Megah, Ukiran Paras Sangsit Hiasi Kampus Mpu Kuturan

Singaraja, koranbuleleng.com| Keindahan seni ukir khas Buleleng dari batu paras Sangsit kini menghiasi kampus STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Seni ukir yang memikat ini telah memberikan sentuhan menawan dan memperkuat identitas budaya Bali yang kaya dan mempesona.

Kampus yang berdiri di Jalan Pulau Menjangan, Kelurahan Banyuning, ini mampu melengkapi salah satu sudut lanskap Singaraja dengan kekhasan Buleleng. Pihak rektorat mengklaim ukir ini dibuat tidak hanya sekadar untuk hiasan, tetapi juga mencerminkan jati diri kultural Bali yang menghargai keahlian dan estetika tinggi.

- Advertisement -

Ukiran itu melibatkan sejumlah undagi dan seniman lokal yang mahir dalam mengolah batu paras Sangsit. Bak sebuah papan nan luas, motif-motif khas Bali, seperti ukiran burung, kijang, naga dan rangkaian bunga, menjadikan kampus itu sebagai panggung seni yang mempesona.

Di salah satu sudut ada yang menarik, yakni keberadaan sebuah relief yang memang diadopsi dari Pura Madue Karang yang berbentuk seniman Belanda WOJ Nieuwenkamp, yang menjelajahi pulau Bali dengan sepeda pada tahun 1904.

Ukiran khas Buleleng dengan menggunakan batu paras Sangsit di kampus STAH Negeri Mpu Kuturan

Berdasarkan kisah yang ada, relief itu adadi Pura Madue Karang karena penduduk setempat belum terbiasa dengan jenis penggerak ini pada saat itu,  memicu antusiasme masyarakat untuk  mengabadikan dalam bentuk relief yang sangat nyata sesuai aslinya. Penampilannya terekam dalam relief yang hampir seukuran aslinya. Kini ukiran tersebut bisa juga dijumpai di halaman STAH Negeri Mpu Kuturan.

Pembangunan tembok penyengker dan candi bentar tersebut sejak awal memang direncanakan untuk dibangun dengan menggunakan bahan batu paras sangsit yang khas, serta dihiasi dengan ukiran khas Buleleng, sebagai langkah nyata dalam melestarikan budaya dan identitas lokal.

- Advertisement -

Proses pembangunan tembok penyengker dan candi bentar ini merupakan bagian dari upaya yang dilakukan oleh STAHN Mpu Kuturan Singaraja untuk menjaga dan memperkuat kearifan lokal Buleleng. Dengan memilih bahan batu paras sangsit yang khas dan menggabungkannya dengan ukiran khas Buleleng, tembok penyengker ini tidak hanya menjadi simbol keindahan fisik, tetapi juga menjadi penanda identitas yang kuat bagi kampus ini.

Batu paras sangsit, yang merupakan jenis batu alam yang terdapat di daerah Buleleng, memiliki keunikan dan keindahan yang khas. Sementara itu, ukiran khas Buleleng memperlihatkan keahlian tangan-tangan para pengrajin lokal yang telah diturunkan secara turun-temurun. Kombinasi kedua elemen ini menciptakan tembok penyengker yang tak hanya memiliki nilai estetika yang tinggi, tetapi juga bernilai sejarah dan budaya yang tinggi.

Ketua STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Dr. I Gede Suwindia, M.A., menyatakan bahwa adanya ukiran khas Buleleng di kampus ini merupakan bentuk apresiasi terhadap seni budaya lokal dan sebagai upaya untuk melestarikannya. “Kehadiran ukiran batu paras sangsit di kampus kami menjadi simbol kebanggaan dan semangat untuk menghargai kearifan lokal serta memperkuat identitas budaya Bali,” ujar Dr. Gede Suwindia.

Gerbang kampus STAH Negeri Mpu Kuturan dengan ukiran khas Buleleng |FOTO : Rika Mahardika|

I Gede Suwindia, menyampaikan pentingnya pelestarian kearifan lokal dalam pembangunan fisik kampus. “Kami memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga keberagaman dan kekayaan budaya Buleleng. Pembangunan tembok penyengker ini merupakan salah satu langkah nyata kami dalam melestarikan identitas lokal serta memberikan nilai tambah bagi kampus ini,” ujarnya dengan penuh semangat.

Tidak hanya sebagai hiasan, ukiran batu paras Sangsit juga menjadi media pendidikan dan pengenalan seni budaya bagi para mahasiswa di STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Karya-karya seni ini menyediakan ruang refleksi dan inspirasi untuk mengapresiasi keindahan seni tradisional dan warisan budaya yang berharga.

Kehadiran seni ukir khas Buleleng dari batu paras sangsit di kampus ini membawa semangat kearifan lokal yang mendalam, dan menjadi saksi keindahan seni yang tak lekang oleh waktu. STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja, dengan bangga, menjadi wadah bagi seni yang memesona dan melambangkan kekayaan budaya Bali.(*)

Pewarta  : Rika Mahardika

Editor     : I Putu Nova Anita Putra

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts