Desa Nagasepeha Kembangkan Wisata Spiritual Kayehan Dedari

Singaraja, koranbuleleng.com | Suasana sunyi biasanya cocok untuk tempat menenangkan diri, mensucikan diri atau bahkan bersemadi. Apalagi bila ada mata air suci yang bisa digunakan sebagai tempat pembersihan diri atau lebih dikenal di Bali dengan sebutan melukat. Salah satu tempat di Bali yang memiliki kriteria tersebut yakni Kayehan Dedari yang berada di Desa Nagasepaha, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.

Lokasinya berada didekat permukiman warga yang juga merupakan sentra pembuatan kerajinan lukis wayang kaca yang menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional. Tepatnya berada disisi sungai tangis yang berlokasi didasar jurang dengan kedalaman 15 meter. Walaupun demikian jangan khawatir lokasi tersebut bisa diakses dengan aman karena telah dilengkapi dengan anak tangga yang terbuat dari bahan besi.

- Advertisement -

Setelah berada dilokasi akan terlihat pancuran air yang keluar dari tebing paras dengan kucuran air yang cukup deras. Sunyi dengan suara gemercik air yang menenangkan hati, cocok sekali bila digunakan untuk melukat. Selain digunakan sebagai tempat melukat, air yang muncul dari pancuran tersebut juga digunakan masyarakat untuk kebutuhan konsumsi.

Perbekel Desa Nagasepaha I Wayan Sumeken menyampaikan bahwa kayehan dedari ini merupakan tempat suci yang diyakini dapat dipergunakan untuk prosesi melukat. Bahkan dari mata air disana bisa juga digunakan sebagai pengobatan penyakit. Kayehan dedari memang sudah ada sejak lama, yang awalnya diambil dari kata dasar kayeh (mandi) dan dahar (minum) namun seiring perkembangan waktu akhirnya penyebutannya berubah menjadi kayehan dedari.

“Kayeh dahar itu dalam arti fungsi daripada sumber air tersebut. Kayeh yang artinya tempat pemandian dan dahar atau diminum yang untuk dimanfaatkan sebagai fungsi rumah tangga. Jadi itu dasar daripada kayehan dedari”. Ujarnya

Ia manambahkan, bahwa kayehan dedari ini merupakan lahan milik perorangan yakni milik Alm. Ketut Darsana yang saat ini dikelola keturunannya. Namun sekitar tahun 2018 pemilik lahan dan pemerintah desa akhirnya melakukan kerjasama untuk mengelola kawasan kayehan dedari tersebut. Sehingga dalam penataan kayehan dedari ini sudah diijinkan oleh pemilik lahan. Dengan melakukan penambahan fasilitas seperti tangga besi untuk memudahkan akses dari pengunjung. Ia juga menyebutkan kayehan dedari kedepannya akan dijadikan suatu objek wisata alam yang bernuansa spiritual terutama sebagai tempat pelukatan. Selain digunakan sebagai tempat untuk melukat masyarakat sekitar juga menggunakan air dari kayehan dedari itu untuk dikonsumsi sehari-hari.

- Advertisement -

“Air disana bisa untuk minum, bahkan ketika didiamkan selama sebulan airnya tetap jernih dan tidak berlumut, karena memang air darisana terbukti kandungan ecolinya nol yang melalui proses uji kelayakan air di puskesmas buleleng tiga” Imbuhnya.

Sementara itu Made Naya salah seorang warga Desa Nagasepaha mengatakan, banyak warga setempat dan juga orang dari luar Desa Nagasepaha datang berkunjung pada hari-hari tertentu untuk melakukan prosesi melukat di Kayehan Dedari yang dipercayai bisa mengobati penyakit non-medis. Biasanya dengan membawa sarana banten pejatian dan juga melakukan persembahyangan terlebih dahulu sebelum melukat. Namun terdapat pantangan di tempat tersebut yakni bagi wanita yang sedang mengalami datang bulan tidak diperkenankan untuk datang ke kawasan tersebut.

“Setiap ada hari suci tertentu seperti saraswati, pagerwesi pasti ada beberapa pengunjung yang datang kesini, tujuannya itu bermacam-macam mulai dari hanya untuk melakukan penyucian diri sampai memohon kesembuhan dari penyakit yang diderita” pungkasnya.|WK|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts