Kesetaraan yang Mendunia dari Bengkala

Singaraja, koranbuleleng.com | Desa Bengkala, salah satu desa yang dihuni oleh 43 orang warga kolok atau tuli bisu. Desa ini mendunia, karena warga tuli bisunya. Walaupun begitu, kesetaraan sangat dijunjung tinggi di desa ini. Semua sama, semua setara. Warga yang normal maupun warga kolok tidak ada diskriminasi.  

Antar warga di Desa Bengkala sudah terbiasa berkomunikasi, dengan bahasa ibu mereka. Tidak ada persoalan. Bahkan, dibalik hal yang tampak normal itu, warga kolok Bengkala adalah warga yang punya banyak keistimewaan.  Apa keistimewaan warga kolok Bengkala?

- Advertisement -

Keistimewaan itu terlihat ketika Pertamina melalui unit operasinya DPPU (Depot Pengisian Pesawat Udara) Ngurah Rai memperingati hari Tuli Sedunia dengan menggelar acara world Deaf Day ”Communicate Without Boundaries” dengan tema “Kita Semua Setara”, di Desa Bengkala, Sabtu 26 Oktober 2019.

Pertamina memusatkan hari Tuli Sedunia di Desa Bengkala sebagai wujud nyata menjunjung tinggi kesetaraan dan peduli terhadap warga difabel dengan cara memberdayakan melalui program pemberdayaan.  Pertamina tidak hadir baru saja di Bengkala, hanya untuk meraya World Deaf Day tetapi sudah sejak lama.

Pertamina mempunyai andil besar dalam proses pemajuan sosialkultur dan ekonomi di desa ini sejak beberapa tahun terkahir. Hingga akhirnya warga kolok berdaya dibidang seni budaya dan ekonomi. Pertamina melempar kail bagi warga setempat dengan membentuk KEM Bengkala. KEM adalah Kawasan Ekonomi Masyarakat.

KEM Bengkala dibina melalui CSR DPPU Ngurah Rai. KEM mempunyai sejumlah program pemberdayaan masyarakat baik untuk warga Kolok dan warga yang normal.

- Advertisement -

Operation Head DPPU Ngurah Rai, Komang Astawa mengatakan Pertamina telah melakukan sosial maping sebelum membentuk KEM Bengkala. Dalam sosial maping itu dibantu oleh Pertamina Corporate yang mengtahaui ada kaum difabel di Desa Bengkala yang mesti diberdayakan.

“Kita berusaha untuk memberdayakan mereka (warga Kolok) dalam bidang sosial ekonomi,” ujar Astawa.

Astawa menjelaskan Pertamina sudah berjaland engan program KEM Bengkala sejak dua tahun lalu. Kini, warga kolok sudah bisa mandiri untuk membuat barang-barang yang bernilai. Semisal, produksi dupa, tenun kain endek, membuat benda-benda tradisional seperti inka dan sebagainya.

“Pemasarannya dibantu melalui sosial media serta warga sendiri memberikan kepada warung atau kiso di sekitar desa,” ujar Astawa.

Astawa menjelaskan Pertamina hadir untuk menjalankan program CSR yang berfokus pada peningkatan kapasitas dan pemberdayaan ekonomi sehingga berhasil meningkatkan pendapatan sebesar Rp16.500.000/bulan.

“Itu dari kegiatan program berupa wisata edukasi, produksi minuman Sakuntala, dan juga kain tenun yang dihasilkan oleh masyarakat Kolok”, ujar I Komang Astawa.

Tidak hanya itu, anak perusahaan Pertamina, Pertamina Training & Consulting (PTC) juga memperbesar keseteraan dengan membuka peluang kerja bagi difabel untuk menjadi pekerja Pertamina Group. Melalui program ini, kesetaraan hak dan peluang untuk bekerja di BUMN bagi disabilitas kini semakin luas.

“Hal yang mendorong terselenggaranya World Deaf Day ini adalah atas dasar fenomena stigma negatif pada kelompok difabel yang terjadi di masyarakat, Pertamina berusaha menghilangkan stigma tersebut karena pada dasarnya kita semua memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai manusia”, ujar Sonny Heriawan, sekretaris PT Pertamina Training and Consulting.

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi, Pertamina memiliki komitmen untuk menjalankan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, salah satunya adalah di bidang pemberdayaan masyarakat. 

Sebelumnya, DPPU Ngurah Rai juga telah berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat Desa Bengkala di dua dusun, yaitu Dusun Kelodan dan Dusun Kajanan sehingga terbentuk Kawasan Ekonomi Masyarakat di dua dusun tersebut.

Pada 2019, berkolaborasi dan bersinergi dengan masyarakat, Pertamina juga berkontribusi memberikan pelatihan sign language bagi para masyarakat lokal, pelatihan multimedia untuk pengurus KEM, dan membangun Bale Melajah di KEM Kajanan sebagai bentuk dukungan untuk memajukan pendidikan bagi kaum difabel.

Sementara itu, Nyonya Ayu Wardani Sutjidra juga tampak hadir dalam Hari Tuli Bisu sedunia ini. Dia sempat mengutarakan rasa bangganya terhadap warga kolok di Bengkala yang telah melkaukan berbagai aktifitas sosialkultur dan ekonomi.

“Kita semua setara, sama. Mereka juga adalah masyarakat yang mempunyai peran untuk ikut memberi andil untuk kehidupan berbangsa.” ujar Ayu Wardhani saat mengucap pidato singkatnya.

Menurut Ayu Wardhani Pemerintah Kabupaten Bueleng juga berusaha untuk terus melakukan upaya pendampingan dari berbagai aspek untuk ikut melakukan pemajuan bagi masyarakat Kolok di Bengkala.

Dalam acara World Deaf Day, ditampilkan beragam pertunjukan kesenian khas masyarakat Desa Bengkala, seperti Sekaa Genjek, Tari Jalak Anguci, dan Tari Bebila.

Tidak hanya itu, di kesempatan yang sama dilakukan juga penandatanganan petisi yang dihadiri oleh Pertamina, Pertamina Training & Consulting, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Dinas Pariwisata, Dinas Sosial, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng dan Komunitas Tuli di Bali sebagai bentuk dukungan terhadap isu kesetaraan sosial khususnya di Desa Bengkala. |I Putu Nova A.Putra|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts