Tradisi Perang Api Desa Padang Bulia Diajukan Sebagai Warisan Budaya

Singaraja, koranbuleleng.com │ Dinas Kebudayaan Buleleng mengusulkan tradisi Perang Api di Desa Padang Bulia, Kecamatan Sukasada sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional. Tradisi yang lebih dikenal dengan nama Ngamuk-amukan di desa setempat dilaksanakan sehari sebelum Nyepi atau pada saat Pengrupukan oleh warga yang ada di Desa Padangbulia, kecamatan Sukasada, Buleleng.

Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng Gede Angga Prasaja mengatakan pengajuan yang dilakukan berdasarkan kajian dari berbagai pihak. Adanya kajian-kajian tersebut merupakan sebagai syarat pengusulan tradisi untuk diajukan sebagai WBTB.

- Advertisement -

Tradisi Amuk- amukan Desa Padangbulia Buleleng ini memang diakui mengandung makna filosofi yang tinggi. Tradisi ini dilakukan sebelum perayaan Hari Raya Nyepi agar dalam pelaksanaan Nyepi tidak tersimpan amarah dan dendam.

“Berkas pengajuan sudah diajukan ke Kemendikbud melalui Disbud Provinsi sebagai fasilitator” kata

Saat ini Disbud Buleleng masih menunggu proses dari Kementrian  apakah tradisi yang diajukan ini harus diperbaiki atau tidak.

“Jika ada yg harus diperbaiki akan dihubungi dan kami akan segera melakukan perbaikan. Yang pastinya perbaikan itu harus sudah diajukan lagi sebelum sidang tim ahli,” imbuhnya

- Advertisement -

Sementara itu, perbekel Desa Padangbulia, Gusti Nyoman Suparwata mengatakan sejarah tradisi Ngamuk-amukan ini sudah berlangsung turun-temurun. Tradisi Ini dilaksanakan sore hari setelah masyarakat menggelar pacaran di setiap rumah.

Pemuda desa sudah bersiap-siap turun ke jalan untuk melaksanakan tradisi ini. Mereka menyiapkan danyuh atau daun kelapa kering. Danyuh ini dibakar untuk dijadikan senjata. Tradisi ini berjalan dengan spontan antara dua pemuda. Dalam tradisi ini juga tidak ada pihak menang ataupun kalah. Filosofi dari Tradisi warisan leluhur ini adalah agar tidak menaruh rasa dendam dan marah.

“Tujuan dilakukan tradisi ini untuk mengusir dan menetralisir roh jahat. Dilakukan tiap tahun sekali dan sudah turun temurun dilaksanakan. Tradisi ini juga dipercaya dapat mengusir kekuatan negatif saat perayaan Hari Raya Nyepi” kata Suparwata.

Tradisi Amuk-amukan ini juga mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman dan diwariskan kepada generasi muda. Selain itu, nilai kebersamaan dapat terlihat saat masyarakat Desa Padangbulia mempersiapkan pelaksanaan tradisi ini.

“Tradisi yang penuh dengan filosofi dan nilai-nilai positif ini, agar tetap terjaga dan dilestarikan dengan baik” pungkasnya. │ET│

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts