BPCB Lakukan Upaya Konservasi Empat Sarkofagus

Singaraja, koranbuleleng.com| Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bali melakukan upaya konservasi terhadap empat sarkofagus atau peti jenazah kuno yang ada di Museum Buleleng, di Jalan Veteran Singaraja. Beberapa bagian yang pecah dari Empat Sarkofagus tersebut dibersihkan dari kotoran yang menempel. Tim BPCB sudah mulai melakukan itu, Rabu 27 April 2022.       

Pamong Budaya Ahli Muda BPCB Bali I Gusti Ngurah Adnyana mengatakan, konservasi diawali dengan melakukan pembersihan kering dan basah terhadap sarkofagus. Dari tahap pembersihan awal yang dilakukan oleh tim BPCB, ditemukan dua dari empat sarkofagus mengalami kerusakan cukup parah dan sedikit pelapukan.

- Advertisement -

“Yang pecah cuma dua. Yang satu pecah menjadi empat. Yang kedua itu pecahnya banyak.  Pecahnya itu kemungkinan waktu penggalian. Kalau pelapukan tidak, kerusakan yang agak parah,” ujarnya.

Terkait hal itu, Tim BPCB pun akan melakukan perbaikan terhadap sarkofagus tersebut. Perbaikan tersebut diawali dengan rekonstruksi untuk pencocokan pecahan terhadap bentuk sarkofagus. Setelah dilakukan pencocokan, patahan sarkofagus tersebut akan disatukan kembali dengan menggunakan bubuk padas dan lem. Kemudian setelah disatukan kembali, akan dilakukan kamuflase untuk menyelaraskan warna patahan dan sarkofagus yang masih utuh.

Selain dilakukan konservasi, Kata Adnyana sarkofagus tersebut seharusnya disimpan di tempat yang kering sehingga terbebas dari lumut yang bisa mempercepat pelapukan sarkofagus. Untuk sarkofagus yang ada di Museum Buleleng, dari empat sarkofagus tiga diantaranya merupakan sarkofagus berukuran kecil dan satu sarkofagus berukuran sedang.

“Menurut saya ini penyimpanan seharusnya kering karena cagar budaya ini berupa batu padas. Kalau di tempat lembab, kemungkinan pertumbuhan jamurnya akan cepat,” kata dia.

- Advertisement -

Ditempat yang sama, Kabid Sejarah dan Cagar Budaya Dinas Kabupaten Buleleng Gede Angga Prasaja mengatakan, dua sarkofagus tersebut ditemukan di Desa Selat, Kecamatan Sukasada, dan dipindahkan ke museum Buleleng pada tahun 2002, satu sarkofagus ditemukan di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar dan dipindahkan ke museum pada tahun 2004, dan terakhir satu sarkofagus ditemukan di Desa Alasangker, Kecamatan Buleleng, dipindahkan pada tahun 2009. Sarkofagus yang mengalami pecah tersebut yakni sarkofagus yang ditemukan di Desa Gobleg dan Desa Alasangker. Keempat sarkofagus tersebut sejak pertama kali ditemukan, belum pernah menjalani konservasi.

Angga menyebut, konservasi yang dilakukan oleh tim BPCB tersebut, akan dilakukan hingga Minggu, 1 Mei 2022 mendatang. Selain itu, terkait tempat penyimpanan pihaknya akan mengusulkan hal tersebut ke Pemerintah Daerah. “Terkait tentang penyimpanan yang disampaikan BPCB kami akan usulkan. Bagaimana sarkofagus yang ada di museum ini aman tidak lembab. Kita dari Disbud pasti akan melakukan penganggaran untuk hal tersebut,”ucapnya.

Kata Angga, konservasi terhadap sarkofagus tidak hanya dilakukan hanya dilakukan di Museum Buleleng saja. Pihaknya juga akan mulai mendata sarkofagus yang masih ditempatkan di masing-masing desa penemuan. Setelah data tersebut terkumpul, data tersebut akan dikoordinasikan ke BPCB Provinsi Bali. Selain itu, jika pihak desa ditempat penemuan mengizinkan sarkofagus tersebut untuk dibawa ke Museum. Pihaknya akan mengambil sarkofagus tersebut untuk ditempatkan di Museum.

“Lebih tepatnya sih ditaruh di desa masing-masing, jadi warga generasi muda di desa tersebut mengenal bahwa disitu terdapat benda unik yang harus dilestarikan,” pungkasnya.|YS|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts