Pengakuan Korban Selamat KMP Yunicee, Budi Astrawan Hanya Berfikir Anaknya Harus Selamat

Korban KMP Yunicee yang teggelam di Selat Bali, Ketut Budi Astrawan dan Kadek Novi Antari selamat dari maut |FOTO : Yoga Sariada|

Singaraja, koranbuleleng.com | Kisah pilu dialami Ketut Budi Astrawan, 39 tahun, dan anaknya, Kadek Novi Antari, 13 Tahun, selamat dari tragedi kecelakaan laut KMP Yunicee yang tenggelam di selat Bali.

- Advertisement -

Budi asal Desa Pedawa ini adalah seorang sopir truk yang hendak membawa angkutan pakan ternak dari Jawa menuju Bali. Dia sempat berjuang melawan derasnya arus laut bersama anaknya saat KMP Yunicee tenggelam.  

Dia sendiri tidak mendapat pelampung ditengah lautan karena sempat berebut sama penumpang lain saat kapal sudah miring. Tapi beruntung anaknya mendapatkan satu pelampung. Saat itu, dia hanya berfikir anaknya harus selamat.

“Kapal sudah hampir terbalik. Saya dan anak saya langsung terjun ke laut. Sudah di dalam air saya pasrah. Jaket pelampung anak saya pegang. Saya tidak peduli yang penting anak selamat.” kenang dia.

Ketika di laut, Budi dan Ayu sempat terpisah beberapa menit. Kemudian ia berusaha mencari putrinya itu. Tak berapa lama, Ayu pun muncul ke permukaan laut. Dengan cepat Budi meraih Ayu kemudian mengikat Ayu bersama dirinya dengan tali yang ada pada jaket pelampung anaknya.  

- Advertisement -

Ayu dan Budi berusaha mencari pertolongan dengan berteriak. Namun  selama kurang lebih 30 menit ia belum juga mendapat pertolongan. Sampai akhirnya Budi mendapat pertolongan dari tim evakuasi dan membawa mereka ke atas.

“Kemudian ada kapal mendekat. Kami berdua ditarik menggunakan tali dan dievakuasi ke Pelabuhan Ketapang,” ujar Astrawan.

Astrawan dan anaknya kemudian dibawa ke RS Blambangan, Banyuwangi untuk diberikan perawatan medis. Setelah kondisinya membaik, mereka diantar pulang oleh rekan sesama komunitas sopir logistik ke Desa Pedawa, Rabu 30 Juni 2021 pukul 20.00 wita.

Kecelakaan laut KMP Yunicee di Selat Bali, membawa 56 orang penumpang, termasuk 15 anak buah kapal (ABK), sebanyak tujuh orang meninggal dunia dan delapan orang diperkirakan hilang.

Budi mengatakan awalnya dirinya tidak berniat menumpangi KMP Yunicee.  Saat itu, Ia tiba di pelabuhan Ketapang Selasa 30 Juni 2021 pada pukul 17.00 wita. Setelah masuk kapal, dia tidak merasakan firasat yang aneh.  “Sebelum naik kapal tidak ada yang aneh. Tapi sebelumnya saya tidak pernah naik kapal ini. Namun karena temen yang ngajak, biar ada ada diajak ngobrol akhirnya saya mau.,”ungkapnya.

Namun  Kadek Ayu mengaku masih trauma dan takut untuk kembali menaiki kapal laut. Ayu yang baru kelas VIII SMP ini pun mengaku tidak mau naik kapal lagi meski ia bisa berenang.

“Berenang bisa sedikit-sedikit. karena ada pelampung jadi bisa bertahan. Kalau diajak lagi kayaknya enggak ikut. Takut,” tuturnya. |ET|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts