Dimas Fadhilah Aprilian, Pemimpi Yang Mampu Wujudkan Rumah Penalaran

Dimas Fadhilah Aprilian |FOTO : Istimewa|

Singaraja, koranbuleleng.com | Memiliki mimpi menjadi hal wajib bagi setiap orang. Maknanya bahwa, ketika seseorang memiliki mimpi, berarti mereka mengetahui tujuan hidupnya. Dengan begitu, seseorang bisa menentukan langkah apa yang akan diambil agar bisa mencapai tujuan tersebut. Langkah-langkah yang orang ambil inilah yang nanti akan menentukan masa depan mereka sendiri. Pencapaian apa yang ingin dirasakan dalam hidup serta hidup seperti apa yang ingin dijalani. 

- Advertisement -

Harapan untuk bisa meraih tujuan inilah yang membuat seseorang memiliki komitmen dalam melangkah untuk bisa mencapainya. Berbeda dengan mereka yang tidak punya mimpi, dimana tidak tahu apa jalan yang ingin diambil. Sehingga tidak ada kemajuan yang terjadi dalam hidupnya karena tidak ada tujuan.

Biasanya, seseorang akan terpacu untuk meraih mimpi karena memiliki keterbatasan dan ada orang yang ingin dibahagiakannya. Inilah yang menjadi tonggak awal Dimas Fadhilah Aprilian Santosa, mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha yang memiliki segudang prestasi. 

Dimas nama panggilannya. Selama dia mengenyam bangku sekolah, Dimas bukanlah siswa yang berprestasi. Dia hanya aktif di organisasi pramuka. Mulai menyandang gelar mahasiswa di tahun 2017, Dimas mulai berpikir untuk melakukan suatu hal agar dia bisa memperoleh beasiswa. “Kebetulan ketika saya masuk kuliah, saya tidak mendapatkan beasiswa bidikmisi” ungkapnya. 

Untuk memperoleh beasiswa biasanya harus aktif di organisasi, namun kadang cara tersebut tidak berhasil. Menurutnya, peluang terbesar agar bisa memperoleh beasiswa adalah dengan berprestasi.

- Advertisement -

Dimas memberanikan diri untuk ikut ajang perlombaan. Lomba pertama yang dia ikuti adalah The 8th Winner International Business Plan Competition di Malaysia dan Singapura pada tahun 2018. Mulai saat itulah mahasiswa penerima beasiswa Bank Indonesia itu berambisi untuk mengikuti berbagai macam perlombaan.

Dimas bukanlah orang yang terlahir di keluarga yang mampu. Dia bercerita bahwa satu bulan pertama kuliah, keluarganya masih mampu membiayai biaya hidup dan kos. Namun di bulan berikutnya, orang tuanya sudah tidak mampu lagi membiayainya. 

Dimas pun sering menumpang di kos teman dan saudaranya. Karena merasa tidak enak, dia memutuskan untuk tidak tinggal lagi bersama mereka. Dengan penuh kebingungan, dia akhirnya meminta ijin kepada ketua UKM Pramuka Universitas Pendidikan Ganesha untuk tinggal di sekretariat UKM Pramuka. Kebetulan juga Dimas sangat aktif di UKM Pramuka.

Sekretariat UKM Pramuka sudah bagaikan rumah untuknya. Toilet yang berada di dekat sekretariatnya awalnya kotor, Dimas bersihkan sampai layak dia pakai untuk mandi. Dia tinggal dalam waktu yang cukup lama di sana, yakni selama dua tahun. 

“Sering saya lihat teman-teman sudah cantik dan ganteng bersiap untuk kuliah, saya baru mandi,” kenangnya.

Semester 5, Dimas berhenti tinggal di sekretariat UKM karena diberikan kesempatan untuk mengikuti Pertukaran Mahasiswa Tanah Air di Universitas Manado. Sepulang dari sana, dia dan saudaranya patungan untuk tinggal di kos.

Dimas yang senang sekali berkecimpung di dunia menulis mulai membangun komunitas untuk mewadahi dirinya dan teman-temannya yang diberi nama Rumah Penalaran. Ketika itu dia menghubungi beberapa teman-temannya yang sudah pernah mengikuti lomba agar ikut membangun komunitas tersebut, namun hanya ada empat orang yang datang dan turut berkontribusi memberikan ide untuk pembentukan rumah penalaran. 

Berdasarkan pengalamannya, mahasiswa yang ikut ajang perlombaan nasional maupun internasional, mereka memiliki komunitas atau gengnya masing-masing. Komunitas tersebut akan menjadi wadah untuk mereka menuangkan ide, belajar presentasi, maupun mitra dalam berlomba. 

Setelah didirikan, Rumah Penalaran merekrut dan membentuk kepengurusan di dalamnya. Kegiatan pertama yang dilakukan oleh Rumah Penalaran adalah kelas produktif. Kelas tersebut diadakan oleh, untuk, dan dari anggota dan pengurus Rumah Penalaran itu sendiri. 

“Dari yaitu yang menyampaikannya dari komunitasnya. Oleh penyelenggaranya itu ya komunitasnya. Dan untuk itu ya untuk komunitasnya” tutur Dimas.

Kemampuan Dimas dalam bidang Marketing memudahkannya untuk mem-branding Rumah Penalaran. Pertama kalinya sebelum pandemi, Rumah Penalaran sudah mencetuskan mengadakan seminar online yang pesertanya di seluruh Indonesia. “Kalau sekarang seminar online atau webinar kan sudah biasa ya. Dulu kami sudah mengadakan seminar online tapi baru melalui via WA” ujarnya

Rumah Penalaran yang memiliki hastag #orangpesimisdilarangikut juga menyelenggarakan kelas mentorship di bidang karya tulis dan esai yang saat ini berkembang menjadi Start Up Education and Technology yang bergerak di bidang penulisan dan penalaran. “Saat ini memang masih di bidang karya tulis ilmiah dan esai. Tapi nanti akan merambah ke dunia penulisan lainnya seperti jurnalistik ataupun artikel,” ujar mahasiswa berprestasi Fakultas Ekonomi tahun 2020 ini. 

Seiring berjalannya waktu, Rumah Penalaran sudah memiliki website dan memiliki kantor yang terletak di Denpasar. Kantor ini diperoleh karena berhasil mengikuti seleksi inkubator startup dan dikontrak selama satu tahun yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Perindustrian. 

Idealisme Dimas sangat tinggi dalam menjalankan setiap kegiatannya. Asasnya yaitu kuliah adalah prioritas, organisasi secara totalitas, dan prestasi tanpa batas. Dia tidak pernah cepat berpuas diri dan selalu memberikan upaya yang lebih. Mengikuti ajang perlombaan menguras waktunya sehingga kadang harus meminta dispensasi untuk kuliah. Namun kehadiran di kelas harus di atas 75%, sehingga Dimas harus mengatur waktunya agar tidak bertabrakan dengan kelas-kelas tertentu. “Yang terpenting adalah menyusun skala prioritas” kata pemenang ketiga lomba Business Plan Competition di Mataram Tahun 2021 ini.

Saat ini Dimas sudah duduk di semester 9 program studi Manajemen. Dia memilih untuk fokus pada startup-nya dan berbagai macam lomba untuk mengisi diri. Dia masih ingin memanfaatkan status istimewanya sebagai seorang mahasiswa yang bisa mengikuti berbagai macam event. Apalagi dengan program Kampus Merdeka, Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kemendikbud. Program-program yang ditawarkan sangat bagus untuk meningkatkan kualitas diri. Mimpinya adalah bisa menjadi pemimpin di startupnya, dan startupnya bisa menjadi salah satu startup ternama di Indonesia. Namun dia berkata akan secepatnya menyelesaikan tanggungjawab skripsinya.

“Untuk mahasiswa jadilah yang berbeda. Harus ada hal yang unik dari kemampuan kalian dan kalian harus pandai memodifikasi skill yang didapatkan” pesan Dimas kepada mahasiswa.(*)

Pewarta : Luh Sinta Yani

Editor     : I Putu Nova A.Putra

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts