Warga Sidatapa Lestarikan Kerajinan Bambu Warisan Leluhur

Singaraja, koranbuleleng.com|Bambu memang sangat melekat bagi kehidupan masyarakat di Bali. Bambu sering digunakan sebagai sarana upacara, maupun sebagai alat memasak bagi masyarakat. Tak hanya itu, tanaman yang termasuk jenis tanaman rumput-rumputan itu juga digunakan sebagai bahan kerajinan.

Di Buleleng, sentral perajin anyaman bambu ada di Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar. Di desa tersebut, hampir semua masyarakat membuat anyaman dari bambu. Selain melihat suburnya pohon cengkeh yang ada di sebelah kanan dan kiri jalan desa setempat. Di rumah-rumah warga, pandangan mata akan familiar dengan beragam ukuran potongan bambu dipotong tipis.

- Advertisement -

Putu Asih, adalah salah satu dari perajin anyaman bambu di Desa Sidatapa. Tangannya terlihat sangat cekatan, menganyam bambu tersebut menjadi sebuah produk. Bagaimana tidak, pekerjaan sebagai perajin anyaman bambu itu sudah digelutinya sejak berumur enam tahun. Hingga kini, dia mempunyai tiga orang anak dan satu orang cucu pekerjaan itu tetap digelutinya.

Dulunya, dia hanya membuat bambu tersebut menjadi anyaman tradisional seperti, bakul, keranjang dan kukusan. Sejak empat tahun terakhir, dia berinovasi membuat bambu tersebut menjadi kerajinan yang lebih kekinian. Anyaman bambu yang dibuatnya kini, yakni tempat lampu gantung yang biasanya digunakan di villa, hotel maupun restoran.

Dari membuat tempat lampu gantung tersebut, Asih bisa meraup omset perbulan hingga Rp2 juta. Biasanya, dia menjual satu biji kerajinan tempat lampu gantung itu Rp15 ribu. Hal itu, lebih mahal dibanding menjual kerajinan berbentuk kukusan di harga Rp4 ribu.

“Dulu buat bakul, keranjang, dan kukusan. Baru-baru ini ada orderan seperti ini. Ya lebih memilih buat kerajinan ini sekarang. Karena harganya lebih mahal,” ujar Asih, saat ditemui Kamis, 21 Juli 2022.

- Advertisement -

Asih menyebut, kerajinan lampu gantung dari bambu itu dijual ke pengepul. Satu ikat yang berisi 20 biji kerajinan. Untuk membuatnya, dia membutuhkan hingga lima hari pengerjaan.

Asih mengaku tak pernah menemui kesulitan karena tangannya sudah lihai dalam menganyam bambu tersebut. “Sempat pandemi kosong orderan. Tapi saya tetap buat. Setahun terakhir ini baru ada orderan,” kata dia.

Tak hanya Putu Asih, perajin lainnya Putu Karya, juga kini mengembangkan kerajinan bambu tersebut ke arah lebih modern. Kerajinannya kini yakni, lampu gantung, lampu duduk dan nampan. Satu kerajinan nampan itu dihargai Rp300 ribu. Harga itu sesuai dengan tingkat kerumitannya. Satu kerajinan itu bisa dibuatnya selama tiga hari.

“Untuk membuat kerajinan yang lebih modern ini baru enam tahun belakangan. Dulunya hanya buat keranjang saja. Karena kepingin, untuk membuat model baru,” katanya.

Sementara, Kepala Desa Sidatapa Ketut Budiasa mengatakan, saat ini hampir 80 persen penduduk perempuan di Desa Sidatapa, bekerja sebagai perajin bambu. Namun, bahan kerajinan tersebut saat ini masih mendatangkan dari luar Buleleng, yakni dari Kabupaten Bangli dan Tabanan.

“Dari total 2500 perempuan masyarakat sidatapa 2000 orang yang menjadi perajin bambu. Kerajinan ini warisan leluhur kami. Apa yang menjadi warisan tetap kita jaga,” ujarnya.

Selain itu di desa setempat juga terdapat komunitas yang bernama Bamboo Corner Handicraft, yang terletak di Banjar Dinas Dusun Bantas, Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar, Buleleng. Tempat tersebut, digunakan sebagai penunjang warga desa setempat untuk mengembangkan dan memasarkan produknya. Di komunitas tersebut beranggotakan 35 orang yang diantaranya 10 orang pengurus dan 25 orang perajin.

Ketua Bamboo Corner Handicraft Putu Dendi Saputra mengatakan, komunitas tersebut dibentuk pada Oktober 2020, dan mulai berjalan di awal tahun 2021. Awalnya komunitas tersebut, dibentuk karena kebingungannya dirumahkan sebagai pegawai hotel. Melihat desanya yang merupakan desa wisata, dia pun membentuk bamboo corner tersebut. Untuk memperkenalkan kepada wisatawan, kerajinan lokal di desanya.

“Karena kerajinan bambu sebelumnya itu masih dibuat di rumah-rumah warga belum ada penampungan sentral. Ketika ada sentral ini kita otomatis bisa memperkenalkan produk desa kita,” ujarnya.

Dendi menyebut, di bamboo corner ini wisatawan yang datang bisa langsung belajar untuk membuat produk kerajinan bambu dari dasar. Selain itu, perajin pun kini mulai lebih diajarkan untuk membuat kerajinan yang lebih berinovasi. Sehingga, perajin bisa menjual produk dengan harga yang lebih tinggi.

Namun, pihaknya kini belum bisa menerima pesanan dengan jumlah banyak. Karena saat ini, belum semua anggota komunitas tersebut yang bisa mengerjakan produk kreatif yang sudah di kembangkan.

“Untuk onlinenya kita secara langsung memiliki art shop, wisatawan yang berkunjung bisa langsung berbelanja di sana. Untuk onlinenya sudah masuk ke agen, art shop, angkringan, villa, hotel, kita sekarang sudah menembus jaringan pasar eksport,” kata dia.|YS|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts