Salah satu penikmat musik, Gede Agus Muliawan yang juga vokalis Poleng Band mengaku cukup terinspirasi dengan permainan musik Balawan yang cukup cepat dan serba bisa.

“Sangat bagus, permainanya sangat apik. Saya sendiri baru kali ini menonton langsung Balawan dan memang memuaskan. Sangat menginspirasi,”terang pria yang akrab dipanggil De Gust. Pria yang masih melajang ini mengaku sudah sangat menyukai permainan musik Balwan sejak lama. |NP|

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts