Warga Jinengdalem Kelola Lahan Tak Produktif untuk Ketahanan Pangan di tengah Pandemi

Singaraja, koranbuleleng.com | Dampak Covid-19 memang melanda semua sektor kehidupan. Namun, tak membuat warga Desa Jinengdalem, Kecamatan , Kabupaten Buleleng,  berdiam diri.   Mereka justru bisa tetap kreatif dan produktif dengan cara mengolah lahan-lahan tak produktif menjadi perkebunan  sayur-mayur menunjang kebutuhan sehari-hari warganya.

Warga yang tergabung di dalam “Komonitas Pemanfaatan Lahan Non Produktif” bergotong-royong memanfaatkan lahan-lahan kosong yang ada di sekitar lingkungan mereka untuk dijadikan kebun.  

- Advertisement -

Lahan seluas 23 are yang terletak di dusun Dalem, Desa Jinengdalem  ditanami bermacam sayuran, buah-buahan, dan bunga.

Perbekel Desa Jinengdalem  Ketut Mas Budarma mengatakan, ide pemanfaatan lahan-lahan  tak produktif  adalah mengupayakan agar bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga dari anggota kelompok. 

Selain itu,  lahan di Desa Jinengdalem banyak yang kurang produktif jadi pihaknya bekerja sama dengan pemilik  agar hanya bisa dimanfaatkan.  Untuk tanaman sendiri pihaknya mendapat bantuan dari Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Buleleng, namun ada juga dari swadaya masyarakat setempat. 

“Kita mencoba dulu disini dengan bekerja sama dengan pemilik lahan, hasilnya kita kasih ke anggota dulu. Jumlah kelompok ada sekitar 15 orang,”  ujarnya

- Advertisement -

Pihaknya kedepan juga akan memperluas lahan, agar hasilnya bisa diperluas lagi misalnya dengan menjual ke pasar-pasar yang ada di desa Jinengdalem. 

Dengan lahan yang dimanfaatkan,  pihaknya berharap bisa menjadikan pilot projek untuk warga lain yang mempunyai lahan tak produktif untuk bersedia lahannya digunakan untuk kegiatan-kegiatan positif di tengah pandemi Covid-19.

 “Mudah-mudahan ini bisa menjadi contoh. Selain itu bisa membuka lapangan kerja, karena banyak warga kami yang bekerja di sektor pariwisata  dirumahkan,“ harapnya

Uniknya, pihak desa juga memanfaatkan teknologi dalam perawatan dan penyiraman tanaman dengan menggunakan aplikasi.  Jadi, aplikasi ini bisa berfungsi dengan cara menggunakan perintah suara melalui handphone.

Aplikasi ini mengirim perintah ke peralatan yang terpasang di lahan perkebunan. Secara otomatis, alat tersebut menyiram tanaman melalui instalasi air yang telah terpasang.

“Ini inovasi biar kita menyiramnya tidak pakai ember atau sejenisnya, jadi dengan aplikasi kita lebih mudah hanya dengan perintah suara,” ujar pembuat instalasi siram tanaman otomatis, Gede Hendi 

Mahasiswa semester 5 di Undiksha ini menambahkan,  instalasi yang ia buat baru menggunakan sistem bluetooth jadi hal tersebut masih memiliki kekurangan mulai dari suara yang diterima kadang mengalami gangguan serta jaraknya hanya maksimal 10 meter. 

Kedepan ia bersama pihak desa akan menggunakan system SMS untuk lebih memastikan ketepatan waktu dan  jarak yang  bisa digunakan. 

‘”Aplikasi kita tinggal download saja. Nanti instalasi kita yang buat. Mudah-mudahan kedepan bisa menggunakan SMS jadi bisa  lebih baik. Ini baru uji coba, nanti kedepan kita perbaiki lagi,”sambungnya

Sementara itu, Kepala Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Cok Adithya W.P. mengatakan, jika di desa Jinengdalem dulunya merupakan tempat yang non produktif dan sering dijadikan tempat pembuangan sampah. Potensi sampah di Desa Jinengdalem hingga 3 ton perhari.

Jadi,  dengan pemberdayaan lahan  tersebut, sampah-sampah bisa dikelola sebagai eco enzim atau di bawa ke bank sampah. 

“Sampah yang dibuang ke kebun bisa dimanfaatkan sebagai ezo enzim. Dan sampah non organik kita edukasi untuk dibawa ke bank sampah,” terang Cok Aditya. |ET|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts