Pinjol Untuk FOMO: Generasi Z Rusak Masa Depan Keuangan Demi Kejar Tren

Di tengah kemajuan teknologi dan meningkatnya ketergantungan pada perangkat mobile, industri pinjaman online (Pinjol) telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pinjol menawarkan akses cepat dan mudah ke dana pinjaman tanpa proses yang rumit seperti yang diperlukan oleh lembaga keuangan tradisional. Namun, peningkatan penggunaan Pinjol oleh Generasi Z semata-mata dilakukan hanya untuk mengatasi rasa FOMO (Fear of Missing Out) sehingga dapat menggangu masa depan keuangan mereka.

FOMO adalah kecemasan yang muncul ketika seseorang merasa bahwa mereka akan kehilangan momen penting, acara, atau kesempatan. Dalam era digital, Generasi Z sering merasa tertekan untuk terus mengikuti tren dan gaya hidup yang ditampilkan di media sosial. Mereka takut akan dianggap ketinggalan dan tidak ingin terlewatkan dari apa yang terjadi di sekitar mereka. Dilansir dari Detik.com, war tiket konser band Coldplay meningkatkan frekuensi pengajuana pinjol oleh kawula muda yang FOMO.

- Advertisement -

Generasi Z, yang belum memiliki banyak pengalaman keuangan dan belum membangun tabungan yang kuat, seringkali mudah tergoda untuk menggunakan Pinjol sebagai cara cepat untuk memenuhi keinginan mereka. Mereka dapat dengan mudah mendapatkan pinjaman dengan hanya beberapa ketukan di layar ponsel mereka, tanpa mempertimbangkan implikasi jangka panjangnya. Namun sering kali anak-anak muda yang mabuk FOMO ini tidak memilah-milah mana pinjol yang resmi tercatat di OJK, serta yang illegal.

Penggunaan Pinjol ilegal untuk mengatasi FOMO dapat berdampak serius pada keuangan Generasi Z. Sebagaimana yang terjadi pada 200-an mahasiswa di Bali yang melakukan pengaduan ke Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali akibat terjerat pinjol illegal.

Dilansir dari detikbali.com pinjaman yang dilakukan mulai dari Rp 1 juta, Rp 2 juta hingga ratusan juta rupiah. Bunga tinggi yang sering kali dikenakan oleh Pinjol membuat jumlah pinjaman cepat melonjak. Angsuran bulanan yang harus dibayarkan menjadi beban yang berat bagi mereka yang memiliki pendapatan terbatas atau tidak stabil. Mahasiswa yang tidak dapat membayar pinjaman tepat waktu harus terjebak dalam lingkaran utang yang sulit untuk keluar.

Selain itu, Pinjol untuk FOMO juga dapat merusak kebiasaan pengelolaan keuangan yang baik. Generasi Z yang terbiasa dengan gratifikasi instan dapat mengabaikan pentingnya menabung dan merencanakan keuangan masa depan. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa setiap pinjaman yang mereka ambil harus dikembalikan dengan bunga yang tinggi, dan hal ini dapat menghambat perkembangan keuangan mereka di masa mendatang.

- Advertisement -

Oleh karena itu, penting bagi Generasi Z untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan Pinjol untuk mengatasi FOMO. Pendidikan keuangan yang lebih baik dan pemahaman tentang implikasi jangka panjang dari utang harus diperkenalkan sejak dini. Selain itu, perlu adanya langkah-langkah regulasi yang lebih ketat terhadap industri Pinjol untuk melindungi konsumen dari praktik yang tidak etis.

Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat ini, penting bagi Generasi Z untuk memahami bahwa nilai dan kebahagiaan sejati tidaklah tergantung pada barang-barang materi atau tren yang sedang populer. Mengatasi FOMO dengan pinjaman online dapat memberikan kepuasan sesaat, tetapi pada akhirnya dapat merusak stabilitas keuangan dan masa depan mereka.

Tim Penulis : Sapta Putri, Anisa Gayatri, Nur Syafaah, Yunita Agustini, Trisna Widari (Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha, Fakultas Ekonomi, Prodi S1 Akuntansi)

Catatan : Tulisan ini bisa dipublikasikan sebagai bagian dari tugas akhir, Jurusan Akuntansi, Undiksha. Seluruh isi dan materi dari tulisan ini menjadi tanggungjawab penulis.

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts