Wanita Tani Kembangkan Jahe Merah Jadi Produk Ekonomi

Singaraja, koranbuleleng.com | Ada yang belum mengenal jahe? Ya, rasanya hampir setiap orang mengenal jenis tanaman herbal yang satu ini. Pemakaiannya begitu meluas karena memiliki banyak manfaat. Jahe selain sering dimanfaatkan sebagai pelengkap penyedap masakan, jahe juga disajikan dalam bentuk hidangan minuman yang tentunya bermanfaat untuk menghangatkan tubuh. Terutama jenis jahe merah yang sedang laris manis diburu konsumen saat ini.

Peluang ini pun berusaha dimanfaatkan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Wirasa (wira usaha sangsit) Desa Sangsit, Kecamatan Sawan. Mereka melakukan inovasi mengembangkan usaha aneka olahan jahe merah. Jenis olahannya pun cukup bervariasi. Tidak saja berbentuk penganan seperti, kue jahe, sirup jahe, kacang molen jahe hingga dodol jahe. Selain itu ada pula boreh jahe yang dikemas dalam bentuk serbuk kering. Penganan jahe merah selain enak, ragam olahan makanan tersebut pastinya sangat menyehatkan.

- Advertisement -

Bisnis olahan jahe merah mulai dijalankan oleh KWT Wirasa pada tahun 2013 itu pun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Usaha jenis olahan makanan serta minuman yang diproduksi oleh kelompok ibu-ibu rumah tangga berjumlah 20 orang ini juga pernah mengalami pasang surut bahkan sempat tersendat, karena terhalang ketersedian stock mentah jahe merah. Konon beberapa petani lokal yang mengembangkan penanaman jahe merah dengan sistem tumpuk di sekitar wilayah tersebut mengalami kegagalan akibat minimnya pengetahuan hingga teknik tentang cara yang tepat budidaya jahe merah.

“Dulu ada program pengembangan tanaman jahe merah. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Sangsit bekerjasama dengan Asosiasi Petani dan Produsen Pupuk Organik (AP3O) Bali. Entah bagaimana, tanaman jahe merah yang sedang kami budidayakan banyak diserang penyakit busuk rimpang. Daunnya berubah menjadi kuning, kemudian layu dan akhirnya tanaman itu mati. Penanamannya menggunakan sistem tumpuk, dengan batako,” kata Putu Sumana, salah satu petani jahe merah setempat.

Keterbatasan persediaan jahe merah yang sangat minim itu pun membuat KWT Wirasa harus putar otak agar usaha penganannya tak terhenti begitu saja. Akhirnya bahan mentah jahe merah didatangkan dari salah satu pengepul di Jawa Timur. Biasanya, tiap bulan KWT Wirasa harus mendatangakan jahe merah sebanyak 100 kilogram yang dibeli dengan harga Rp. 30 ribu per kilogram.

“Kelebihan jahe merah yakni kandungan minyak asirinya jauh lebih banyak, dapat meringankan masuk angin dan juga menangkal radikal bebas. Produksi rutin saat ini berupa boreh dan sirup jahe. Untuk pengana kue kering serta dodol jahe merah biasanya kami menunggu pesanan dari para pelanggan. Namun kalau sudah menjelang rainan galungan dan kuningan kami pasti membuat dodol,” kata Made Sukerni, Ketua KWT Wirasa.

- Advertisement -

Lebih lanjut Sukerni menjelaskan, dengan ketersedian bibit jahe merah yang dipasok dari Jawa Timur, Ia bersama anggota kelompoknya juga dibantu penyuluh lapangan Dinas Kehutanan Buleleng sedang mempraktikkan budidaya jahe merah dengan teknis media tanam di dalam polybag.

Menurutnya, selain praktis tehnik budidaya jahe merah menggunakan polybag ataupun karung tidak membutuhkan tempat yang begitu luas. Cukup memanfaatkan lahan di pekarangan atau halaman rumah yang tidak produktif.

Jahe memiliki nilai ekonomi yang tinggi namun biaya produksinya tidak begitu tinggi. Untuk membudidayakan tanaman jahe merah cukup dengan sistem polybag.

“Kami berharap, kedepan kami bisa menghasilkan jahe merah sendiri, untuk mensuplai kebutuhan usaha kecil yang dibangun oleh KWT menjadi produk turunan. Harganya tentu akan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibanding harga jahe mentah. Untuk boreh jahe dibanderol dengan harga Rp. 2000,- per bungkus sedangkan sirup jahe merah dalam kemasan 600 mg dijual seharga Rp 30 ribu per botol,” ungkapnya.

Sementara itu Kepala Desa Sangsit, Putu Arya Suyasa ketika ditemui sangat mengapresiasi KWT Wirasa. Melihat semangat kelompok tersebut, Ia pun tak tanggung-tanggung mengusulkan pengadaan prasarana untuk pengolahan jahe merah pada pelaksanaan Musrenbangdes tahun 2015 yang kini telah diterima KWT Wirasa pada tanggal 25 Nopember 2016 lalu.

“Dulunya mereka mengerjakan secara manual, kemudian kami usulkan bantuan prasarana pengolahan berupa alat produksi jahe merah senilai Rp 50 juta dan sudah direalisasi bulan Nopember lalu. Tentunya, agar hasil produksinya lebih maksimal. Nanti juga kami usahakan membantu pengadaan bibit jahe merah melalui pengusulan proposal BKK,” pungkasnya.|NH|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts