Made Pasda Gunawan dan Buku 12 PAS

Made Pasda Gunawan (Baju kaos hitam, kanan) memberikan cinderamata buku 12 PAS untuk Presiden Komunitas Jurnalis Buleleng (KJB), yang juga narasumber dalam buku tersebut |FOTO : istimewa|

Singaraja, koranbuleleng.com | Dalam sebuah perhelatan sepak bola, ada istilah tendangan 12 pas. Tendangan yang dieksekusi dari titik pinalti, langsung menuju gawang. Harapan besarnya, tentu bisa cetak gol tetapi jika tak mujur maka bola ditangkap penguasa gawangnya, kiper. 

- Advertisement -

Namun, jika seorang pemain bola bisa tampil cerdik cendikia saat mengeksusi bola, penuh perhitungan dan ditambah dengan kekuatan naluri, bola pasti langsung “merobek” jala gawang.

Sebuah buku, ditulis birokrat muda, Made Pasda Gunawan mencatat judul 12 PAS dalam Perspektif Kebijakan Publik . PAS merupakan singkatan dari Prioritas Agenda Strategis. 12 Prioritas Agenda Strategis ini merupakan implementasi dari Visi dan Misi pasangan Kepala Daerah Kabupaten Buleleng, Putu Agus Suradnyana, S.T (Bupati) dan dr Nyoman Sutjidra, Sp.OG.(Wakil Bupati).

Kebetulan, Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana mempunya nama akronim PAS. Akronim PAS ini sudah dipopulerkan sebagai branding diri dari Putu Agus Suradnyana sejak melakukan kampanye politik dalam masa pencalonan sebagai kepala daerah Buleleng periode 2012 – 2017.  12 Prioritas Agenda Strategis ini merupakan agenda pemerintahan dari pasangan Putu Agus Suradnyana dan Nyoman Sutjidra.

Buku 12 PAS ini asal muasalnya sebuah penelitian tesis tahun 2016, sebagai prasayat kelulusan pendidikan Paska Sarjana yang ditempuh oleh Pasda Gunawan. Kala itu, Pasda melanjutkan perkuliahan ke jenjang S2 dengan mengambil Magister Administrasi Publik, di Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas), di Denpasar.

- Advertisement -

“Namun tidak semua bagian saya cetak, ada sebagian bab yang sengaja tidak dimuat. Serta ada proses edit bahasa lagi,” ujar Pasda Gunawan, yang punya angka lahir 10 Februari 1987, beberapa waktu lalu di markas koranbuleleng.com.

Pasda mengaku, tidak ada agenda khusus ataupun niat secara politis dibalik penerbitan buku ini. Pertama, pencetakan buku 12 PAS ini murni karena memenuhi hasrat berkegiatan pada saat masa work from home (WFH) ditengah pandemi COVID 19.  Bisa dipahami oleh semua pihak, WFH sangat membatasi gerak para pekerja, termasuk para Aparatur Sipil Negara (ASN).  Bekerja dengan sistem shift, sebagian ada yang di rumah, sebagian ada yang dikantor. Kuantitas pekerjaan juga menurun karena semua serba terbatas.

Kedua, kata Pasda, dirinya ingin menyumbangkan kontribusi pikirannya yang tertuang dalam hasil penelitianya itu ke dalam format buku sehingga bisa disebarkan kepada masyarakat, bisa dibaca dan dipahami oleh masyarakat tentang kebijakan publik yang dijalankan oleh pasangan kepala daerah di Buleleng. 

“Dari kondisi itu, saya memutuskan untuk mengolah rasa dari penelitian tesis ini untuk menjadi sebuah buku. Tidak ada maksud lain yang tersembunyi, murni untuk memenuhi hasrat beraktivitas lebih saat WFH dan menyumbang ide saya untuk Buleleng,” ujar Pasda.  

12 Prioritas Agenda Strategis itu diantaranya, penataan birokrasi dan kemandirian aparatur pemerintah, penanggulangan kemiskinan, penigkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan, peningkatan aksesibiltas dan kualitas kesehatan, peningkatan kualitas tenaga kerja dan perluasan lapangan pekerjaan,  pembangunan ekonomi, pembangunan infrastruktur, perbaikan iklim investasi, penegakan hukum, ketentraman dan ketertiban, pengembangan dan pelestarian kebudayaan, peningkatan kualitas penanganan bencana, dan peningkatan kualitas dan kelestarian lingkungan.

Menurut Pasda, 12 poin tersebut menjadi obyek utama penelitiaanya dari perspektif kebijakan publik. Dia tertarik meneliti 12 PAS karena program tersebut diyakini menjadi program real yang secara langsung dibutuhkan untuk masyarakat Buleleng.  Seperti itulah, jika dalam dunia sepakbola tendangan 12 PAS yang langsung menuju gawang bertujuan menciptakan goal.  

Salah satunya soal infrastruktur jalan dan jembatan. Era awal PAS Sutjidra mengawali kepemimpinan, banyak jalan-jalan yang alami kerusakan parah. Kepemimpinan pasangan PAS Sutjidra membenahi jalan dan jembatan dengan meningkatkan anggaran perbaikan yang signifikan setiap tahunnya. Sebut saja, tahun 2012 alokasi anggaran perbaikan hanya Rp11.000.000.000 meningkat menjadi Rp23.000.000.000 pada tahun 2013. Tahun 20154 meningkat menjadi Rp90.000.000.000 dan tahun 2017 hingga Rp150.000.000.000.

Dari sisi birokrasi, terjadi peningkatan kinerja aparatur juga terlihat lebih cepat dan baik. Sisi kesehatan, kepmimpinan PAS Sutjidra menyelenggarakan program Buleleng Emergency Servis (BES) dengan menyediakan sekitar 24 mobil ambulance yang tersebar di seluruh Puskesmas di Buleleng.

Sebagai peneliti, Pasda harus berdiri pada sisi netralitas. Untuk menjaga itu, sejumlah narasumber diwawancarai, mulai dari kalangan birokrat, politisi,  tokoh LSM, Jurnalis hingga masyarakat yang merasakan perjalanan program 12 PAS tersebut. Referensi pustaka juga bukan hanya dari sumber buku-buku ilmiah dan bahan bacaan lainnya, namun dari media massa cetak, elektronik termasuk siber didalamnya.

“Saya menyampaikan sebuah komparasi antara teori dan pembangunan secara umum dengan hasil kegiatan yang dilakukan Pemkab Buleleng. Sehngga pembaca juga dapat menilai apa saja sektor pembangunan yang sudah terlaksana maupun belum terlaksana.” terang Pasda, yang kini menjabat sebagai  Kepala Bidang Pengelolaan Barang milik Daerah, BKKPD Kabupaten Buleleng.

Pasda merasa bersyukur, pihak keluarga, kerabat dan para sahabat mendorong dengan sangat baik penerbitan buku ini yang diolahd ari hasil tesisinya.  Sebelum buku 12 ini tercetak, dia sempat berkomunikasi intens dengan sastrawan yang wartawan senior Bali, Made Adnyana Ole. Dengan berbagai pertimbangan dan mendengar saran serta kritik dari Ole, akhirnya buku ini bisa diterbitkan.

Pria yang menamatkan kuliah S1 di Universitas Atma Jaya, Yogyakarta ini merasa dirinya harus bisa berkarya, bukan darisisi pekerrjaan yang digelutinya saja, namun dari sisi lain. Sehingga ada sejumlah teman lain yang diminta pertimbangan dalam proses penerbitan ini.

“Cukup intens berkomunikasi dengan Ole. Hingga akhirnya buku ini bisa terbit,” ujar Pasda. Buku 12 PAS terbitan Mahima Institut Indonesia ini mempunyai ketebalan halaman hingga 150 lembar. |NP|   

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts