Ketut Kanta, “Profesor” Kolok dari Bengkala

Ketut Kanta berinteraksi dengan warga Kolok di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan | FOTO : Edy Nurdiantioro|

Singaraja, koranbuleleng.com | Julukan “Profesor” Kolok yang melekat pada Ketut Kanta bukan hanya sekadar julukan semata. Namun ia menunjukkan siapa Ketut Kanta yang sesungguhnya.

- Advertisement -

Ia menguasai bahasa Ibu yang setiap hari digunakan oleh warga Kolok atau bisu di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan. Bahkan, dia juga menguasai beberapa bahasa asing.

Pria berusia 63 tahun ini sangat lancar berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi. Dia seorang guru. Sehingga apa yang dilakukan sejak 13 tahun silam, banyak mantan anak didik Ketut Kanta sekarang bisa menggunakan handphone maupun menulis dengan sangat lancar.

Pria yang lahir 24 juli 1957 ini memulai mengajar orang kolok sekitar 13 tahun yang lalu. Latar belakang pendidikan yang hanya Sarjana Ekonomi membuat dirinya malu akan sebutan yang disematkan pada dirinya.

“Saya sebenarnya malu, sebab secara teknis saya tidak memungkinkan jadi professor karena latar pendidikan saya. Kebetulan saja saya bisa mempelajari bahasa isyarat sampai internasional. Professor kolok itu hanya sebutan saja” ungkap Ketut Kanta ketika ditemui di rumahnya di banjar dinas Kelodan, Desa Bengkala, Kubutambahan

- Advertisement -

Kanta mengatakan, awal mula dirinya tertarik mengajar orang tuli dan bisu karena prihatin kepada anak-anak yang tidak dapat belajar seperti orang pada umumnya. selain itu ia memang terlahir di Desa Bengkala dan tahu seluk beluk yang ada di desanya tersebut.

Meskipun ada sekolah khusus untuk orang yang tuli bisu namun tempatnya yang jauh sedangkan masyarakat Bengkala tidak memungkinkan kan untuk sekolah di sana.

Selain itu, faktor yang sangat mendorong Ketut Kanta untuk menyalurkan kemampuan bahasa isyaratnya adalah agar warga yang tuli dan bisu bisa baca, tulis dan berhitung.

“Dulu, awalnya saya membina 3 anak didik. Saya tidak menerima gaji apa-apa. Hanya ingin membantu mereka agar bisa balistung atau baca tulis hitung. Belajarnya Kadang belajar sore, kadang malam. Tergantung anak didik saja,” kenang ayah empat anak ini

Sebelum membina warga Kolok dan mengabdi untuk desanya, Ketut Kanta pernah menjadi pekerja wisata di Denpasar. Alumnus Fakultas Ekonomi Unud tahun 1985 ini menguasai tiga bahasa, yakni Bahasa Inggris, Bahasa Italia, dan Bahasa Belanda.

Karena dianggap bisa memberikan ilmu kepada warga difabel akhirnya pada tahun 2007 diangkat sebagai guru kontrak oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng untuk mengajar di Sekolah Inklusi di SDN 2 Bengkala.

Awal mula mendirikan Sekolah Inklusi berawal dari pertemuannya dengan seorang peneliti bahasa tuli bisu asal Jerman, Saat itu, warga Jerman tersebut berencana meneliti bahasa Kolok yang ada di Desa Bengkala. Akhirnya, ia dipilih mendampinginya dalam penelitian melalui perguruan tinggi Undiksha Singaraja.

Selama 1,5 tahun di luar negeri, Ketut Kanta memanfaatkan waktunya untuk belajar menguasai bahasa isyarat Kolok Internasional. Ketika pulang dari dari luar negeri, Ketut Kanta kemudian berpikir tentang bahasa Kolok Desa Bengkala.

“Bahasa isyarat warga Kolok harus dilestarikan. bahasa Kolok di Desa Bengkala cukup unik dan satu-satunya di dunia. Selain itu, dengan bahasa Kolok yang ada, warga tuli bisu di desanya dapat hidup rukun dengan warga lainya tanpa ada diskriminasi” ungkapnya

Setelah hampir 6 bulan proses belajar anak-anak Kolok di rumah Ketut Kanta berjalan, SDN 2 Bengkala akhirnya mendapat izin sebagai Sekolah Inklusi. Ketut Kanta pun bersedia menyumbangkan tenaga dan pikirannya.

“Setelah sempat dilihat sama kepala dinas Pendidikan pada waktu itu. Setelah berjalan beberapa bulan akhirnya saya di kontrak untuk mengajar anak-anak kolok di SDN 2 Bengkala” ungkapnya

Saat ini, Ketut Kanta tidak lagi mengajar di Sekolah Inklusi SDN 2 Bengkala. Ia memilih mengundurkan diri sejak Januari 2019 lalu.

Selain karena faktor usia, Ketut Kanta juga punya kesibukan sebagai pendamping dari kegiatan pemberdayaan masyarakat Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) yang dibangun oleh Pertamina, melalui CSR Depo Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Ngurah Rai.

Namun ia menyebut ada penerus sebagai guru kolok sebagai penggantinya. Namun ia tetap memberikan pengawasan terhadap guru tersebut.

“Kadang saya dimintai bantuan oleh pihak Desa Bengkala, kalau ada tamu asing yang datang. Jadi, saya mendampingi. Untuk guru yang baru tersebut saya juga melakukan pengawasan maupun bimbingan” pungkasnya |ET|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts