Warga Mohon Tirta Pemahayu Jagat di Pura Siwa Sapujagat

Singaraja, koranbuleleng.com| Ditengah terjadinya wabah virus corona khususnya di Kabupaten Buleleng, sebuah peristiwa niskala terjadi. Dimana Air Suci atau Tirta yang dipercaya untuk Pemahayu Jagat Medal di Pura Siwa Sapujagat yang berlokasi di Lingkungan Banjar Paketan, Kelurahan Paket Agung ini.

Jro Mangku Siwa Sapujagat Made Dwi Suharta menceritakan, peristiwa niskala itu ia ketahui sekitar akhir bulan Maret lalu, tepatnya beberapa hari sebelum Hari Suci Nyepi. Sebuah Sangku atau Tempat Tirta yang terletak di dalam Pelinggih Meru tiba-tiba saja berat saat hendak diangkat. Karena saat itu, ada seorang krama yang hendak nunas tirta untuk kegiatan Yadnya.

- Advertisement -

Saat dilihat, ternyata sangku tersebut penuh berisi air. Padahal menurutnya, sebelum ditaruh di dalam Pelinggih Meru itu sebagai tempat berstana “Dewa Ayu Sapujagat”, Sangku hanya berisi Tirta kurang dari sepertiganya saja. Sangku itu juga diletakkan dengan kondisi tertutup dan Pelinggih Meru juga dalam keadaan terkunci.

Jro Mangku Dwi Suharta juga menceritakan jika Ia memang baru kali ini ingin menyimpan Sangku itu di dalam Pelinggih Meru itu. Padahal sebelum-sebelumnya, Sangku selalu Ia simpan di Rumahnya yang lokasinya berdekatan dengan Pura Siwa Sapujagat.

”Saat itu tumben ingin menaruh sangku disana, biasanya saya taruh dipiasan atau dibawa pulang. Beberapa hari kemudian ada yang nunas tirta, setelah diaturkan ayabannya, saya suruh jero Suka mengambil pemargian, namun dibilang berat, setelah itu saya lihat ternyata itu terisi penuh, padahal sebelumnya diisi hanya sepertiganya saja,”tuturnya.

Setelah Sangku dilihat dan dibuka, ternyata di dalam tirta terdapat rambut yang panjang. Jika dihubungkan dengan yang melinggih di pura ini memang seorang Istri (Perempuan,red) yang sangat cantik yang rambutnya panjang bernama Dewa Ayu Sapujagat. Ketika rambut itu hendak diambil, tiba-tiba hilang dengan sendirinya.

- Advertisement -

“Asumsinya kesana, pasti rambut beliau,” ujar Jro Mangku Dwi Suharta.

Melihat keanehan itu Jro Mangku Dwi Suarta tidak becerita kepada siapapun. Peristiwa niskala itu hanya Ia ceritakan kepada Klian Pemaksan Pura Siwa Sapujagat Putu Mahendra. Hanya saja setelah melakukan komunikasi, belum ada keputusan apapun untuk menindaklanjuti eberadaan Tirta itu. Kemudian Tirta tetap disimpan di dalam Pelinggih Meru.

Kemudian, Jro Mangku Dwi Suharta justru mengalami beberapa kejadian unik dan aneh. Mulai dari Ia didatangi wanita cantik berambut panjang dalam mimpi, yang memerintahkannya  agar tirta itu segera dibagikan kepada masyarakat. Pun demikian Ia malu melakukannya agar tidak ada kesan ia pamer. Sebab tidak sedikit menurutnya masyarakat yang meboya akan hal-hal seperti itu.

Hingga beberapa hari kemudian, ada seseorang yang datang ke rumahnya yang mengaku sebagai utusan dari seorang Petinggi Kejaksaan di Jakarta untuk meminta Tirta di Pura Siwa Sapujagat. Ia tidak menanyakan secara persis akan dipergunakan untuk apa Tirta tersebut. Yang dijelaskan bahwa Petinggi Kejaksaan itu mendapatkan petunjuk dari seorang paranormal untuk memohon Tirta di Pura Siwa Sapujagat.

“Nah orang itu minta petunjuk dari warga kami untuk ditunjukkan letak pura Siwa Sapujagat di Buleleng. Karena akan medal tirta kerahayuan Jagat, tolonglah dimintakkan,” katanya menirukan permintaan warga itu.

Selain itu, Jro Mangku Made Dwi Suharta juga pernah didatangi oleh warga bertujuan untuk nunas tirta. Bahkan orang tersebut kemudian mengalami “kerauhan” dan menyampaikan agar Tirta itu harus dibagikan kepada masyarakat Buleleng. Semua peristiwa yang dialami itu kemudian kembali disampaikan Kepada kelian Pemaksa Pura, dan kemudian diputuskan untuk membagikan tirta itu secara internal bagi krama Pemaksan Pura Siwa Sapujagat.

Klian Pemaksan Pura Siwa Sapujagat Putu Mahendra menjelaskan, dari sejumlah peristiwa yang terjadi, kemudian diputuskan untuk membagikan tirta tersebut. Hanya saja, diawal pembagian tirta tersebut hanya untuk internal karma pemaksan Pura Siwa Sapujagat.

“Waktu itu Senin, 30 Maret 2020, kami meminta perwakilan krama yang datang karena kan sudah penerapan social distancing waktu itu. Kami awali dengan persembahyangan bersama dan nunas tirta itu, kemudian krama juga mendapat benang Tri Datu. Kemudian perwakilan Krama juga nunas tirta untuk keluarga dirumah yang tidak datang ke Pura,” ujarnya.

Setelah peristiwa itu, barulah kemudian Jro Mangku Pura Siwa Sapujagat Made Dwi Suharta menceritakan semua kejadian itu kepada Pengurus Desa Adat Buleleng. Saat itu, sedang dilaksanakan persembahyangan sesuai dengan edaran Pemrpov Bali agar sleuruh satgas berbasis desa adat di bali menggelar persembahyangan dengan tujuan memohon anugerah, atau nunas ica kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa Selasa, 31 Maret 2020. Setelah itu, barulah kemudian Prajuru Desa Adat Buleleng memutuskan untuk mendak Tirta Siwa Sapujagat untuk dibagikan kepada 14 Banjar Adat sewewengkon Desa Adat Buleleng.

Prosesi mendak Tirta Siwa Sapujagat itu dilaksanakan Selasa, 7 April 2020 bertepatan dengan Hari Raya Purnama Sasih Kedasa yang dirangkaikan dengan kegiatan ngaturang guru piduka yang dilakukan oleh Desa Adat Buleleng. Mengingat saat Purnama Sasih Kedasa ini krama Desa Adat Buleleng memutuskan untuk tidak melakukan melasti, sebagai dampak atas wabah Covid-19.

Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna menjelaskan, upacara guru piduka yang dilakukan mengacu pada awig-awig desa adat Buleleng nomor 1 tahun 2013. Sesuai Awig-awig yang ada, pembatalan melasti diikuti dengan memohon maaf melalui upacara guru piduka.

Upacara digelar pada  pura Kahyangan Tiga Desa Adat Buleleng meliputi Pura Desa, Pura Segara dan Pura Dalem. Selanjutnya tirta dari Kahyangan tiga dan Pura Sudamala serta Prajapati  dicampur di Pura Desa Adat Buleleng. Setelah melakukan prosesi mencampur tirta Kelian Desa Adat Buleleng bersama pemangku Kahyangan Tiga menjemput atau mendak  tirta dari Pura Siwa Sapujagat.

“Tirta dibagikan oleh Kelian Banjar Adat ke masing-masing dadia yang ada di Desa Adat Buleleng. Mudah-mudahan dengan negamrgiang tirta di masing-masing Banjar ada kita memohon anugrah agar virus corona bisa hilang,” jelasnya.

Sementara itu, Pemangku Pura Dalem Desa adat Buleleng Jro Mangku Made Darma Tanaya menjelaskan pembatalan melasti ini merupakan salah satu langkah untuk menghindari meluasnya COVID 19. Selanjutnya dalam upacara ini tirta dari enam pura yang ada, dicampur untuk dipercikkan pada parahyangan, pawongan dan palemahan. Diharapkan melalui ritual ini COVID 19 bisa lenyap dari bumi atau somya.

“Tirta sane kemargiang tirta ring kahyangan tiga, ring sapu jagat, ring sudamala dan ring tirta prajapati, dijadikan satu. Di prajapati konon menurut kitab bahwa Beliau yang menghilangkan segala bentuk samsara dan membuat jagat kita rahayu,”ucapnya. |Rika Mahardika|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts