Metatah Massal, Ringankan Biaya Tanpa Mengurangi Makna

Singaraja, koranbuleleng.com| Minggu pagi, tepat di tanggal 20 Maret 2022, suasana di halaman kampus Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singaraja begitu ramai.

Di Depan Pura Agung Mpu Kuturan, masyarakat dari berbagai wilayah di Bali berkumpul. Mereka sedang mengikuti kegiatan metatah massal yang digelar oleh UKM Upakara STAHN Mpu Kuturan Singaraja serangkaian dengan perayaan Dies Natalis VI kampus setempat.

- Advertisement -

Suasana kemudian menjadi haru, ketika Ida Pandita Mpu Nabe Dwija Witaraga Sanyasa dari Griya Taman Sari Asrama, Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu melafalkan sebuah doa yang diikuti oleh para orang tua saat prosesi Nyumbah (sungkeman, red).

Isak tangis sang anak yang mengikuti metatah massal pecah, saat orang tuanya menyampaikan pesan, yang pada intinya menyebutkan jika metatah ini adalah bekal terakhir yang bisa orang tua berikan kepada Sang Anak. Prosesi nyumbah ini memang menjadi salah satu bagian dalam Upacara Yadnya Metatah atau Mepandes, atau Upacara Potong Gigi bagi Umat Hindu.

Kegiatan Metatah Masal yang digelar oleh UKM Upakara STAHN Mpu Kuturan Singaraja diikuti oleh 150 peserta, yang berasal dari berbagai wilayah di Bali. Seperti Buleleng, Kintamani dan wilayah lainnya. Syaratnya sangat ringan. Setiap peserta hanya diminta membawa satu buah banten pejati untuk dihaturkan saat prosesi berjalan.

Metatah massal bukanlah yang pertama kalinya dilaksanakan oleh STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Bahkan, tahun 2018 lalu kegiatan ini juga pernah dilaksanakan. Untuk tahun ini, banten yang dipergunakan serangkaian dari Metatah Massal ini merupakan Banten Pulagembal. Seluruh sarana upakara dipersiapkan oleh mahasiswa yang tergabung dalam UKM Upakara.

- Advertisement -

Walaupun dilaksanakan secara masal, namun ritual ini tidak mengurangi makna dari Esensi Upacara Metatah tersebut. Hal itulah yang disampaikan Ida Pandita Mpu Nabe Dwija Witaraga Sanyasa dari Griya Taman Sari Asrama, Desa Kekeran.

Menurutnya, tidak ada perbedaan antara metatah massal dibandingkan dengan upacara yang dilaksanakan secara mandiri. Terlebih, pelaksanaan metatah massal bisa dilakukan dengan biaya yang minim bahkan gratis. Sehingga peserta metatah massal merasa diringankan secara biaya.

“Tidak ada perbedaan antara metatah massal dengan metatah secara mandiri. Karena esensinya sama. Maknanya sama. Mungkin hanya rasa kepuasan saja yang berbeda. Tetapi, pelaksanaan masal ini justru bisa membantu banyak orang, karena digratiskan,” ujarnya.

Setidaknya hal itulah yang dirasakan oleh Nyoman Mardika, asal Desa Pegadungan. Ia menilai jika kegiatan metatah massal sangat bagus untuk membantu masyarakat miskin agar tetap bisa menjalankan kewajibannya kepada anaknya. Ia mengaku mendapatkan informasi dari kepala dusun terkait kegiatan metatah massal ini. Bahkan, dari pihak keluarganya ikut metatah sebanyak 10 orang.

“Program ini sangat bagus, karena bagi saya sebagai orang tidak mampu, selama ini terkendala biaya untuk bias mewujudkan upacara metatah massal. Apalagi di acara metatah massal ini bagi kami pelaksanaannya sangat bagus pelayanannya. Bantennya juga sudah lebih dari cukup,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Ketut Yudi dari Desa Penuktukan. Dijelaskan, Ia mendapatkan informasi akan diadakannya metatah masal ini dari Media Sosial. Yudi pun merasa jika kegiatan ini sangat bagus dan berharap bisa dilaksanakan secara berkesinambungan.

“Kegiatan ini luar biasa sangat bagus, jadi bisa mengayomi umat secara menyeluruh langsung sesuai dengan Sastra Agama. Sangat membantu secara ekonomi. Saya harap kegiatan ini secara rutin bisa dilaksanakan,” ucapnya. |K-RM|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts