Warga Jadikan Bali Aga Sebagai Kawasan Pelestarian Satwa

bali aga harmoniSingaraja | Masyarakat di Kawasan Bali Aga, Desa Sidatapa, Desa Cempaga, Desa Tigawasa, Desa Pedawa dan Desa Banyusri (SCTP-B) terus berbenah. Kini, masyarakat di kawasan itu menjadikan kawasan Bali Aga sebagai kawasan pelestarian satwa.Sejumlah banner dipasang di pintu-pintu masuk desa di Bali aga untuk mensukseskan program ini.

Sejumlah tokoh-tokoh Bali Aga seperti Perbekel Desa Cempaga, Putu Suarjaya dan Perbekel Desa Tigawasa bersama sejumlah tokoh sentral lainnya di Bali Aga yang langsung mendorong untuk mewujudkan kawasan Bali Aga sebagai kawasan pelestarian satwa. Program ini dikatakan bagian dari program Bali Aga Harmoni, sebuah program yang ingin mempersatukan Bali Aga dari berbagai bidang.

- Advertisement -

Dari Sidatapa, Wayan Ariawan mengatakan dasar pemikiran untuk menjadikan Bali Aga sebagai kawasan pelstarian hutan karena alamnya masih cukup bagus, habitat satwa masih bisa berkembang biak sesuai alamnya.

“Kami masih punya lahan-lahan perkebunan yang cukup luas, hutan desa juga masih dilestarikan oleh warga Bali Aga. Hutan dan perkebunan ini menjadi menjadi rumah bagi satwa. Sejauh ini, sudah hampir 2000 lebih jenis burung yang kita lepasliarkan diseluruh kawasan Bali aga,” terang Wayan Ariawan.

Pelestarian satwa ini menjadi salah satu agenda setting untuk menuju Bali Aga harmoni. Bali aga Harmoni, kata Wayan ariawan adalah cita-cita masyarakat Bali Aga dalam sebuah persatuan untuk menjadikan Bali Aga lebih baik, baik dari sisi sosial ekonomi, pariwisata dan pelestarian adat budaya serta lingkungan alam.

Tokoh lain, yakni Perbekel Desa Cempaga, Putu Suarjaya mengatakan upaya pelestarian satwa ini memang menjadi rintisan sejumlah pihak di Bali Aga. Desa Cempaga siap mendukung program masyarakat untuk mensukseskan program Bali Aga Harmoni., salah satu programnnya pelestarian satwa ini.

- Advertisement -

Di Cempaga, kata Suarjaya hutan masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Cempaga. Ada dua kawasan hutan lindung yang dimilik oeh Desa Cempaga. Totalnya kurang lebih 60 hektar.  “Hutan ini masih lestari dan belum dijamah,di dalamnya juga ada air terjun. Kita sedang menata kawasan ini sebagai kawasan wisata alam dan pelestarian satwa,” kata Suarjaya.

Upaya pelestarian satwa juga dibarengi dengan upaya menjaga lingkungan dari masalah sampah terutama sampah plastik.  Setiap minggu, warga Desa Cempaga melakukan gotong royong untuk membersihkan sampah-sampah plastik dari sungai, hutan dan kawasan pemukiman.

Di kawasan pemukiman yakni pusat desa, aparat pemerintah Desa Cempaga menaruh sejumlah komposter yang berfungsi sebagai bak sampah organik dan alat produksi pupuk organik cair.

Sementara Perbekel Tigawasa Made Suadarma Yasa juga mendukung penuh program mandiri dari warga Bali Aga untuk menjadikan Bali Aga sebagai kawasan pelestarian satwa.

Selama ini, hutan di Desa Tigawasa juga sangat disakralkan oleh masyarakat setempat sehingga tidak ada yang berani memasuki kawasan hutan secara sembarangan.

“Karena itulah habitat satwa di dalam hutan di Desa Tigawasa masih cukup banyak. Mulai dari Kidang (Rusa) atau ribuan jenis burung serta ayam hutan masih ada. Kami tidak ada yang berani melakukan perburuan bila tidak karena alasan upacara adat seperti kemarin itu,” terang Suadarma Yasa.

Desa Tigawasa sebelumnya sempat melakukan perburuan seekor kidang untuk melengkapi sarana upara pecaruan sebagai rangkaian perayaan Nyepi adat Desa Tigawasa. |NP|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts