Kaki Palsu dari Sampah Plastik untuk Penyandang Cacat

Pembuatan kaki palsu |FOTO : Edy Nurdiantoro|

Singaraja, koranbuleleng.com | Banyak cara untuk menolong sesama, yang terpenting keiklasan dan niat baik.  Seperti yang dilakukan oleh I Made Aditiasthana, pendiri dari Yayasan Kaki Kita.

- Advertisement -

Melalui yayasan ini, dia bersama seorang rekannya Beni Ariadi memproduksi kaki palsu dari sampah plastik yang telah dipilah dan dibersihkan. Kaki palsu ini diberikan kepada penyandang cacat yang memang memerlukan bantuan kaki untuk aktivitas kehidupan.    

Menurut pria yang akrab disapa Aditia ini bercerita Ide awal sampai berniat untuk membuat kaki palsu karenabanyak enyandang caat pada kaki membutuhkan namun terkendala harga yang sangatmahal. Disisi lain, Aditia melihat banyak penyandang cacat kaki di Buleleng masih dalam usia produktif yang bisa melakukan aktivita suntuk meenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Atas dasar itu, kami terdorong untuk membantu para penyandang cacat,” ujar Aditia.

Untuk kepentingan komersial. Yayasan Kaki Kita yang berdiri sejak tahun 2019 menjual kaki palsu pada harga Rp 1 juta hingga  Rp1,5 juta per  unit.

- Advertisement -

Namun, khusus untuk penyandang cacat yang emmang kemampuan ekonomi lemah, pihak yayasan memberikan secara  gratis sebagai wujud kepedulian sosial. 

“Untuk produksi ini, konsep memang dari saya dan yang memproduksi pembuatan kaki palsu nya adalah rekan saya Beni Ariadi,” imbuh Aditya

Sementara itu, Beni menuturkan  pembuatan kaki palsu sejatinya belajar secara otodidak. Kendati dulu ayahnya sebagai pembuat kaki palsu dan penyandang disabilitas. Pembuatan kaki palsu berbahan sampah botol plastik membutuhkan waktu 3-5 hari. 

Pembuatan kaki palsu ini membutuhkan sekitar 2 kilogram plastik yangsudah dilebur. Selama proses produksi kaki palsu tetap menggunakan cetakan sesuai dengan ukuran kaki palsu bagi penyandang disabilitas. 

“Cacahan plastik tersebut yang dimasukkan kedalam cetakan. Barulah di oven dalam kompor gas dengan suhu panas sekitar 250 derajat. Cacahan plastik untuk terurai cair dan membeku membutuhkan waktu sekitar 1 jam 20 menit,” tutur Beni 

Tak sampai disitu kendati bakalan kaki palsu sudah berbentuk kaki. Namun masih ada proses selanjutnya. Yakni penyesuaian, kaki palsu berbahan plastik coba digunakan oleh penyandang disabilitas. Apakah sakit saat digunakan, kurang pas posisi, ada kemiringan, lentur tidak digunakan dan apakah sudah nyaman.

Sehingga dilakukan servis kembali. Setelah kaki palsu merasakan nyaman digunakan bagi penyandang disabilitas baru dilatih berjalan. Dengan menggunakan alat bantuan tongkat. Sudah terbiasa baru berlatih secara mandiri. 

“Saat ini baru beberapa kali palsu yang sudah kami buat ada sekitar 3 kaki palsu berbahan sampah botol plastik,” ungkapnya.

Beni menambahkan, untuk menunjang biaya operasional yayasan pihaknya tak hanya membuat kaki palsu berbahan olah sampah botol plastik yang dicacah. Melainkan juga membuat sejumlah papan tripleks untuk pembuatan meja, kursi, rak buku, tempat rak pot bunga, meja belajar dan dekorasi ruangan rumah. 

“Kalau untuk, meja kursi dan lainnya berbahan baku sampah botol plastik kami sudah mencapai puluhan buah. Bahkan sudah masuk pemasaran ke daerah Gianyar, Tabanan dan Denpasar,” pungkasnya. |ET|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts