Belajar Daring Kurang Efektif, Pembelajaran Jarak Jauh Konvensional Bisa Jadi Alternatif

Singaraja, koranbuleleng.com | Pandemi Covid19 membawa dampak yang besar terhadap segala lini kehidupan manusia. Salah satunya yakni di bidang pendidikan. Pembelajaran yang seharusnya bisa dilaksanakan secara tatap muka kini diubah kembali karena melonjaknya kasus Covid-19 baru-baru ini di Indonesia khususnya di Kabupaten Buleleng.

Selayaknya sesuatu hal yang baru, pembelajaran daring yang dilaksanakan saat ini juga memiliki berbagai kendala. Banyak masyarakat khususnya orang tua murid beranggapan bahwa sistem pembelajaran daring tidak optimal karena jarangnya interaksi tatap muka antara guru dengan murid walaupun hanya melalui jaringan virtual. Serta orang tua juga banyak mengeluhkan pemberian tugas yang terlalu banyak kepada anak mereka.

- Advertisement -

Sedangkan belum tentu tugas tersebut bisa dikerjakan oleh siswa sendiri, pastinya orang tua juga harus berperan disini dengan kata lain sebagai pengajar dirumah. Padahal tidak semua orang tua memiliki kemampuan dalam mengajar, dan pada kenyataanya memang bukan tugas orang tua untuk mengajar materi sekolah kepada anak mereka dirumah.

Akademisi dari Program studi S2 Teknologi Pembelajaran Universitas Pendidikan Ganesha, Prof. Dr. Ni Nyoman Parwati, M.Pd., mengungkapkan bahwa banyak sekali informasi dari tenaga pendidik yang mengatakan kendala dari pelaksanaan pembelajaran daring itu ialah kuota dan jaringan internet yang tidak stabil dari siswa didik. Ia memberikan solusi bahwa semestinya dalam hal pendidikan di masa pandemi tidak harus menerapkan pembelajaran daring, melainkan bisa dengan menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh secara konvensional.  Dengan mengirimkan modul dan diberikan jangka waktu tertentu untuk mempelajari modul tersebut.

Kemudian pada saat-saat yang diperlukan baru mereka mengadakan pertemuan tatap muka. Selain itu guru juga harus memberikan perhatian dan fasilitas kepada siswa didik dalam hal pemberian tugas dengan menyediakan lembar kerja yang harus dikerjakan oleh siswa dalam jangka waktu penyelesaian selama satu minggu. Sehingga tidak terlalu memberatkan siswa dengan pemberian tugas yang terlalu banyak.

“Materi-materi itu bisa diambil ke sekolah oleh siswa, tapi siswa tidak perlu bersamaan mengambilnya, agar masih bisa diatur untuk menjaga jarak. Kemudian mereka pelajari dirumah. Setelah itu buatkan jadwal disekolah pada hari tertentu untuk pertemuan tatap muka, itupun juga dibatasi jumlahnya guru. Sehingga tidak perlu ada jaringan internet bagi yang memiliki kendala disitu” Jelasnya.

- Advertisement -

Adapula beberapa metode pembelajaran daring yang dapat digunakan seperti halnya blended learning dan hybrid flexible learning. Blended learning merupakan perpaduan antara pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka. Terdapat alokasi waktu antara pembelajaran online dan tatap muka. Apabila dalam kondisi saat pandemi yang tidak boleh mengadakan kerumunan, maka pembelajaran tatap muka tidak mesti harus bertemu langsung melainkan bisa melalui video konfrensi menggunakan aplikasi google meet atau zoom meeting. Namun dalam sistem pembelajaran ini harus memerlukan koneksi internet yang kuat pada melakukan video konfrens.

“Selain itu waktunya juga harus dirancang, berapa menit akumulasi pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka atau tatap maya sehingga tidak menjadi beban bagi siswa. Karena yang terpenting disini dalam pembelajaran itu adalah bagaimana guru itu merancang suatu kegiatan, agar kegiatan pembelajaran itu dapat berlangsung secara efektif, efisien dan memiliki daya tarik” Jelasnya.

Sedangkan untuk metode hybrid flexible learning yakni pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran tatap muka, pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran berbasis online. Bedanya dengan blended learning ialah pada alokasi waktunya. Pada hybrid flexible learning pembelajaran tatap muka dan daring dilakukan secara bersamaan.

Jadi sebagian siswa mengikuti pembelajaran tatap muka secara langsung dan sebagiannya lagi mengikuti secara virtual, sehingga antara guru dan siswa baik itu yang berada di dalam kelas maupun melalui virtual tetap bisa berinteraksi dengan baik. Namun jika menggunakan metode ini pihak sekolah harus menyiapkan sarana yang memadai untuk memaksimalkan metode pembelajaran ini. Seperti menyiapkan layar proyektor dan jaringan internet yang kuat.

“Ada alternatif lain daripada blended learning yakni hybrid flexible learning, namun harus ada persiapan yang maksimal dari pihak sekolah yakni dalam hal sarana. Misalkan di kelas itu harus ada layar untuk siswa yang belajar online agar bisa langsung ikut pada saat pembelajaran, sehingga guru bisa menyapa siswa yang mengikuti kelas online” Imbuhnya.

Kemudian Jika ada pertanyaan tentang metode mana yang terbaik untuk dilaksanakan maka dirinya belum berani memastikan karena hal itu tergantung kebutuhan siswa dan sarana pra sarananya harus juga mumpuni. Karena ini merupakan permasalahan yang kompleks dan belum ada teori ataupun kajian yang meyakinkan bahwa terpadat metode yang terbaik untuk digunakan.

Semua aspek harus diperhatikan mulai dari karakteristik siswa, karakteristik materi, serta situasi dan kondisinya juga harus diperhatikan. Dirinya menekankan bahwa yang terpenting adalah sebagai pendidik itu mengetahui cara dan senantiasa berusaha agar dapat melakukan yang terbaik untuk siswa, karena pendidikan itu ujung tombaknya ialah siswa yang merupakan generasi penerus bangsa. Sehingga dapat menghasilkan karakter yang positif baik itu karakter moralnya ataupun karakter kinerjanya.

“Jadi kita masih dalam tahap mempelajari situasi dan kondisi, terkait metode paling efektif dan efesien untuk dilaksanakan” tutupnya. |WK|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts