Terik Menyengat, Karhutla Mengancam Tapi Penanganan Masih Lemah

Singaraja, koranbuleleng,com| Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) terjadi setiap tahun di Kabupaten Buleleng. Di musim kemarau seperti sekarang ini, Karhutla banyak terjadi di sejumlah lokasi. Karhutla bisa disebabkan karena beberapa faktor, mulai dari alam atau kelalaian manusia.

Nah di Kabupaten Buleleng, sejak sepekan terakhir, karhutla makin sering terjadi di Buleleng. Pada Sabtu, 12 Oktober 2019 lalu misalnya. Karhutla terjadi di perbatasan antara Kecamatan Tejakula dengan Kecamatan Kubutambahan. Dampaknya 10 kepala keluarga di Banjar Dinas Bayad, Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, sempat diungsikan. 

- Advertisement -

Sejumlah situs seperti Pura Melaka di Desa Sembiran, Pura Beji dan Pura Pucak Bukit Sinunggal di Desa Tajun, juga nyaris dilahap api. Beruntung api berhasil dipadamkan pada pukul 10.00 wita keesokan harinya.

Kemudian pada Minggu, 13 Oktober 2019 malam, karhutla juga kembali terjadi di kawasan Pucak Landep. Kawasan ini merupakan perbatasan antara Desa Wanagiri, Desa Panji, Desa Panji Anom, dan Desa Tegallinggah. Api dengan cepat membesar karena Kawasan tersebut memang banyak pepohonan kering ditambah dengan angina yang cukup kencang malam itu.

Dan tentunya, dibulan-bulan sebelumnya, kasus karhutla juga terjadi di sejumlah lokasi. Berdasarkan data yang telah dirangkum oleh Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Buleleng. Setiap tahun, karhutla terjadi dalam puluhan kali.

Di tahun 2017 misalnya, Dinas Pemadam Kebakaran melakukan penanganan kebakaran sebanyak 23 kali. Kemudian di tahun 2018, tercatat ada 68 penanganan kebakaran yang ditangani oleh Damkar. Sementara di tahun 2019, hingga bulan September 2019 Dinas Damkar sudah melakukan penanganan kebakaran sebanyak 30 kali. 

- Advertisement -

Penyebabnya? Misteri. HIngga akhirnya masyarakat sering membuat kesimpulan sendiri dari kasus kebakaran tersebut. 

Ada dua kemungkinan yang menjadi faktor penyebab terjadinya karhutla. Yakni karena faktor alam seperti musim kemarau dengan kondisi hutan atau lahan yang mudah terbakar, atau karena factor manusia yang bersifat kesengajaan ataupun karena kelalaian.

Beberapa lokasi lain yang menjadi titik rawan terjadi karhutla, yani di wialyah Buleleng Barat. Wilayah seperti daerah Pulaki dan sekitarnya sering terjadi kebakaran hutan dan lahan. Begitupun di wilayah timur, yakni di daerah hutan dan lahan di desa Madenan dan desa Tejakula.

Dari beberapa kasus yang sudah terjadi beberapa waktu lalu, penanganan terhadap karhutla terlihat masih lemah. Baik dari sisi infrastruktur dan peralatan atau perlengkapan milik petugas yang masih kurang memadai, serta pola kerja yang belum mahir menanggulangi karhutla.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Buleleng Nyoman Agus Jaya Sumpena mengakui dalam beberapa hari terakhir pihaknya menerima banyak laporan terkait dengan peristiwa karhutla. Namun diakuinya juga bahwa tidak semuanya bisa dilakukan penanganan. Hal itu salah satunya disebabkan karena kesulitan akses jalan masuk yang harus dilalui oleh armada pemadam kebakaran. 

Sehingga upaya yang dilakukan adalah melakukan pemadaman secara swadaya dengan masyarakat atau apparat setempat. Pihaknya juga melakukan upaya penyekatan, agar kobaran api tidak meluas hingga ke pemukiman masyarakat.

Agus Jaya Sumpena mengatakan, selama ini Dinas Damkar Buleleng tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penyelidikan terhadap karhutla yang terjadi. Namun dari hasil investigasi yang dilakukan dan bedasarkan informasi dari masyarakat, sebagian besar karhutla yang terjadi di Buleleng terjadi akibat kelalaian dari masyarakat.

“Yang paling sering adalah karena membakar sampah. Karena kondisi angin kencang, sehingga api membesar dan meluas. Kemudian ada juga karena kelalaian masyarakat yang membuang puntung rokok sembarangan. Terjatuh disampah kering, menyulut api dan terbakar,” jelasnya.

“Makanya dalam setiap sosialisasi, kami tidak pernah bosan menghimbau masyarakat untuk tidak mambakar sampah. Apalagi membkar sampah itu dilarang di Perda kita. Mari kita hormati itu, untuk kebaikan kita bersama,” imbuhnya.

Kadis Damkar Buleleng Nyoman Agus Jaya Sumpena menyebut jika sampai saat ini, Dinas Damkar Buleleng diperkuat oleh 115 pasukan yang dibagi dalam tiga Pos. Masing-masing Pos Singaraja sebanyak 50 orang dengan kekuatan empat armada Mobil Damkar, Pos Kecamatan Kubutambahan sejumlah 35 orang dengan kekuatan armada dua kendaraan, dan Pos Kecamatan Seririt sejumlah 30 orang juga dengan kekuatan dua armada kendaraan damkar.

Dari sisi kondisi, armada Pemadam Kebakaran yang saat ini ada bisa terbilang dalam usia tua. Saat ini armada yang dimiliki dengan kondisi tertua keluaran tahun 1968 dan yang teranyar keluaran 2006. Tak ayal karena umur armada tersebut, beberapa kali Petugas Damkar menemui kendala saat akan melaksanakan penanganan pemadaman kebakaran karhutla di wilayah-wilayah dengan medan yang berat.

“Kita berusaha dengan keterbatasan keuangan Daerah, yang penting kita pelihara dengan baik. Peremajaan kita sudah usulkan, mudah-mudahan bisa diwujudkan, termasuk memohon ke Kementerian. Karena memang kendaraan damkar ini memang harganya mahal,” ujarnya.

Pria berkumis tebal ini menyebut jika keberadaan delapan armada Damkar Buleleng masih jauh dari kata ideal untuk ukuran luas wilayah dan toografi Kabupaten Buleleng yang cukup berat. Pun demikian, Ia tetap berusaha semaksimal untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat saat dibutuhkan.

“Ya kalau cari idealnya dan respon time waktu tanggap darurat saya rasa belum. Idealnya 15 menit harus sampai di lokasi. Sehingga seharusnya masing-masing kecamatan harus ada satu armada. Kalau itu terwujud baru bisa dikatakan ideal,” ucapnya.

Disisi lain, penanganan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kabupaten Buleleng selama ini selalu dilaksanakan secara bersinergi. Baik antara Dinas Pemadam Kebakaran bersama dengan TNI/Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng termasuk juga masyarakat.

BPBD Buleleng sendiri secara khusus memang bersinergi dengan Dinas Pemadam Kebakaran, bukan hanya dalam hal penanganan kebakaran, namun dalam hal sosialisasi sebagai upaya antisipasi.

Untuk penanganan Kebakaran, BPBD hanya bersifat membantu tim Damkar. Karena tupoksi BPBD Buleleng nantinya bertugas melakukan penyelamatan. 

“Kalau memang kita diperlukan, kita akan selalu siap untuk membantu Dinas Damkar. Sejauh ini kami hanya sebatas membantu personil, karena sarana dan prasarana kan semuanya ada di Damkar. Kalau ada korban jiwa barulah kami masuk bersama juga dengan Tim SAR,” jelasnya.

“Tapi selama ini yang sudah berjalan, selalu beriringan, dan lebih sering kita libatkan Dinas Damkar dalam kegiatan sosialisasi, baik untuk pencegahan dan penanganan kebakaran di masyarakat,” imbuhnya.

Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) kemungkinan memang akan menjadi ketakutan yang membayangi setiap tahun. Namun bukan hal yang mustahil jika bencana tersebut bias diminimalisir. Dan itu bukan hanya menjadi tugas Pemerintah saja, namun diperlukan peran serta semua pihak termasuk masyarakat untuk berkomitmen. Bersama memiliki rasa untuk peduli dan mencegah terjadinya Karhutla.|Rika Mahardika|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts