Jahe Diolah Jadi Lebih Bernilai Ekonomi, KWT Tulus Bakti Keluarkan Produk Herbal

Singaraja, koranbuleleng.com | Dewasa ini minuman herbal sedang digandrungi oleh masyarakat khususnya sejak merebaknya virus Covid19 di Indonesia. Terdapat pula beberapa statement yang dilontarkan oleh sebagian ahli kesehatan bahwasanya minuman herbal baik untuk menjaga imun tubuh sehingga cocok dikonsumsi pada saat pandemi. Bukan hanya itu khasiatnya yang lain juga sangat bagus bagi kesehatan tubuh manusia. Contohnya saja mampu menurunkan kadar kolestrol dalam manusia.

Tentunya itu menjadi sebuah peluang baru untuk membuka suatu usaha baru yang menjanjikan. Menanggapi peluang tersebut Beberapa ibu-ibu Desa Panji yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Tulus Bakti Desa Panji membuat usaha rumahan berupa produk minuman herbal dari olahan jahe merah yang bernama Panji Herbal.

- Advertisement -

Tempat produksinya berlokasi di Banjar Dinas Mandul Desa Panji, Kecamatan Sukasada. Apabila berangkat dari kota Singaraja maka akan melewati Monumen Bhuana Kerta yang ada di Desa Panji. Sebuah monumen bersejarah yang ada di Kabupaten Buleleng. Disepanjang jalan kita akan disuguhi dengan pemandangan hamparan sawah yang tentunya akan memanjakan mata. Lokasinya tepat berada disisi kanan jalan dengan spanduk yang terpasang di pintu gerbang bertuliskan “Rumah Produksi Jahe Merah Panji Herbal” sekaligus merupakan kediaman Nyoman Mariani Ketua KWT Tulus Bakti Desa Panji.

Saat ditemui dirumahnya ia mengungkapkan bahwa usaha tersebut sudah dibentuk sejak bulan Desember tahun 2019 lalu. Kemudian ditahun 2020, produk ini mendapatkan minat yang lumayan dari masyarakat seiring dengan merebaknya virus Covid19 di Kabupaten Buleleng.  

Ia menceritakan pada awalnya ia mempunyai ide untuk membuat produk minuman herbal yang berbeda dengan produk lain. Menurutnya karena sudah banyak yang membuat minuman herbal instan seperti jamu botolan, ia lantas membuat hal yang beda yaitu untuk membuat versi keringnya yakni sari jahe merah bubuk.

“Kebetulan ibu dapat bantuan dari dinas juga, dapat pemarut, penggiling dan oven juga jadi kepikiran untuk membuat itu, tujuannya agar lebih awet. Selain itu karena panen di hutan desa lumayan banyak lewat izin pengelolaan hutan desa yang ditanami rimpang salah satunya jahe merah, disitulah juga saya kepikiran untuk membuat produk tersebut” ujarnya.

- Advertisement -

Ia mengaku bukan hal mudah membuat produk seperti itu. Apalagi ini hal yang baru untuknya. Diperkirakan dari awal ia merintis terhitung sudah selama 1,5 bulan dirinya melakukan percobaan hingga dapat memperoleh takaran yang pas untuk membuat produk jahe merahnya. ia mempelajari teknik pengolahan jahe merah hanya lewat youtube secara otodidak saja.

Sementara itu untuk saat ini bahan baku yang digunakan selain diambil dari hasil panen hutan desa juga dibeli dari kebun milik anggota KWT yang di rumahnya juga menanam tanaman rimpang seperti jahe merah.

Ia menjelaskan bahwa diawal kemunculan produknya pasarnya hanya sekitaran warga desa Panji saja. Namun beberapa bulan berselang setelah pandemi Covid19 menyebar di Indonesia, mulai banyak masyarakat yang mencari minuman herbal untuk dikonsumsi sebagai penambah imun tubuh.

“Untuk pemasarannya kami dibantu oleh Desa Panji, lewat online juga. Serta di Disperindag ibu ikut pasarbali.id seperti itulah pemasarannya. Sehingga sampai semua SKPD di Kabupaten Buleleng sudah mengkonsumsi jahe merah” Jelasnya.

Kemudian untuk mendapatkan serbuk jahe merah, itu memerlukan proses yang cukup Panjang. Awalnya dari jahe yang baru di panen itu dicuci bersih, dilanjutkan dengan pemarutan secara manual setelah itu baru diperas untuk mendapatkan sari jahe merah. Dari empat kilo jahe merah didapatkan sari jahe merah sebanyak 1,5 liter.  

Kemudian sari jahe merah tersebut dipanaskan serta dicampur dengan gula batu. Kayu manis, pandan dan serai kemudian diaduk sampai mengkristal. Setelah menjadi kristal baru dihaluskan kembali dengan menggunakan mesin penggiling. Apabila ditotal proses pembuatannya mencapai dua jam lamanya.

Jahe yang ia produksi, dikemas dalam kemasan 200 gram dan 300 gram. Kemudian untuk harga jualnya per kemasan ia beserta anggota KWT membandrol dengan harga Rp. 35.000 untuk kemasan 200 gram, dan Rp. 45.000 untuk kemasan 400 gram. Produk jahe merah panji herbal bisa tahan sampai empat bulan. Ia menambahkan bahwa pemerintah juga sangat berperan dalam hal memberikan pelatihan-pelatihan UMKM  seperti pengemasan dan pemasaran. Selain itu pihak desa juga memberikan dukungan cukup baik, karena ini menyangkut kelompok KWT. Hanya satu kendala ia rasakan saat ini yaitu belum adanya ijin BPOM,

“Kami belum punya ijin BPOM, sementara ijin PIRT kami sudah punya. Dari dinas juga memberikan arahan seperti itu, bahwa ijin PIRT saja sudah cukup untuk pemasaran produk jahe merah kami, karena kami baru usaha skala kecil yakni industry rumah tangga” pungkasnya. |KW|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts