Memasuki Kemarau, Kawasan Bali Aga Dihantui Kekeringan dan Harga Air Yang Mahal

Singaraja | Saat ini, sudah memasuki musim kemarau. Sejumlah Desa di kawasan Bali Aga dihantui kekeringan dan harga air yang sangat mahal. Kekeringan di jaringan Desa Bali Aga setiap tahun pasti terjadi karena dipicu kemarau. Selain kelangkaan air bersih, kebutuhuan air untuk pengairan lahan pertanian dan perkebunan juga mendesak di kawasan ini.

Kepala Desa Cempaga, Putu Suarjaya mengatakan Desa Cempaga adalah desa yang paling sering mengalami kekeringan yang sangat parah.  Jika sudah musim kemarau sudah tiba, warga Desa Cempaga kebingungan mencari air. Bahkan, warga bisa membeli air dengan harga yang sangat mahal di musim kemarau.

- Advertisement -

“Kalau musim kemarau, harga air di Desa Cempaga bisa mencapai Rp.110.000 untuk 1100 liter. Setiap tahun desa Kami memang paling kritis soal air ini. Jadi saya berharap pemerintah Kabupaten segera mengeluarkan kebijakan dan solusi untuk air bersih ini,”  kata Suarjaya Jumat (20/5). Krisis air terparah biasanya terjadi di Dusun Corot, Desa Cempaga.

Jika sudah musim kemarau, ratusan warga harus antre menunggu suplai air dari pemerintah. Jika mencari sumber air, sangat jauh. Beberapa kali, BPBD Buleleng dan PDAM Buleleng harus mensuplai air bersih di kawasan ini.

Selain cempaga, beberapa kawasan di Bali aga yang juga ikut mengalami krisis air saat musim kemarau yakni Desa Tigawasa dan Desa Sidatapa dan sebagian Desa Pedawa serta Banyusri.

Kekhawatiran Desa Cempaga akan kelangkaan air di musim kemarau ini sudah dilaporkan secara langsung saat digelarnya rapat penanganan krisis air bersih yang dihadiri sejumlah SKPD terkait dan sejumlah desa-desa di wilayah Kecamatan Banjar di Bappeda Buleleng, Kamis (20/5).

- Advertisement -

“Kebetulan kami diundang rapat di Bappeda kemarin. Memang sudah kami sampaikan ke Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam rapat tersebut. Kami berharrap, permasalahan ini segera ditangani pemerintah. Dari hasil rapat kemarin baru tahap mendata dan mencari sumber-sumber air yang memungkinkan untuk digunakan  supaya bisa memenuhi kebutuhan air di wilayah kecamatan Banjar di bagian atas yakni kawasan-kawasan Bali Aga, Desa Munduk,Desa  Gobleg Desa Wanagiri dan desa lainnya,” terang Suarjaya.

Suarjaya juga sempat menyampaikan sejumlah sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah Cempaga dan sekitarnya. “Bahkan kami berharap, jika sudah ada solusi dan sumebr air yang ditemukan, Kami meminta supaya pengelolaan air ini dikelola oleh PDAM Buleleng sebagai perusahana yang sudah berpengalaman mengelola air bersih supaya tidak ada lagi krisis air,” kata Suarjaya.

Menurut  Suajaya Cempaga adalah daerah yag paling parah terkait masalah air bersih ini. Diwilayahnya ada beberapa sumber air dengan debit cukup besar salah satunya di Sungai Pejanan yakni terletak diperbatasan Cempaga – Pedawa – Sidatapa.  “Saya berharap sumber air ini bisa dikelola oleh PDAM untuk kebutuhan masyarakat sekitar itu,” tambahnya.

Suarjaya juga berharap pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng bisa menyuplai air besih secara kontinyu di Desa Cempaga dan desa lainnya  pada saat musim kemarau.

Sementara itu, Direktur PDAM Made Lestariana yang juga ikut dalam pertemuan penangana air bersih untuk wilayah Kecamatan Banjar bagian atas mengakui ada beberapa desa yang berharap PDAM Buleleng mengelola sumber air di daerah tersbeut.

“Selama ini, daerah Kecamatan Banjar dibagian atas itu memang bukan bagian layanan kami, tetapi dalam rapat memang ada beberapa desa  yang menginginkan sumber-sumber air di sana dikelola secara profesional oleh PDAM. Kami pada dasarnya siap saja, kita bekerja bersama Pemerintah Kabupaten Buleleng. Kami masih menunggu penelitian dan keputusan dari tim pemerintah dulu,” kata Lestariana.

Kata Lestarian, ada beberapa sumber air yang memang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan warga di sekitar itu. Salah satunya yang  teridentifikasi yakni  air Danau Tamblingan agar dimanfaatkan oleh desa-desa disekitar itu. “Dalam rapat memang teridentifikasi untuk mengangkat air Danau Tamblingan dipergunakan untuk kawasan di desa-desa tersebut. Secara teknis, ini masih butuh survey dan kajian dulu tetapi potensinya memang besar,” kata Lestariana.

Selain kawasan Bali aga yang krisis air, sejumlah desa yang juga mengalami kondisi yang sama ketika musim kemarau yakni Desa Gobleg, Desa Wanagiri, dan Desa Munduk.|NP|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts