Bimbo Meninggal Dunia, Uyak Corona Jadi Lagu Terakhir

Foto Ketut Bimbo di persemayaman |FOTO : I Putu Nova A.Putra|

Singaraja, koranbuleleng.com | Musisi legendaris Bali, Ketut Bimbo, telah meninggal dunia, Rabu 28 April 2021 sekitar pukul 23.00 Wita. Bimbo yang punya nama asli Ketut Budiasa, jenasahnya disemayamkan di rumah duka di Banjar Tengah Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng. Dia meninggalkan seorang istri dan empat orang anak.

- Advertisement -

Mantan penyiar radio Massachusets Singaraja sebelumnya alami sakit berkepanjangan, diabetes. Beberapa kali dia keluar masuk rumah sakit. Namun dari penuturan keluarga, Bimbo adalah orang yang selalu tegar, bersahaja dan iklas menjalani hidupnya. Dia tidak peduli dengan sakitnya, dan selalu berusaha ceria.

“Dalam keadaan sakit, ditengah badai Corona, bapak juga menciptakan lagu Bali berjudul Uyak Corona. Lagu itu menceritakan suka duka kehidupan masyarakat ditengah pandemi ini,” ujar Nyoman Muliasi, istri Bimbo.

Muliasi yang kini berusia 46 tahun ini, usianya jauh terpaut dengan Bimbo, yang sudah berumur 69 tahun.  Keduanya menikah ketika Bimbo berusia 45 tahun. Dalam mahligai perkawinannya, Bimbo memiliki tiga orang anak, Luh Putu Megawati, 24 tahun, Ni Made Ayu Wiranti,22 tahun, Komang Tia Ismayanti, 12 tahun, dan yang paling bungsu Ketut Manik Galih yang baru berumur 10 tahun. Anak terakhir ini kini masih duduk di bangku kelas empat sekolah dasar.

Muliasi menuturkan, suami tercintanya sudah mengidap diabetes sejak 10 tahun lalu. Bahkan, ketika anak bungsunya masih dalam kandungan. Ketika Galih lahir, Bimbo sempat dirawat di rumah sakit karena sakitnya tersebut.

- Advertisement -

Namun, Bimbo bukan manusia yang menyulitkan di tengah kesakitan yang dialaminya. Dia menjalani sakitnya dengan iklas.

“Dia masih suka bernyanyi. Kalaupun sakit dia nyanyi sambil main keyboard atau gitar di teras rumah, bahkan ditempat tidur. Dia menghiburnya dengan bermain musik.” tuturnya.

Muliasi mengaku, Bimbo bukanlah suami yang romantis tetapi justru suka guyon dan humor. Saat santai di rumah, Muliasi mengaku kerap dipaksa untuk diajak bernyanyi. Dia mengaku awalnya tidak bisa bernyanyi, namun karena terbiasa oleh ajakan suami utnuk bernyanyi, kahirnya suaranya menjadi merdu ketika bernyanyi. Dia selalu diajari bukan asal sekedar menyanyi semata.

Sebagai musisi, Bimbo pernah mendapakan penghargaan Live Achievment Award (2020) dan Gita Utama Nugraha (2009). Di era tahun 80-an adalah masa kejayaan Bimbo. Di selalu bernyanyi dari panggung ke panggung ke seluruh Bali. Nama Bimbo amat tersohor waktu itu. Sampai akhir  hayatnya, sudah ratusan lagu telah diciptakan dan dikenang oleh masyarakat Bali.

Ihwal nama Bimbo dan menjadi legenda hingga kini, sebenarnya justru nama samaran sebagai penyiar. Dia dulu adalah seorang penyiar radio yang bekerja di radio Masachussets, yang kini bernama Radio Barong di Singaraja. Budiasa kala itu menggunakan nama Bimbo sebagai nama penyiarnya. Biasalah, ketika itu penyiar selalu menyembunyikan nama aslinya.

Radio Massachusets adalah radio yang didirikan oleh Kakak tertua Bimbo, yakni almarhum Wayan Wiadnya. Kakaknya sekaligus pemilik radio juga ikut siaran waktu itu dengan nama Eddy.

Bimbo diajak oleh kakak yang ketiga, Nyoman Driputra terjun dalam duina siaran radio. Driputra sampai kini masih sehat. Dulu , waktu menjadi penyiar radio yang sama, Driputra memakai nama Dodik.

“Dulu saya minta adik saya ini siaran. Saya suruh ngomong saja di radio, ngomong apa saja, kebarat kebirit omongnya tidak apa, yang penting ngomong. Akhirnya terus menjadi penyiar,” kenang Driputra, kakaknya.  

Driputra juga bercerita, Bimbo adalah sosok yang bersahaja, bisa bergaul dengan siapa saja. Kesannya cuek, nyeleneh namun sangat banyak punya teman. Hubungan darah diantara saudara juga sangat dekat. Driputra mengaku seringkali mengalah untuk Bimbo. Dia mengetahui persis karakter adiknya selama hidupnya.

Karakter yang bersahaja dari Bimbo itu membuat dia punya banyak para “penggila” yang fanatik. Driputra bercerita, pernah suatu waktu, sekitar tiga tahun lalu, ada seorang warga dari Jembrana, yang disebut sudah bujang lapuk. Umurnya sudah melewat batas untuk sebuah perkawinan. Dari pihak keluarga menjodohkan bujang tersebut dengan seorang wanita. Namun, si bujang ini bersikukuh tidak mau menikah.

“Akhirnya dia luluh mau kawin, dengan syarat. Apa syaratnya? Tahu ngga? Bimbo harus menyanyi di proesi perkawinannya. Bimbo sudah sakit, tapi dia tunaikan saja demi fans nyatersbeut. Adik saya ini dijemput diajak ke Jembrana agar yang mengidolakannya ini mau menikah,” tutur Driputra.

Begitulah, kata Driputra, adiknya banyak kisah hidup yang unik. Itu tidak terlepas dari cara hidupnya yang selalau dikelilingi banyak teman. Karakter dirinya juga muncul dari setiap lagu yang diciptakan. Banyak lagu-lagu Bimbo yang satir dan juga terinspirasi dari kehidupan sekitar.

Musisi Bali lainnya banyak yang menghormati Bimbo sebagai musisi legendaris. Selama dia sakit, sejumah penyanyi Bali sudah sering wara wiri ke rumah Bimbo, memberi semangat hidup mengajak untuk terus berkarya, serta bersenda gurau. Rumah Bimbo di Banyuatis sudah biasa dijadikan tempat reuni bagi musisi-musisi Bali.

Bimbo kini telah tiada. Ketut Budiasa, yang mantan penyiar radio ini telah menyelesaikan tugasnya bernanyi di dunia ini. Segala lagu ciptannya akan terus dikenang dan dinyanyikan oleh masyarakat Bali. Selamat jalan Bimbo.

Pewarta : I Putu Nova A.Putra

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts