Cap Go Meh Digelar Sederhana

Singaraja, koranbuleleng.com| Situasi lengang terlihat di Klenteng T.I.T.D Ling Gwang Gong, tidak terlihat umat yang berdatangan ke klenteng untuk melaksanakan persembahyangan Cap Go Meh. Beberapa umat yang datang, hanya menyetorkan angpao merah kepada loco (pengurus kelenteng). Ampao merah itu berisi rambut, nama lengkap, tanggal lahir, dan shio umat yang akan melakukan ciswak.

Perayaan Cap Go Meh di Klenteng Ling Gwang Kiong di Pelabuhan Buleleng tahun ini memang digelar secara sederhana, Selasa 15 Februari 2022. Persembahyangan Cap Go Meh hanya dilakukan oleh para rohaniawan Tri Dharma mengingat saat ini Kabupaten Buleleng masih berstatus PPKM Level 3.

- Advertisement -

Persembahyangan Cap Go Meh yang dilaksanakan tepat setelah 15 belas hari setelah tahun baru Imlek ini, yang biasanya dipenuhi oleh umat Tri Dharma yang bersembahyang di kelenteng. Kali ini hanya terlihat para rohaniawan yang melakukan persembahyangan. Umat dihimbau untuk melakukan persembahyangan di rumah masing-masing untuk mengantisipasi terjadinya klister Covid-19.

“Karena masih dalam situasi pandemi, jadi kita hanya menggunakan perwakilan. Yang mana umat itu masing-masing diwakili oleh rambutnya. Jadi rambutnya dimasukan angpau merah, dengan diisi nama, tanggal lahir dan shionya. Nanti kertas merah tersebut akan didoakan dimintakan perlindungan kepada yang mulia oleh ketua loco disini untuk meminta perlindungan setahun belakangan ini,”jelas Wira Sanjaya, Ketua T.I.T.D Ling Gwang Kiong,

Menurut siklus horoscope Tionghoa pada tahun baru Imlek 2573 tahun ini yakni, macan air. Ada beberapa shio yang tidak memiliki ketidak harmonisan dengan macan air. Ketidakharmonisan paling besar atau ciong besar yakni, shio monyet dan macan. Selain itu, untuk ciong kecil atau ketidak cocokan kecil yakni, shio ular dan shio babi.

Menurut kepercayaan umat Tri Dharma bagi umat yang memiliki shio macan, monyet, ular, serta babi itu, harus melaksanakan ciswak atau ritual tolak bala. Sebelum pelaksanaan tradisi tolak bala atau ciswak itu dilakukan, para rohaniawan terlebih dahulu melakukan prosesi persembahyangan.

- Advertisement -

“Sebelum pelaksanaan Cap Go Meh, terlebih dahulu dilakukan prosesi persembahyangan untuk meminta petunjuk apakah sudah diterima persembahan yang dihaturkan saat ini. Setelah persembahan tersebut diterima, baru akan dilakukan tradisi ciswak,” ujar Wira.

Selain itu, kata Wira, biasanya sebelum dilakukan ritual tolak bala atau cisuak itu, umat terlebih dahulu melakukan persembahyang yang akan dipimpin rohaniawan. Setelah melakukan persembahyangan mereka akan prosesi mengitari aula dengan melempar beberapa macam kacang-kacangan dan melepasliarkan hewan, seperti ikan dan burung. Namun, untuk ritual tolak bala atau ciswak kali ini dilakukan umat di tempat tinggalnya masing-masing.

“Dimana filosofinya kacang-kacangan itu akan tumbuh nantinya, sesuai dengan keyakinan kita. Setelah itu dibersihkan dengan air suci yang kita siapkan di kelenteng. Banyak masyarakat yang menyayangkan karena masih pandemi tidak bisa hadir langsung ke klenteng. Kita juga sudah menyiapkan tirtanya dan kacang-kacangannya untuk dipergunakan umat di rumahnya masing-masing,” kata dia.|YS|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts