Sorak Kegembiraan Warga Tangkap I Bulu Pangi Saat Meboros

Singaraja, koranbuleleng.com | Warga Desa Adat Busungbiu, bersorak gembira ketika dua ekor kidang berhasil ditangkap dari hasil tradisi meboros atau berburu di wilayah pegunungan Pangkungbiu, di Desa Pucaksari, Kecamatan Busungbiu, Kamis 10 Oktober 2019. Dua ekor kidang ini diburu untuk sebuah persembahan yang akan melengkapi sarana banten ketika pujawali agung yang jatuh pada purnama Kapat, Minggu 13 Oktober 2019.  

Warga desa Busungbiu menggunakan topi tapis saat pergi meboros |FOTO : Komang Yuda|

Tradisi meboros ini adalah tradisi warisan, sudah ada sejak leluhur krama Busungbu mendirikan Desa Adat Busungbiu ratusan tahun silam. Dari keyakinan warga setempat, desa ini dulunya bernama Desa Busung Magelung, nama tua dari Desa Busungbiu.

Warga bersorak ramai mendapatkan dua ekor kidang atau i Bulu Pangi |FOTO : Komang Yuda|
- Advertisement -

Meboros ini, hanya salah satu rangkaian dari piodalan pujawali agung  itu. Malam sebelum meboros, warga menggelar upacara Ngajit di Pura Desa setempat. Ngajit adalah sebuah ritual permohonan agar saat meboros bisa menangkap Kidang. Kidang ini bukanlah semabrangan, namun sebenarnya disakralkan oleh masyarakat. 

Prajuru adat Desa Adat Busungbiu |FOTO : Komang Yuda|

Puncak ritual Ngajit inipun harus dilaksanakan tepat pukul 00.00 dini hari. Pada malam Ngajit, juga ditarikan sebuah tarian meboros, perlambang proses perburuan seekor kidang untuk pujawali itu.

Malam saat tradisi Ngajit, pewaris Tegak Lingsir 66, pendiri Desa Busungbiu, dipanggil satu per satu oleh Juru Surat untuk naik ke Bale Lantang. Setelah seluruh krama yang hadir di Pura Desa melaksanakan persembahyangan, dilanjutkan dengan Ngerauhang Ida Bhatara.

Pada ritual Ngerauhang inilah menjadi salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh krama, karena malam ini diyakini akan mendapatkan petunjuk akan keberadaan I Bulu Pangi dimaksud.

“Pada intinya, upacara Ngajit ini adalah upacara untuk memohon Kidang kepada Ida Bhatara Sesuhunan. Bila kita salah melaksanakan ritual Ngajit ini, maka kemungkinan krama desa akan gagal memperoleh Kidang,” kata Klian Desa Adat Busungbiu, I Nyoman Dekter.

Pagi hari setelah Ngajit, ribuan krama laki-laki  sudah berkumpul di Pura Puseh Desa Busungbiu guna bersiap menuju hutan Pangkung Biu. Hutan ini masuk dalam wilayah Desa Pucaksari. Ribuan krama bersiap menuju lokasi perburuan lengkap dengan topi Upih (pelepah daun Pinang) dan berbagai senjata tajam di tangan.

TRadisi Ngait, malam sebelum meboros |FOTO : Komang Yuda|

Dekter menjelaskan, tradisi unik meboros ini untuk mencari hewan I Bulu Pangi, sebutan lain untuk Kidang yang diburu.

“Jadi tujuan Meboros ini adalah untuk mencari I Bulu Pangi yang akan digunakan sebagai persembahan pada Upacara Pujawali yang akan datang,” jelasnya.

Dikatakan, Meboros ini menjadi salah satu rangkaian upacara Pujawali yang wajib dilaksanakan oleh Krama Desa. Bahkan, bila tiada Kidang yang bisa dihaturkan sebagai sarana pelengkap upacara, pelaksanaan Pujawali bisa diundur.

Mantan Sekcam Busungbiu ini melanjutkan, jumlah Kidang yang dibutuhkan pada tingkatan Pujawali berbeda.

Tari Meboros |FOTO : Komang Yuda|

Untuk Pujawali Agung, krama Desa Busungbiu sedikitnya menggunakan dua ekor Kidang. Sedangkan untuk Pujawali Alit, minimal menggunakan satu ekor Kidang.

“Pada Pujawali Agung menggunakan dua ekor Kidang. Satu digunakan untuk Bukakak yang akan ditaruh di Bale Panggungan, dan satunya lagi digunakan sebagai campuran Paci-paci (semacam lawar) yang akan dibagikan kepada seluruh Krama Desa,” terang Dekter.|KY|



Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts