Bersepeda Jadi Pilihan Olahraga Warga di Masa Pandemi COVID-19

Singaraja, koranbuleleng.com|  Olahraga bersepeda kini gandrung dilakukan warga di tengah kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk mengendalikan COVID-19. Olahraga bersepeda bisa dilakukan tersendiri atau dengan komunitasnya.

Kadang, pada akhir minggu, banyak komunitas pesepda terlihat menggowes pedal sepeda di jalan raya. Wara-wiri mereka bukan hanya untuk menyehatkan tubuh, namun juga untuk menghilangkan rasa bosan di tengah berbagai pembatasan. Namun karena masih dalam suasana pandemi COVID-19, mereka juga wajib untuk mengedepankan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker.

- Advertisement -

Widiasa, salah satu warga yang hobi bersepeda. Dia bersama komunitasnya, Jinengdalem Gowes Community (JIGO) menyusuri rute-rute tertentu. Komunitas JIGO tersebut, beranggotakan 17 orang, dan yang sering melakukan riding sebanyak 10 orang.

Bukan hanya jalanan aspal, namun juga sering melewati setapak, menyusur persawahan maupun pantai. Dia akui, bersepeda akan lebih membuat sehat dan segar melalui rute-rute tertentu.

“Bersepeda dengan memilih medan yang tanpa polusi, jalan setapak bisa menghilangkan rasa jenuh,” tutur Widiasa kepada koranbuleleng.com, beberapa hari lalu.

Widi, panggilan pria yang kini bekerja di instansi pemerintahan ini selalu mengajak komunitasnya mengisis waktu senggang dengan bersepeda. Di tengah pandemi COVID-19, mereka juga harus menerapkan rpotokol kesehatan, seperti menggunakan masker.

- Advertisement -

“Biasa gunakan masker, tidak terlalu berpengaruh karena bersepeda kan dapat menambah imun. asal jangan berkerumun, dengan orang asing dan jangan melepas masker kalau berbanyak dan berdekatan,” tegasnya.

Widi mengaku rute terjauh yang pernah disusurnya, mencapai Tirta Gangga dan Tulamben, Kabupaten Karangasem, Wilayah Bali barat sampai ke Pantai Segara Rupek, Kecamatan Gerokgak, dan ke selatannya sampai di Jembatan Tukad Bangkung, Kabupaten Badung.

Memang, pada masa pandemi, kekebalan imun sangat diperlukan untuk mencegah virus masuk ke tubuh. Selain mengkonsumsi makanan bergizi, olahraga yang cukup adalah cara untuk meningkatkan imunitas tubuh. Kenyataannya, situasi yang mengharuskan masyarakat melakukan pekerjaan di rumah saja, membuat aktivitas olahraga yang kerap dilakukan di luar rumah sangat sulit dilakukan. Namun bersepeda menjadi pilihan masyarakat untuk berolahraga.

Berdasarkan pemaparan dari akademisi dari Universitas Pendidikan Ganesha,dr. Made Budiawan, berolahraga di masa pandemi sangat disarankan untuk dilakukan. Olahraga mampu meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga melancarkan proses peredaran darah dan metabolisme.

Virus tidak akan mampu berkembang di tubuh yang memiliki imun yang baik. Bahkan, orang-orang yang diisolasi diwajibkan untuk melakukan aktivitas fisik, walaupun hanya di dalam ruangan. 

Untuk mengurangi penularan, pemerintah sudah menyarankan adanya protokol kesehatan, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Masyarakat juga diwajibkan untuk rutin berolahraga. Namun masyarakat masih ragu, apakah boleh memakai masker ketika berolahraga. 

Berdasarkan hasil riset, dr. Budiawan yang juga sebagai wakil dekan Fakultas Kedokteran Undiksha mengungkapkan bahwa olahraga yang berdampak pada kesehatan adalah olahraga yang intensitasnya adalah intensitas ringan dan intensitas sedang, jangan justru berolahraga dengan intensitas berat.

Olahraga dengan intensitas ringan dan sedang, memakai masker bukan sesuatu hal yang keliru. Justru hal tersebut disarankan, untuk melindungi diri dan orang lain. “Jadi tidak perlu khawatir kalau memakai masker ketika berolahraga,” ujar dr. Budiawan yang juga aktif dalam struktur kepengurusan KONI Buleleng. 

Untuk mengukur tingkat intensitas olahraga, yang dijadikan sebagai acuan adalah denyut nadi. Rumus sederhana untuk mengukur denyut nadi maksimal seseorang adalah 220 dikurangi umurnya masing-masing.

dr. Budiawan

Misalkan, umur seseorang 20 tahun maka denyut nadi maksimalnya dalam berolahraga adalah 200. Artinya, jika melampaui itu, maka aktivitas berolahraga-nya dikatakan tidak baik. Intensitas olahraga ringan dan sedang yaitu tidak melebihi 80% denyut nadi maksimal tersebut. 

Denyut nadi yang sekian itulah yang menimbulkan dampak sehat olahraga pada tubuh, bukan malah denyut nadi yang melampaui itu. “Sekarang banyak cara untuk mengukur denyut nadi, bisa dengan menekan pergelangan tangan dan juga banyak barang elektronik seperti jam tangan yang dilengkapi dengan penghitung denyut nadi” ungkap dr. Budiawan.

Secara subjektif memang memakai masker tidak nyaman saat berolahraga. Namun masyarakat perlu melihat prioritas antara nyaman tetapi ada resiko terpapar virus atau tidak nyaman namun bisa melakukan aktivitas olahraga tanpa khawatir akan tertular dan menularkan virus. Apalagi sudah terbukti bahwa masker tidak menimbulkan dampak apapun ketika berolahraga. 

Olahraga sebenarnya dapat dilakukan kapanpun dan dimana pun. Hal tergantung waktu senggang seseorang dalam melakukan olahraga. Olahraga bisa dilakukan saat pagi, siang, sore, maupun malam, dengan memperhatikan situasi dan disarankan olahraga dilakukan dua jam setelah makan.  

Dr. Budiawan menjelaskan ada empat cara untuk melakukan olahraga agar memiliki dampak menyehatkan untuk tubuh. Pertama, olahraga harus dilakukan dengan baik, yakni memakai pakaian dan sepatu olahraga. Kedua, olahraga harus dilakukan secara benar, yakni dimulai dari pemanasan, inti, dan pendinginan. Ketiga, olahraga dilakukan dengan terukur, yakni mengukur olahraga dengan intensitasnya, cukup dengan intensitas ringan dan sedang. Yang keempat yaitu olahraga dilakukan dengan konsisten. Menurut WHO olahraga baik dilakukan minimal 200 menit dalam satu minggu. “Olahraga sangat baik untuk kesehatan jika dilakukan sesuai dengan prosedur tersebut” ungkap dr. Budiawan. (*)

Pewarta   : tim koranbuleleng.com

Editor       : I Putu Nova A.Putra

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts