Rindik Karya Tangan Doble Dijual hingga ke Luar Negeri

Singaraja, koranbuleleng.com | Gede Eriawan alias Doble lihai ciptakan alat musik tradisional Bali yakni Rindik. Bahkan hasil karya tangannya ini bisa terjual sampai ke Negara Australia. Kediaman Doble di Banjar Dinas Gunung Sekar, Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Buleleng.

Saat ditemui, hawa saat itu sejuk disertai angin sepoy-sepoy. Dengan ditemani segelas kopi, seakan memberikan semangat Doble kembali dengan aktivitasnya membuat Rindik.

- Advertisement -

Kedua tangan sudah lihai memilah bambu, jika tidak terbiasa makan akan melukai. Satu persatu bambu dipotong, diperhalus dan dirapikan.   

Doble  pernah merantau hampir 10 tahun di Gianyar sebagai tukang ukir. Tak heran, secara tidak langsung hal ini memberikan pengalaman serta mengasah skil  dalam membuat alat musik tradisional.

Ketika sudah selesai, alat musik Rindik akan berjumlah 11 hingga 13 bilah bambu. Bambu tertata dengan rapi dan terdapat celah di antara potongan-potongan tersebut. Setiap potongan bambu akan memiliki ukuran yang berbeda dengan tangga nada yang berbeda pula. Cara memainkan alat musik Rindik ini dengan cara dipukul.

Doble menceritakan, untuk mengerjakan satu buah rindik yang lengkap dengan suling serta hiasan lainnya biasanya membutuhkan waktu kurang lebih seminggu sesuai kesulitan atau hiasan tambahan yang akan digunakan pada Rindik.

- Advertisement -

Dalam menentukan bambu yang dipakai minimal usia tumbuh selama 3 tahun.  Untuk memilih Bambu yang bagus biasanya digetok terlebih dahulu kalau suaranya bagus dan tinggi bisa dipakai. Ada tiga jenis bambu yang sering digunakan yakni Santong, Hitam, dan Tabah.

“Saya memesan bambu biasanya di daerah Buleleng, kadang juga di Gianyar dan Bangli” kata Doble

Usaha rumahan yang telah dirintis Doble kurang lebih tujuh tahun yang lalu ini juga tidak disangka bisa menembus pasar luar negeri. Selain itu produk Bapak dengan satu anak ini juga sering dijual ke luar Bali seperti Lombok, Kalimantan, Sulawesi, Jakarta, dan  Bandung.

Tentu, hasil buah tangan Doble sangat membantu dalam menafkahi keluarganya setiap hari.

 “Hasil penjualan ya untuk kebutuhan keluarga kecil saya” ucap Doble

Dalam sebulan Doble mendapat pesanan 6 rindik bahkan lebih. Namun selama pandemi COVID-19  pesanan hanya berkisar 4-5 dalam sebulan. Pemesan  pun datang karena informasi dari mulai mulut ke mulut. Doble saat ini hanya memanfaatkan media online untuk mendukung pemasaran produknya.

“Ya pademi ini berpengaruh sekali, pesanan turun. Ya saya tetap bersyukur masih ada yang memesan” imbuh Doble

Pria kelahiran tahun 1993 ini mematok harga Rindik kisaran harga Rp 500 ribu hingga Rp2,5 Juta tergantung permintaan hiasan dari pemesan.  |ET|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts